Bab 02

Tak perlu menunggu waktu lama, akhirnya Jake datang dengan membawa beberapa botol air seperti apa yang Jeffrey pinta padanya. Alangkah terkejutnya ia saat melihat darah korban di atas aspal. Hingga kemudian Jake berdecak. Ia menatap Jeffrey dengan tajam.

"Bagaimana kau bisa seperti ini?" tanya Jake penuh dengan penekanan.

"Aku mengebut. Namun, aku benar-benar tidak sengaja Jake. Aku tidak melihat saat perempuan itu menyebrangi jalan. Itu terjadi begitu saja," jawab Jeffrey dengan gelisah.

"Kan sudah aku bilang, kau tunggu saja di kantor sampai matahari terbit. Coba saja kau menurut padaku, maka kau tidak akan mengalami kejadian seperti ini." Jake memutar bola matanya.

"Maaf, Jake. Tapi aku tidak mau jika sampai masuk penjara jika nanti wanita ini melaporkan aku. Kau tahu? Harapan terbesar ayah adalah aku. Aku tidak mau mengecewakan ayah karena kejadian ini," jelas Jeffrey dengan wajah memelas.

Jake menghembuskan napasnya. Ia cengkram kedua pundak Jeffrey dengan kuat. Sorot matanya begitu dalam, membuat Jeffrey semakin takut pada lelaki yang usianya lebih tua lima tahun darinya itu. "Tenanglah! Kau tidak usah panik!"

"Lalu aku harus bagaimana Jake?" tanya Jeffrey masih dengan rasa takut yang besar. Karena untuk pertama kalinya ia menabrak seseorang seperti ini. Ia takut jika akhirnya ia harus dipenjara dan karirnya hancur begitu saja.

"Bawa saja perempuan itu ke rumah sakit. Biarlah ini menjadi urusanku," jawab Jake lalu menyirami darah-darah di atas aspal dengan air yang ia bawa.

Jeffrey mengangguk dan segera masuk ke dalam mobilnya. Ia menoleh ke jok belakang, memastikan perempuan itu masih bernapas. Kemudian ia pun mengendarai mobilnya dan segera menuju rumah sakit.

Sedangkan Jake ia masih fokus membersihkan sisa-sisa darahnya. Ya, meski ia tahu itu tidak akan benar-benar bersih, tapi setidaknya ia sudah melakukan itu untuk Jeffrey. Dirasa sudah selesai, Jake lalu masuk ke dalam mobilnya dan berencana untuk menyusul Jeffrey ke rumah sakit. Ia tidak bisa membiarkan Jeffrey bertindak sendirian lagi mulai sekarang.

Setelah Jake benar-benar pergi, perlahan darah yang sudah bercampur dengan air itu perlahan menghilang. Tanpa meninggalkan bekas sedikit pun, hingga jalanan itu kembali seperti semula.

—oOo—

Setelah perempuan yang Jeffrey tabrak mendapat pertolongan medis dalam keadaan masih hidup, Jake dan Jeffrey tentunya bisa bernapas lega. Juga, mereka yang mengajak dokter untuk membuat kesepakatan agar sang dokter dan pihak rumah sakit merahasiakan hal ini, Jeffrey akhirnya bisa kembali tenang. Sang dokter setuju. Ya tentu saja, dokter itu adalah Elena yang sedang menyamar.

Tapi karena takut ada yang mengetahui ia sedang berada di rumah sakit bersama dengan korbannya, Jeffrey memutuskan untuk membawa Shienna ke rumahnya. Lebih tepatnya agar Shienna bisa menjalani perawatan di rumah. Benar, ia harus menyembunyikan Shienna dari publik.

"Jake, urus semuanya. Aku ingin pulang dan beristirahat," ucap Jeffrey sambil berjalan melewati Jake.

Jake membuang napas kasar. Apakah Tuannya itu tidak memikirkannya juga? Ia juga ingin beristirahat tahu. Bukannya mengurus korban kecelakaan seperti ini. Tapi apa yang harus diperbuat lagi? Jika ia tidak mau dipecat, ya ia harus menjalankan tugasnya.

Jake menyiapkan alat-alat yang sekiranya Shienna butuhkan nantinya di rumah. Sampai semuanya sudah siap, Jake langsung membawa Shienna setelah mendapat izin dari pihak rumah sakit dan para dokter yang akan merawat Shienna nantinya.

......................

Hari sudah siang, Jeffrey kini sedang bersiap untuk kembali ke kantornya. Meskipun ia belum cukup mendapat waktu istirahat, ia harus tetap menjalankan pekerjaannya. Setelah selesai mandi dan berpakaian, Jeffrey lantas keluar dari kamar dan segera turun ke lantai bawah.

Mengecek ke kamar Shienna terlebih dahulu, Jeffrey begitu tidak menyangka dengan keadaan kamar yang ditempati oleh Shienna. Begitu rapi juga dengan alat-alat kedokteran di sana. Ia tidak menyangka bahwa Jake akan sedetail ini dalam mengurus korban tabrakan dirinya.

"Koma ... Lalu bagaimana jika dia tersadar lalu dia menyeret ku ke penjara?" tanya Jeffrey bermonolog.

Ia melamun, tatapannya tertuju pada Shienna yang tengah terbaring. Pikirannya melayang kemana-mana. Ia begitu takut jika akhirnya ia akan menetap di penjara. Jeruji besi yang selalu membuatnya takut setelah insiden dini hari itu. Ia selalu berpikir, apakah ia benar-benar akan berakhir jika Shienna sudah bangun nantinya.

"Jeff! Ayahmu menelepon." Jeffrey terlonjak kaget saat Jake menepuk pundaknya. Ditambah dengan hal yang disampaikan oleh Jake, membuat jantungnya berdetak lebih kencang dari pada biasanya.

Cepat-cepat Jeffrey mengambil alih ponselnya dari tangan Jake dan mengangkat telepon dari ayahnya tersebut. Membiarkan Jeffrey, Jake lantas keluar dari ruangan itu.

"Ada apa ayah?" Tanya Jeffrey dengan nada yang pelan.

"Jeff, bisakah kau pulang dahulu? Ada sesuatu yang harus ayah bicarakan denganmu," suara ayah terdengar parau.

"Baik ayah. Aku akan pulang ke rumah jam satu siang nanti." Jeffrey bernapas lega. Ia sudah berpikiran macam-macam, padahal ayah hanya menelepon untuk menyuruhnya pulang.

"Ayah tunggu." Seketika panggilan pun terputus.

Menghampiri Shienna, Jeffrey ingin melihat lebih dekat bagaimana perempuan itu. Jeffrey tersenyum tipis setelah dengan jelas menatap wajah Shienna. "Cantik," gumam Jeffrey tanpa sadar.

......................

"Apakah kau tidak akan memberitahu Yuri soal ini, Jeff?" Tanya Jake sambil memerhatikan Jeffrey yang sedang memakan sarapan yang kesiangan Tuannya itu.

Menelan makanannya, Jeffrey lalu menatap Jake dengan sorot mata yang tajam. "Mengapa aku harus? Apakah urusan pribadiku ini Yuri harus tahu juga? Memangnya dia siapa?" Tanya Jeffrey berderet.

"Siapa tahu kau mau memberitahunya agar Yuri tidak salah paham dan mengira kau berselingkuh darinya," ujar Jake membuat Jeffrey tersedak.

"Berselingkuh apanya? Sudahlah, Jake. Aku tidak mau membahas Yuri lagi."

Menyudahi kegiatannya, Jeffrey lalu pergi meninggalkan Jake untuk bersiap-siap sebelum pulang ke rumah orang tuanya. Sampai di kamar, Jeffrey tiba-tiba mendapat telepon dari sang kekasih. Memutar bola mata malas, lantas Jeffrey mengangkat telepon.

"Aku sedang sibuk, Yuri. Jangan meneleponku dahulu sebelum aku yang menghubungimu." Jeffrey cepat-cepat menutup telepon dan mematikan ponselnya. Ia tidak mau mendengar Yuri mengoceh, karena itu akan membuat kepalanya bertambah pusing.

Jeffrey pun mengganti pakaian dan keluar dari kamarnya. Ia hampiri Jake yang masih berdiam di meja makan sambil memainkan ponsel.

"Kau tidak usah ikut, Jake. Jaga saja perempuan itu. Kalau bisa, kau cari tahu identitasnya. Terserah dari mana pun," ucap Jeffrey. Ia ambil kunci mobil dan melangkah meninggalkan rumah.

"Mencari identitas? Aish, menambah-nambah pekerjaanku saja." Jake bangkit dan ia berjalan menuju kamarnya. Mungkin mencari dari internet akan membantunya. Karena ia pikir siapa yang tidak punya internet atau sosial media di era modern seperti ini? Ia berharap saja akan menemukan identitas Shienna di sana.

......................

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!