Gadis berusia dua puluh tiga tahun termenung di sebuah kamar yang memiliki pencahayaan terbilang minim. Ia termenung di sana memikirkan banyak hal sembari menunggu temannya selesai berganti pakaian.
“Bagaimana caraku mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat? Apakah aku harus mengajukan pinjaman pada pihak bank? Akan tetapi, hal itu tentu mengharuskanku memberikan jaminan, tapi apa jaminan yang kupunya sekiranya setara dengan uang tersebut? Tidak ada."
“Pun pasti bunganya sangat tinggi dan gajiku tidak akan cukup hanya untuk membayar bunganya saja." Eleanor tengah dilanda kegundahan sampai-sampai kepalanya kembali berdenyut kencang.
Eleanor memang belum menyerah untuk mencari uang guna membayar operasi sang mama, tetapi dengan cara apa ia bisa mendapatkan uang itu? Sungguh hal tersebut sangat membuat ia pusing tujuh keliling.
Lalu sebuah ide gila tiba-tiba muncul di benaknya. “Bukankah Mitsuko berkata kalau bekerja sebagai wanita penghibur dapat memenuhi kebutuhannya selama di Tokyo? Bahkan bisa menabung dan untuk merawat diri, bagaimana jika aku mengikuti jejaknya? Menjual keper4w@nanku kepada pria hidung belang dengan harga yang sangat tinggi. Ah, tentu saja harga keperawananku bisa sangat tinggi dan para pria hidung belang biasanya tidak akan menolaknya," ucap Eleanor dengan berapi-api.
“Untung saja aku masih menjaga kesucianku hingga saat ini. Aku memang berniat melakukan itu hanya dengan suamiku, tapi mau bagaimana lagi mommy sekarat dan aku tidak bisa seegois itu membiarkannya meninggal dunia." Tak ada cara lain selain mengikuti jejak Mitsuko, begitu yang ada dalam pikiran Eleanor.
Banyak hal yang membuat pikiran Eleanor pening seketika, satu sisi hanya itulah jalan yang bisa ia tempuh, tapi di sisi lain sebenarnya tidak rela melakukan hal tersebut.
“Namun, apakah aku siap menjual tubuhku ini pada semua lelaki yang ingin menggunakan jasaku? Oh Tuhan, bantulah aku keluar dari masalah ini." Eleanor mengusap wajahnya dengan kasar.
Saat tengah dilanda kegundahan, tiba-tiba ponselnya berdering, terlihat nomor yang menghubunginya merupakan nomor rumah sakit tempat sang mama dirawat.
“Halo, dengan Nona Eleanor?” sapa seorang perempuan dari seberang sana.
“Iya Sus, saya. Ada apa ini? Mommy saya baik-baik saja, ‘kan?” tanya Eleanor khawatir.
“Mohon maaf Nona, karena kami harus menyampaikan kabar yang sangat buruk pada Anda,” jawab wanita berpakaian perawat.
Perasaan panik menyerang Eleanor, ia bahkan langsung berdiri dari duduknya. “Kabar buruk apa, Sus? Tolong katakan pada saya, apa yang sebenarnya terjadi?”
“Kondisi Nyonya Florance semakin memburuk. Kami pihak rumah sakit tidak dapat bertindak lebih lanjut jika tidak ada persetujuan dari keluarga."
“Astaga, Mommy,” ujar Eleanor seraya menutup mulut menggunakan telapak tangan. Kepala menggeleng, tatapan mata kosong, tidak percaya dengan berita yang disampaikan pihak rumah sakit.
“Lakukan segala cara untuk menyembuhkan Mommy. Saya mohon. Saya akan bayar biaya rumah sakit itu segera, tapi tolong langsung tangani Mommy saja, jangan sampai beliau pergi. Saya belum siap untuk itu. Saya mohon lakukan segala cara yang terbaik untuk kesembuhan Mommy." Mohon Eleanor dengan suara tercekat.
Air matanya menetes kian deras dari pelupuk mata, ia terus berdoa mengharap kesembuhan untuk sang mama. Dari seberang sana, suster dan beberapa perawat lainnya langsung bergegas untuk membantu menangani Nyonya Florance.
“Baik Nona, kami tunggu kedatangan Anda. Terima kasih dan maaf karena telah mengganggu waktu Anda,” ucapnya lalu menutup sambungan telepon.
Eleanor menangkup tangannya di dada dan berdoa agar sang mama segera diberikan kesembuhan. Kembali memikirkan tentang menjual keper4w@nannya pada pria hidung belang, meski sempat ragu akhirnya mantap untuk melakukan hal tersebut.
“Aku tidak punya pilihan lain. Jika memang harus begini, tidak apa-apa. Mommy, maafkan aku karena tidak menaati ucapanmu. Kulakukan semua ini demimu juga, Mom."
Bulir bening itu masih saja menetes dari pelupuk matanya hingga saat Mitsuko kembali, Eleanor segera menghapus jejak air matanya dan berbalik menghadap temannya.
Elenaor kini telah berganti pakaian dengan gaun pendek di atas lutut yang ia bawa di tas ransel miliknya, sementara Mitsuko bahkan sudah memakai make up yang begitu menggoda dengan lipstik merah merona.
“Hei, kamu kenapa?” tanya Mitsuko risau kala melihat sisa air mata Eleanor yang masih menempel di matanya.
“Mommy ... dia kritis,” jawab Eleanor lalu menangis kencang.
Mitsuko langsung menghampiri dan berkata, “Kamu yang sabar ya. Semua pasti ada jalan keluarnya.”
“Aku sudah menemukan jalan keluarnya,” jawab Eleanor menatap Mitsuko dalam. Dihapusnya kembali sisa air mata yang masih menempel menggunakan baju miliknya.
“Oh ya, apa itu?” tanya Mitsuko penasaran.
Diraihnya tangan Mitsuko dan menatap wanita itu penuh harap. “Aku akan mengikuti jejakmu. Aku ingin menjual tubuhku dengan harga yang sangat tinggi supaya bisa membayar operasi Mommy-ku,” jawab Eleanor.
“Aku minta tolong bantuanmu Mitsuko, bisakah atasanmu membantuku menjual kesucian yang kujaga selama ini?" Eleanor memelas.
Mitsuko sontak langsung melepaskan genggaman tangan mereka berdua dan berbalik. “Tidak Eleanor! Dunia ini sangat kejam, kamu tidak boleh sampai memasukinya, itu sangat berbahaya. Meskipun uang yang mereka tawarkan sangat tinggi, tapi aku tidak menyarankannya," kata Mitsuko tegas. Dipejamkan matanya dan menelisik pada dirinya yang dulu.
“Dulu aku masuk ke sini pun bukan sengaja, itu karena aku membutuhkan uang dan hanya di sinilah aku bisa mendapatkan uang guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, setelah masuk, jujur saja aku menyesal,” sambung Mitsuko.
“Tapi aku betulan sangat membutuhkan uang itu. Sekarang katakan padaku apa kamu punya solusi atas masalah yang sedang menimpaku? Aku sendiri sudah kehabisan akal. Mommy kritis dan harus segera dioperasi. Katakan padaku jika kamu memiliki jalan keluar lain.” Elenaor terduduk lemas di tepian pembaringan.
Menatap sendu pada Mitsuko. “Aku pun awalnya ragu karena dengan begini aku yang dirugikan, tetapi akan jauh lebih rugi jika aku menyesal tidak berusaha untuk menyelamatkan Mommy-ku” sambung Eleanor. Dada gadis itu terasa sesak sekali. Ia telah kehilangan daddy-nya sejak berusia 7 tahun, dan kini haruskah ia kehilangan orang tuanya lagi?
Mitsuko terdiam menatap dalam ke mata Eleanor. Terlihat jelas banyak kekhawatiran di sana, pasti kepala gadis itu sudah sangat berat.
Mitsuko mengela napas dan akhirnya memutuskan. “Baiklah, aku sudah melihat kesungguhan hatimu, jika memang itu yang kamu inginkan, aku akan membantumu. Namun, ingatlah satu hal. Sekali kamu masuk ke sini, sulit bagimu untuk bisa melepaskan diri. Aku berkata begini karena sayang padamu, El."
“Iya, aku tahu. Aku siap dengan apa pun yang terjadi di kemudian hari. Demi kesembuhan Mommy, aku siap," jawab Eleanor mantap.
Mitsuko tersenyum simpul, Eleanor masih terlalu polos untuk mengerti apa yang ia ucapkan, tetapi ia pun tak bisa menghalanginya lagi.
“Jika keputusanmu sudah mantap, aku akan memperkenalkanmu pada bosku. Katakan saja yang sejujurnya bosku tentang Mommy-mu, siapa tahu dia akan bersimpati kemudian membiarkanmu bebas nantinya,” ucap Mitsuko.
“Heem. Omong-omong, dia perempuan atau laki-laki?” tanya Eleanor seraya mengekori Mitsuko di belakang.
“Perempuan. Hatinya lembut, tetapi memang perkataannya kasar maka berhati-hatilah saat kamu berbicara nanti. Jangan sampai kamu terjebak dan berakhir seperti aku,” ujar Mitsuko kembali mengingatkan.
Eleanor hanya mengangguk sebagai jawaban.
'Mom, tunggu aku. Aku akan membawa uang yang sangat banyak untukmu,' batin Eleanor.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
waduh pengorbanan kamu El,,,
2023-11-26
0