Organisasi Kesehatan

...☽☽☾☾...

Kegiatan pengenalan lingkungan sekolah itu berjalan dengan baik. Hari pertama yang penuh dengan penyampaian materi dari para guru dan juga para kakak tingkat telah dilewati, walaupun mereka harus melawan rasa kantuk yang datang.

Kini di hari kedua para siswa baru itu mulai disibukkan dengan tanda tangan para guru serta kakak tingkat yang harus mereka bubuhkan di buku yang telah disediakan.

Azura menoleh ke arah Adema yang menghela nafas di sampingnya. Hari kedua kegiatan pengenalan lingkungan sekolah itu hanya diisi oleh kegiatan pencarian tanda tangan setelah melakukan absen satu jam sebelumnya.

Azura melirik Nico yang berada di dekatnya. Sepanjang hari pemuda itu tampak mengikutinya kemanapun Azura meminta tanda tangan para seniornya.

"Katanya kita harus masuk organisasi sekolah. Kamu akan masuk organisasi apa, Azura?"

Azura melirik Adema yang berjalan di sampingnya. Jam istirahat membuat lorong di sekitar mereka itu penuh oleh lalu-lalang siswa lainnya dan Azura menghela nafas lega saat tak menemukan bayangan Nico di sekitarnya.

Mata hitam Azura menatap lamat papan putih penunjuk organisasi di depannya. "Mungkin UKS. Aku ingin memperbarui ilmu tentang kesehatan lagi. Bagaimana denganmu, Adema?"

Adema menganggukkan kepalanya dan menatap pintu coklat ruang kesehatan sekolah di sampingnya. Gadis itu menggenggam erat buku tulis di tangannya sambil menghela nafas.

"Aku akan masuk pramuka dan aku baru saja memberikan formulirnya tadi. Kamu sudah mendaftar, Azura? Besok adalah kegiatan pengenalan dengan organisasi yang kita pilih."

Mata hitam Azura mendelik ke arah Adema dan segera gadis itu kalang kabut mencari formulir pendaftaran meninggalkan Adema yang hanya geleng-geleng kepala dengan tingkah Azura.

Adema berdiam diri di tempatnya dan melirik dinding tembok di belakangnya.

"Aku tahu kamu mendengarkan semuanya.” Adema menghela nafasnya dan melirik siluet seseorang yang muncul di balik tembok. Mata hitam dan mata coklat terang itu bertemu pandang dan mengantarkan sinyal-sinyal informasi.

“Jangan buat Azura tambah kesal, Nico."

...***...

"Selamat datang di UKS sekolah kita ini, Adik-adik. Bersih dan nyaman, bukan? Ingatlah untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan! Lingkungan yang bersih akan mengundang kesehatan untuk kita semua!”

Kakak tingkat di depan mereka itu menjeda kalimat sejenak sambil menarik nafas panjang.

“Kalian yang berada di sini sudah pasti minat dengan UKS, kan? Tidak ada yang terpaksa bergabung, kan? Mari kita lihat wajah-wajah kalian semua!"

Semua kepala di dalam ruangan itu mengangguk serentak dengan wajah-wajah yang menatap yakin para kakak tingkat di depan mereka.

Azura yang berada di posisi paling belakang itu malah sibuk menatap wajah-wajah di sekelilingnya. Mata hitam gadis itu melebar saat menemukan wajah yang sangat familiar baginya.

Mata coklat gelap, topi hitam yang dipakai terbalik, wajah yang tak lagi ada memar dan tak lupa sorot mata keangkuhan itu.

Azura segera mengalihkan pandangannya saat mata hitamnya hampir bertemu dengan mata coklat gelap sang pemuda.

Itu Bagas! Dari semua organisasi yang ada, kenapa dia ada di sini? Aku tidak menyangka Bagas akan memilih UKS juga! Batin Azura

Bagas yang melihat Azura mengalihkan pandangannya terdiam dan dipenuhi kebingungan. Segera setelah menatap raut wajah kesal Azura pemuda itu menyeringai.

Hmm … gadis itu … dia cukup menarik. Batin Bagas kembali menatap kakak-kakak tingkat organisasi kesehatan yang berjalan di depannya.

"Oke, sekarang kami beri waktu kalian menjelajah  ruangan ini dan saling berkenalan! Ingat, semua yang ada di sini adalah teman kalian! Rangkul dan sambut dengan baik uluran tangan mereka! Paham, kan!"

Semua kepala di dalam ruangan itu mengangguk serentak dan mulai melirik rekan-rekan di sampingnya.

Azura segera bangkit berdiri dan menoleh ke arah gadis di sampingnya, mengabaikan atensi Bagas yang hendak mendekat ke arahnya.

Gadis yang sedang di ajak Azura berkenalan itu melirik Bagas yang berada di samping Azura, membuat Azura mau tak mau harus menjawab sapaan Bagas.

"Ya?" Azura menatap Bagas yang tersenyum tipis ke arahnya, sedangkan gadis di depan Azura tadi sudah berlalu menuju rekan yang lain.

Bagas tersenyum dan mengulurkan tangannya. "Salam kenal. Aku Bagas."

Azura menatap uluran tangan Bagas dan melirik para kakak tingkat di sekitar keduanya yang lalu-lalang memantau keadaan. Menghela nafas dan menahan rasa tidak sukanya, Azura memutuskan membalas jabatan tangan Bagas.

"Aku Azura, salam kenal."

Azura segera melepaskan uluran tangannya dari Bagas dan  berlalu menuju salah satu kakak tingkat di organisasi kesehatan sekaligus sekretaris di organisasi tersebut yang memanggilnya.

"Kamu minta tirai hijau ke ruang guru ya, Dek! Sudah disediakan oleh guru pembimbing kita, tinggal minta saja!"

Azura menganggukkan kepalanya saat kakak tingkat dengan nama Elsa Tersicore itu menyelesaikan kalimatnya. Gadis itu segera berjalan menuju pintu ruangan mengabaikan Bagas yang hendak berbicara dengannya.

"Sebentar, Dek!"

Azura berbalik saat Elsa kembali memanggilnya dan menunjuk ke arah Bagas yang berada di dekat pintu.

"Kamu pergi dengan dia ya. Tirainya cukup banyak untuk dibawa sendiri. Hati-hati, ya!"

Azura melirik Bagas yang tersenyum tipis dan menatap punggung Bagas yang berjalan santai menuju pintu untuk memakai sepatunya.

Menghela nafas Azura mengikuti Bagas dan memakai sepatunya di bawah tatapan penasaran Bagas.

Azura bangkit berdiri dan mulai berjalan menuju ruang guru dengan Bagas yang terus melirik ke arahnya.

Aku tidak bisa memaafkannya! Walaupun di dunia ini dia belum melakukan apa pun, tapi tetap saja! Luka ini terasa sakit!  Batin Azura menahan kemarahannya saat Bagas terus menatapnya.

"Berhentilah menatapku, Bagas. Wajahku terasa berlubang karena tatapanmu itu!"

Bagas terkekeh kecil mendengar perkataan sarkas Azura dan kembali menatap lorong di depanya.

"Kamu menarik!"

Azura mengerutkan keningnya saat mendengar kalimat Bagas dan segera masuk ke ruang guru. Bagas hanya tersenyum tipis dan mengikuti Azura yang mulai sibuk dengan tirai hijau di tangannya.

"Hati-hati, jangan sampai jatuh!"

Azura menganggukkan kepalanya saat keluar dari ruang guru bersama Bagas dengan kardus di tangan masing-masing.

Bagas melirik Azura yang berjalan tenang di depannya, menatap rambut hitam sepunggung Azura yang sesekali bergerak terkena angin.

"Aku penasaran.” Azura menghentikan langkahnya dan melirik Bagas yang tersenyum tipis di belakangnya.

Lorong sekolah yang sepi itu membuat Azura bisa mendengar dengan jelas suara rendah Bagas.

Bagas yang menatap tatapan curiga dan penasaran Azura itu tersenyum kecil dan menggenggam erat kardus di tangannya.

Azura yang menatap senyum kecil di wajah Bagas itu menggigit kuat bibirnya saat teringat ekspresi yang sama yang dihadirkan Bagas ketika membullynya di kehidupan sebelumnya.

Tenang Azura. Jaga dan kontrol ekspresimu. Batin Azura menarik nafas panjang dan menunggu lanjutan kalimat Bagas.

“Kenapa kamu selalu menampilkan ekspresi tidak suka saat melihat wajahku. Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Apa aku pernah berbuat kesalahan kepadamu, Azura?"

...☽☽☾☾...

Jangan lupa tinggalkan like dan komentar ya ... 🌺

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!