Pertemuan

Dua tahun kemudian

“Selamat pagi, Adek. Sudah siap untuk hari pertama di SMA? Kamu tidak takut, kan?”

Azura menoleh ke arah Barata yang berdiri santai di depan pintu kamarnya. Pemuda itu menyibak tirai yang berada di dekat pintu dan menatap sang adik yang dalam balutan seragam SMA-nya.

Barata segera mengajak Azura keluar untuk menemui sang ibu sementara dirinya mulai menyalakan motor yang terparkir di samping rumah. Setelah gadis itu berpamitan dengan sang ibu, Azura berlari ke arah Barata yang menunggunya.

Motor pemuda itu mulai berjalan membelah keramaian pagi. Azura menatap bangunan-bangunan yang berada di sekitarnya dan kembali bernostalgia tentang kenangannya di dunia sebelumnya.

"Pulang nanti mau dijemput?"

Azura menoleh ke arah Barata saat gadis itu turun dari motor sang abang. Azura melirik gerbang sekolah yang cukup sepi dan menggelengkan kepalanya. Barata tersenyum tipis dan mengelus pelan puncak kepala Azura.

"Abang berangkat dulu, ya? Jangan buat masalah."

Azura menganggukkan kepalanya dan mengantar kepergian Barata dengan senyum di wajahnya.

Azura mulai masuk ke dalam lingkungan sekolah yang masih sepi dan tersentak saat pandangan matanya bertemu dengan seseorang yang baru saja datang dari halaman samping sekolah.

Penampilan yang sangat familiar. Rambut hitam dengan ujung merah muda dan kacamata yang melekat di wajah sang pemuda. Mata coklat terang dan hitam itu kembali beradu pandang.

"Azura? Itu kamu?"

Azura kembali melanjutkan langkahnya saat pemuda dari arah samping sekolah itu bergerak mendekatinya.

"Azura! Itu kamu, kan! Kamu masih ingat denganku?"

Azura terus mempercepat langkahnya dan mengabaikan panggilan dari pemuda di belakangnya. Gadis itu mengernyit dan mengepalkan tangannya erat.

"Ya ampun, ada kecelakaan! Panggil ambulance!"

"Bagaimana keadaan korbannya?"

"Cepat! Bawa korban ke tepi dahulu! Keadaannya darurat!"

"Dek! Ini keluargamu? Cepat bawa ke rumah sakit! Keadaannya kritis!"

"Azura … maaf … maafkan aku!"

Azura mengerutkan keningnya saat sekelebat ingatan masa lalu berputar dalam benaknya. Mata hitam gadis itu melirik pemuda berkacamata yang terus mengejarnya.

Memasuki lorong sekolah yang sepi, gema langkah Azura semakin memenuhi ruangan. Bersamaan dengan langkah pemuda di belakangnya yang terus bergerak mengejarnya.

"Azura! Berhenti dulu! Dengarkan aku!"

Azura terus berjalan dan melirik papan pengumuman di dekatnya. Sesuai informasi yang disampaikan Azura terpaksa berhenti dan berusaha secepat mungkin mencari namanya diantara kertas-kertas berisi pembagian kelompok pengenalan lingkungan sekolah.

"Azura? Kamu sudah datang?"

Azura menoleh saat mendengar suara lain memanggil namanya. Ekspresi wajah gadis itu berubah menjadi cerah dan segera meraih lengan Adema yang berjalan di dekatnya.

"Ayo pergi, Adema! Kita satu kelompok!"

Azura kembali berjalan ke arah lorong menuju halaman sekolah, tempat siswa-siswa baru lainnya berkumpul.

Adema yang ditarik Azura melirik pemuda berkacamata di belakangnya yang hanya diam di tempat.

Wajah yang gusar dari sang pemuda itu membuat Adema kembali mengalihkan pandangannya dan melirik Azura yang hanya fokus menatap ke depan.

"Aku hanya ingin minta maaf. Kenapa kamu terus menjauh, Azura?" Pemuda itu bergumam menatap punggung Azura yang semakin menjauh darinya.

...***...

"Jadi, siapa dia? Apa itu Nico? Mereka sangat mirip."

Adema menatap Azura yang duduk di sampingnya dan menyandarkan punggungnya pada tembok sekolah. Gadis dengan mata hitam itu menghela nafas lelah dan menganggukkan kepalanya.

Adema ikut duduk di samping Azura. Gadis itu tentu tahu latar belakang hubungan Azura dengan Nico yang sama-sama merupakan sahabat masa kecilnya.

"Aku tidak tahu kalau Nico kembali ke sini." Azura menoleh saat mendengar suara pelan Adema.

Siswa-siswa di sekitar mereka mulai berdatangan dan memenuhi lapangan. Beberapa senior mereka mulai datang dan mempersiapkan acara.

"Aku tidak akan lupa dengan semua yang terjadi, Adema. Sengaja ataupun tidak, karena dia ayahku-"

Kemarahan Azura itu terhenti saat panggilan untuk para siswa baru datang. Azura segera  berdiri dan melirik Adema yang menatapnya dalam.

Keduanya mulai berjalan menuju kerumunan siswa-siswi dan mencari papan nama kelompok mereka.

Azura tentu bersyukur berada di kelompok yang sama dengan Adema dan hal itu akan memudahkan dirinya untuk pergi ke mana pun, karena Adema pasti akan menemaninya.

"Hei, Azura." Azura yang berbaris nomor dua dari depan itu menoleh ke arah Adema di belakangnya.

Mata hitam gadis itu beralih ke arah tunjuk Adema dan menemukan pemuda yang sama yang tadi mengejarnya, Nico berada di barisan yang sama dengannya.

Azura berdecak kesal dan kembali menatap ke depan sembari berkenalan ramah dengan orang-orang di barisan depannya.

Aku harus fokus pada langkah awal balas dendamku. Kehadiran Nico hanya akan mengacaukan semuanya. Batin Azura sambil tersenyum saat membalas sapaan dari gadis di sampingnya

"Azura, Nico dari tadi menatapmu. Apa kamu benar-benar tidak akan menyapanya?"

Azura hanya diam dan membiarkan Adema terus berbisik di belakangnya. Nico yang berada di barisan tengah itu menatap lekat punggung Azura.

Mata coklat terang itu menatap Azura yang sedang tertawa atau tersenyum tipis saat berbincang dengan orang-orang di depannya.

"Dia gadis yang ramah, ya? Dia juga tidak canggung berkenalan dengan teman-teman yang lain. Kebanyakan dari anggota kelompok lain hanya sibuk dengan orang-orang yang mereka kenal dari SMP saja."

Nico menoleh ke arah pemuda di sampingnya dan menganggukkan kepalanya sambil terus menatap ke arah Azura.

Azura kembali tersenyum dan mata Nico menatap dengan jelas setiap guratan di wajah Azura, membuatnya kembali bernostalgia dengan kisah hangat masa lalu mereka.

Aku juga ingin senyum itu terarah kepadaku. Apa begitu sulit mengharapkan hal itu? Batin Nico mengepalkan tangannya.

Manik coklat terang Nico memandang kerumunan di depannya. Perasaan bersalah yang terus menggunung di dalam hatinya.

Kemarahan dan kebencian yang terarah jelas kepadanya, membuatnya semakin putus asa dalam kegundahan. Berbagai pikiran terus memenuhi benaknya saat senyum Azura terus terpampang di depan matanya.

Apa ada maaf untuk orang yang menghilangkan nyawa orang lain seperti dirinya?

...☽☽☾☾...

Hai ... White Blossom disini 🌺

Jangan lupa tinggalkan like dan komentar kalian ya ... 🌺

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!