"Ya Allah, apalagi ini?"
Bilqis sontak menutup wajahnya menggunakan kedua tangan. Rasa sesak dan pusing seketika memenuhi hati dan kepalanya.
Dengan tatapan sinis dan senyum tipis, Maria barkata.
"Jadi, sakitnya orang tua itu tidak mengubah apapun. Kalau ayahmu tidak bisa menyetor ke saya seperti biasanya, maka kamu yang harus memberi setoran tiap bulan. Jika terlewat satu bulan saja, maka kamu akan tahu akibatnya."
"Maksud ibu?"
Belum sempat Maria menjawab pertanyaan Bilqis, tiba-tiba muncul Mbak Wati dengan anaknya Bima berjalan masuk dari halaman.
"Assalamualaikum, Bil." ucap Mbak Wati sambil terus masuk dan duduk bergabung dengan Bilqis di ruang tamu.
"Waalaikumsalam, mbak." jawab Bilqis dengan seulas senyum menyamarkan rasa gugup yang dirasakannya sejak tadi.
"Eh, ada tamu toh. Aku mengganggu yah Bil?" tanya Mbak Wati sambil menampilkan senyum canggung, sesekali melirik ke arah Bu Maria.
Bilqis yang bingung harus bilang apa, akhirnya hanya bisa melirik ke arah Bu Maria yang kini sedang menatap tajam ke arah Bilqis dan Mbak Wati bergantian. Suasana mencekam semakin jelas terasa di ruangan itu.
Setelah beberapa saat hening, akhirnya Bu Maria bersuara. "Botak, berikan kartu nama saya ke anak ini." dengan sigap anak buah Bu Maria yang dipanggil Botak itu langsung merogoh tas tangan Bu Maria yang sejak tadi di pegangnya dan memberikan selembar kartu nama pada Bilqis.
"Aku beri kamu batas waktu sampai akhir bulan ini untuk melunasi tunggakan ayahmu, nomor rekening dan nomor hp saya ada di kartu nama itu. Kalau sampai akhir bulan ini kamu tetap tidak bisa membayarkan padaku sejumlah yang kamu lihat di buku tadi. Maka, aku yang akan mencari mu." ucap Bu Maria dengan suara pelan tapi penuh dengan tekanan.
"Baik bu." sahut Bilqis sambil menahan agar suaranya tidak bergetar.
Bu Maria dan anak buah nya pun mulai beranjak satu persatu dari ruangan itu. Tapi, sebelum keluar dari pintu rumah, Bu Maria kembali berbalik dan berkata, "Kalau kamu tidak mampu membayarnya, maka jangan menyesal untuk apa yang akan terjadi kedepannya pada ayahmu atau pada dirimu sendiri".
Bilqis terpaku mendengar kata-kata Bu Maria, rasa takut dan khawatir seketika memenuhi diri Bilqis.
***
PLUKK
"Akkhh! Mbak Wati aku kok di pukul?" tanya Bilqis sambil mengelus pundaknya yang baru saja dapat tepukan keras dari Mbak Wati.
"Mbak nggak pernah mukul kamu ya! Mbak cuman nepuk punggung kamu tapi pakai kekuatan ekstra. Hehehe." jawab Mbak Wati sambil menampilkan senyum seolah tidak bersalah, seperti pada iklan pasta gigi di tv.
"Lah, nyengir si Mbak." jawab Bilqis pura-pura kesal.
"Ya, mbak tu gemes aja sama kamu, sejak tadi mbak panggil, mbak colek-colek, nggak juga buat kamu sadar. Yah, mbak coba cara paling ampuh punya mbak. Eh, beneran bikin kamu sadar. Hehehe." Mbak Wati tersenyum manis sambil menurunkan Bima dari pangkuannya.
"Kamu mikirin apasih Bil? Coba deh cerita sama mbak, mana tau kan mbak bisa bantu." sambung Mbak Wati lagi.
Bilqis terdiam, memandang ke dalam mata Mbak Wati.
'Apa aku harus cerita ke Mbak Wati ya?' Bilqis pun bimbang.
Bukannya Bilqis tidak percaya kepada Mbak Wati, Bilqis cuman tidak mau masalahnya di ketahui banyak orang dan bisa jadi konsumsi publik atau bahasa kasarnya jadi bahan gosip tetangga.
'Sebaik-baiknya tempat curhat, yang paling baik curhat sama Allah SWT. Yang kedua curhat ke Ayana. Hmm, aku jadi kangen Ayana. Biasanya, serumit apapun masalah ku, kalau aku cerita ke dia, pasti bisa dapat hiburan sepaket sama solusinya.' pikir Bilqis lagi.
PLUKKK
"Astagfirullahaladzim, mbaaak. Kok aku kena tepuk lagi?" tanya Bilqis sambil menahan perih di punggung.
"Yah, kamu ditunggu cerita malah ngelamun lagi. Emang ibu tadi bikin masalah sama kamu?" Mbak Wati mencoba menebak pikiran Bilqis.
"Nggak kok mbak, ibu tadi itu temannya ayah. Tadi datang kesini cari ayah, katanya ada perlu gitu." jawab Bilqis sambil beranjak ke tempat Bima bermain.
"Oh iya, mbak kesini ada perlu sama aku?" tanya Bilqis mengalihkan pembicaraan.
"Eh, jadi lupakan. Aku mau ngajak kamu makan di rumah aja. Kamu pasti baru pulang sekolah kan? Kamu pasti capek, pasti belum sempat masak, terus pasti mau balik ke rumah sakit lagi. Iyakan?" Mbak Wati menjelaskan tujuannya.
"Alhamdulillah, terima kasih mbak ku! Mbak memang yang paling the best pokoknya." sahut Bilqis sambil memeluk Mbak Wati.
"Iya iya. Ya sudah, ayok ke rumah!" ajak Mbak Wati sambil meraih Bima dalam gendongannya.
"Mbak duluan saja pulangnya, aku mau sholat dulu, setelahnya baru ke rumah Mbak Wati. Oke?" ucap Bilqis sambil menaikkan dua jempol tangannya.
"Oke! Aku pulang duluan kalau gitu ya. Assalamualaikum." pamit Mbak Wati sambil melangkah keluar rumah.
"Waalaikumsalam, mbak." jawab Bilqis sambil berdiri bersandar pada kusen pintu menunggu Mbak Wati masuk ke dalam rumahnya, baru setelah itu Bilqis menutup pintu rumahnya.
"Ya Allah, bagaimana caranya aku bisa dapat uang untuk semuanya?" lirih Bilqis.
Bilqis pun memutuskan untuk segera melaksanakan kewajiban 4 rakaatnya, memilih mengadu kepada Rabb-nya di atas sejadah, kemudian bersiap ke rumah Mbak Wati.
***
Setelah selesai makan siang di rumah Mbak Wati, Bilqis pun langsung kembali ke rumah sakit untuk memastikan keadaan Pak Siddiq sekaligus menitipkan Pak Siddiq ke suster yang berjaga karena Bilqis harus mulai bekerja di warung tenda sari laut dekat rumah sakit.
"Assalamualaikum." ucap Bilqis saat tiba di tempat sari laut kemarin. Setelah mendapat jawaban salam, Bilqis pun langsung menemui Mas Fatan untuk mendengarkan apa saja yang harus ia kerjakan.
"Jadi, pekerjaan kamu sebenarnya nggak susah kok, kamu hanya perlu mengantar pesanan costumer ke mejanya, terus membersihkan piring dan meja yang sudah ditinggalkan customer yang habis makan. Kalau customer banyak kamu juga bisa bantu cuci piring kalau memang diperlukan, kalau tidak yah nggak usah, soalnya memang sudah ada orangnya sendiri buat bagian cuci piring." jelas Fatan.
"Untuk gaji, gaji awal kamu segini." ucap Fatan lagi sambil memperlihatkan deretan angka yang akan menjadi jumlah gajinya untuk 1 bulan kedepan.
"Ini untuk gaji pokoknya saja, kalau kerja kamu baik, nanti bisa ada bonus kok. Kamu tenang saja." lanjut Fatan dengan senyum hangat yang mengembang.
"Kamu pahamkan?" tanyanya memastikan.
"Insya Allah, paham mas." jawab Bilqis disertai anggukan dan senyuman.
"Ya sudah, kamu bisa mulai kerja sekarang." ucap Fatan lagi.
"Baik mas, permisi saya ke dapur dulu." jawab Bilqis dan di balas anggukan.
Bilqis pun berjalan ke arah dapur untuk membantu mengerjakan apa yang bisa ia kerjakan.
***
Beberapa hari berlalu, Bilqis masih disibukkan dengan kegiatan yang sama, sekolah dan bekerja. Saat tiba hari sabtu, dua hari sebelum ujian akhir, seluruh siswa-siswi kelas dua belas di SMA Nusantara di berikan kelonggaran untuk pulang lebih cepat dari jam yang seharusnya dengan tujuan bahwa para siswa-siswi dapat beristirahat sebelum menghadapi ujian akhir hari Senin nanti.
"Hari ini kamu jadi kan kerumah? Kita kan mau membahas ulang beberapa mata pelajaran buat ujian nanti." tanya Ayana sambil mengemas peralatan sekolahnya untuk di bawa pulang.
"Iya, Ayana! Iyaaaaa! Ini kamu udah bertanya hal yang sama lima kali loh hari ini." jawab Bilqis merasa gemas.
"Ya, aku cuman yakinin kamu aja sebenarnya. Kamu yakin mau ke rumah aku? Nggak mau langsung ke rumah sakit? Nanti ayah kamu bagaimana?" dengan wajah khawatir dan serba salah Ayana menunggu jawaban Bilqis.
"Tenang aja, aku udah nitip ayah ke suster yang jaga sampai jam pulang sekolah, jadi kita masih punya beberapa jam buat belajar. Yang penting kamu tepati janji kamu yah, antar aku balik ke rumah sakit nanti. Oke?"
"Oke! Asiapp." jawab Ayana sambil merangkul pundak Bilqis. Mereka pun berjalan sambil tertawa menuju mobil jemputan Ayana.
'Dia Ayana, sahabatku.' ucap Bilqis dalam hati, salah satu hal yang selalu Bilqis syukuri kehadirannya dalam hidupnya.
***
Tiba di kediaman keluarga Mahesa, Ayana dan Bilqis masih asyik dengan pembicaraan mereka. Ada terlalu banyak hal yang menjadi seru untuk dibicarakan saat kedua sahabat itu bersama. Sampai akhirnya mereka berjalan menaiki tangga kemudian melewati halaman dan tiba-tiba terdengar suara teriakan.
"Ayana, minggir!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Nanaziiuu
Semangat thor😁😁
2023-12-13
0