Rumah Terakhir..
Chapter 1
Teeeett Teeeett
Bel yang menandakan siswa siswi SMA Nusantara telah selesai dengan aktifitas sekolah mereka telah berbunyi.
"Hari ini kamu jadi main ke rumah ku kan Bil?" tanya Ayana saat mereka tengah berjalan keluar dari ruang kelas.
"Maaf yah Na, hari ini aku harus langsung pulang, soalnya ayah pagi tadi nggak enak badan. Hmm, kayaknya ayahku meriang deh." Bilqis menjeda ucapannya lalu menarik nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan.
"Rencana nya pagi tadi aku mau izin nggak masuk aja, kasihan ayah di rumah nggak ada yang jagain. Tapi, nggak boleh juga sama ayah, katanya ayah takut ganggu kegiatan sekolahku, apalagi minggu depan kan kita sudah masuk ujian akhir".
Harusnya hari ini adalah jadwal kedua gadis yang sudah bersahabat sejak duduk di kelas 1 bangku SMP itu belajar bersama di rumah Ayana. Tapi, apa boleh buat, Bilqis sangat khawatir dan juga tidak tega jika harus meninggalkan sang ayah seorang diri terlalu lama di rumah dalam keadaan yang kurang sehat.
"Ya sudah kalau gitu, kamu pulangnya hati-hati yah, salam buat ayah, semoga ayah cepat sembuh." balas Ayana sambil sebelah tangannya merangkul pundak sang sahabat.
"Kamu juga hati-hati yah, titip salam buat mama!" sahut Bilqis yang mendapat anggukan serta senyum manis dari Ayana.
Mereka pun berpisah di gerbang sekolah, Ayana berjalan menuju mobil jemputannya dan Bilqis pun berjalan ke arah yang berlawanan menuju halte bus terdekat.
***
Saat Bilqis tiba di depan rumah sederhana yang telah dihuni nya bersama sang Ayah sejak 9 tahun silam, Bilqis pun heran saat melihat pintu dan jendela rumah yang tertutup rapat.
"Assalamualaikum ayah, Bilqis sudah pulang".
Bilqis pun bergegas masuk ke dalam rumah dan dengan cekatan Bilqis mulai membuka lebar pintu dan jendela rumah agar udara yang ada di dalam rumah bisa bertukar dengan udara yang lebih segar. Setelah merasa cukup, Bilqis kemudian melanjutkan langkahnya masuk ke dalam rumah untuk mencari keberadaan sang ayah.
"Yah! Ayah!" Bilqis terus memanggil sang ayah, berharap mendapat jawaban agar kekhawatiran Bilqis bisa segera menghilang . Namun sayang, setelah beberapa lama memanggil, tak sekali pun Bilqis mendapat jawaban. "Ayah kemana sih? Nggak mungkin ayah keluar, tadi pagikan ayah kurang enak badan." monolog Bilqis terjeda. "Ah, mungkin ayah lagi istirahat di kamar." lanjut Bilqis lalu segera beranjak menuju kamar sang ayah. .
"Astagfirullah, ayah!" Bilqis berlari menuju ayahnya yang saat ini sedang tak sadarkan diri di samping tempat tidurnya.
Bilqis begitu terkejut, melihat sang ayah yang sudah tidak sadarkan diri di lantai samping tempat tidur saat ia membuka pintu kamar beberapa saat yang lalu. Rasa aneh memang sudah dirasakan Bilqis sejak tadi saat ia pulang sekolah. Bukan hal biasa baginya jendela rumah tertutup rapat di siang hari, kecuali memang tidak ada orang di rumah.
"Ayah! Ayah kenapa bisa pingsan begini yah? Ayah! Ayah bangun yah!" rasa khawatir dan terkejut membuat air mata Bilqis mengalir begitu deras.
Bilqis pun meletakkan kembali kepala ayahnya di lantai dan segera berlari keluar mencari bantuan.
"Toloong!! Toloong!!" teriak Bilqis susah payah di antara isak tangisnya, tapi tidak satu orang pun yang datang menghampiri. Bilqis mulai berjalan, memaksakan kakinya yang gemetar melangkah menuju rumah tetangga depan rumahnya saat melihat ada motor terparkir di halaman rumah itu.
"Assalamualaikum, Mbak Wati!" dengan suara yang gemetar, Bilqis terus memanggil pemilik rumah.
Tok.. Tok.. Tok..
"Assalamualaikum, mbak Wati! Mas Hasan! Assalamualaikum!"
Terdengar jawaban salam dari dalam rumah bersamaan dengan langkah kaki yang terdengar sedikit berlari. "Waalaikumsalam! Siapa ya?"
Saat pintu rumah terbuka, muncullah Mbak Wati dengan raut wajah terkejut. "Loh, Bilqis? Kamu kenapa?"
"Mbak, tolongin Bilqis mbak.. Ayah Bilqis.. Hiks.. Mbak, ayah mbak.. Ayah pingsan mbak di rumah. Tolongin Bilqis mbak! Hiks hiks".
"Astagfirullah, ya udah tunggu sebantar ya, mbak panggil mas Hasan dulu. Mas! Mas Hasan! Mas!" sambil berlari masuk kembali kedalam rumahnya, Mbak Wati terus memanggil suaminya.
Tak lama kemudian, Mbak Wati kembali muncul, kali ini bersama Mas Hasan sambil berlari kecil ke arah arah Bilqis dengan raut wajah yang sama-sama khawatir. "ayah kamu dimana Bil?" tanya mas Hasan saat tiba di hadapan Bilqis.
"Ayah di kamarnya mas! Hiks hiks" jawab Bilqis masih dengan tangis yang sulit dihentikan.
"Ya sudah, ayok kita ke rumah kamu dulu!" mereka pun berlari menuju rumah Bilqis.
***
Saat sudah masuk ke dalam kamar sang ayah, Bilqis pun langsung menuju ke tempat ayahnya pingsan "Assalamualaikum, ayah! Hiks"
"Kita angkat aja dulu ke tempat tidur!" ucap Mas Hasan.
"Iya mas" jawab Bilqis.
Mereka pun mulai mengangkat Pak Siddiq, ayah Bilqis ke atas tempat tidur, di bantu Mas Hasan dan Mbak Wati.
"Kamu ada minyak angin nggak Bil?" tanya Mbak Wati.
"A-ada mbak! Tunggu sebentar, Bilqis ambil dulu di kamar."
Saat hendak melewati pintu, Mas Hasan tiba-tiba memanggil dan bertanya hal yang sama sekali tak disadari Bilqis.
"Bilqis! Itu kok baju sama tangan kamu ada darahnya?"
Sontak Bilqis menoleh ke arah baju dan tangannya yang di tunjuk Mas Hasan. Betapa terkejut nya Bilqis saat melihat banyak noda bekas darah yang masih segar menempel di tangan dan bajunya. Bilqis pun mengurungkan niatnya untuk ke kamar dan berbalik ke tempat sang ayah. Dengan perasaan was-was, Bilqis mulai mengangkat kepala ayahnya dan memastikan apa yang ada di kepala.
"Astagfirullah, mas! mbak! Kepala ayah berdarah. Bagaimana ini? Hiks.. Hiks"
Ternyata benar, kepala ayah Bilqis terluka dan mengeluarkan cukup banyak darah. Seketika rasa lemas menjalar ke seluruh tubuh Bilqis, air mata pun semakin deras terasa.
"Mas, coba kamu ke Pak Mahdi dulu. Minta tolong buat antarkan Pak Siddiq ke rumah sakit." ucap Mbak Wati dan di jawab anggukan oleh suaminya, Mas Hasan pun segera berbalik pergi meninggalkan kamar Pak Siddiq.
***
Tidak berselang lama, terdengar bunyi kendaraan di luar rumah.
"Asalamualaikum!" ucap Pak Mahdi, Bu Rosa dan Mas Hasan saat tiba di kamar Pak Siddiq, ayah Bilqis.
"Ayah kamu kenapa nak? Kok bisa sampai pingsan begini?" tanya Bu Rosa.
"Bilqis juga nggak tau bu. Tadi pas Bilqis pulang sekolah, Bilqis lihat pintu dan jendela rumah semua tertutup rapat. Hiks hiks." jawab Bilqis masih dengan air mata yang mengalir deras.
"Terus Bilqis masuk cari ayah, pas Bilqis masuk ke kamar ayah, Bilqis lihat ayah sudah pingsan di lantai dekat tempat tidur. Hiks hiks."
Meski dengan sesenggukan, sebisa mungkin Bilqis menjawab pertanyaan Bu Rosa yang merupakan istri dari Pak Mahdi, Ketua RT di rumahku sambil terus membersihkan air mata yang terus mengalir di pipi.
"Bagian belakang kepala Pak Siddiq ada yang terluka pak, mungkin waktu Pak Siddiq kehilangan kesadaran, beliau sempat terbentur sesuatu." Mbak Wati membantu Bilqis menjelaskan tentang luka di kepala ayahnya.
Mbak Wati terus mengipasi Pak Siddiq menggunakan buku tulis yang diambilnya dari dalam tas sekolah Bilqis sambil sesekali mengelus pundak Bilqis untuk menenangkannya.
"Kalau begitu, ayo kita antar Pak Siddiq ke rumah sakit, semoga tidak ada hal serius yang terjadi. Semoga Pak Siddiq baik baik saja." ucap Pak Mahdi serius.
Pak Mahdi dan Mas Hasan pun menggotong Pak Siddiq ke mobil untuk di antar ke rumah sakit.
"Bilqis, kamu naik di tengah, pangku kepala ayahmu nak. Alas kepalanya dengan kain, supaya darahnya tidak terus mengalir." ucap Bu Rosa dan langsung di sambut anggukan oleh Bilqis.
Mobil Avanse milik Pak Mahdi pun mulai melaju menuju rumah sakit.
***
Saat tiba di Rumah Sakit Medika, Mas Hasan pun gegas turun dari mobil dan masuk ke dalam UGD. Kemudian keluar lagi setelah beberapa saat dengan beberapa perawat yang membawa brankar untuk Pak Siddiq.
Bilqis dan beberapa perawat segera mendorong brankar milik Pak Siddiq menuju UGD.
"Ayah.. Ayah yang kuat ya yah! Hiks.. Hiks.. Jangan tinggalin Bilqis ya yah.. Hiks Hiks.. Ayah pasti baik-baik aja yah."
Bilqis terus memegang tangan ayahnya sejak di dalam mobil sampai tiba di depan UGD rumah sakit. Berusaha menguatkan sang ayah dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja.
"Maaf, pengantar pasien tolong tunggu disini saja." ucap seorang perawat.
Bilqis pun dengan terpaksa melepas tangan sang ayah dengan diam dalam tangis dan terus melihat brankar ayahnya yang menghilang di balik pintu UGD.
"Sabar yah nak, terus berdoa buat ayahmu. Semoga ayahmu baik-baik saja." ucap Bu Rosa sambil menarik Bilqis masuk ke dalam pelukannya, mencoba menenangkan Bilqis yang masih terus menangis.
***
Pintu ruang UGD terbuka dan muncullah seorang Dokter yang berjalan menuju ke arah mereka.
Bilqis yang sadar atas kehadiran Dokter pun segera berdiri dan menghampiri Dokter tersebut, diikuti Pak Mahdi, Bu Rosa, Mas Hasan dan Mbak Wati.
"Dokter, bagaimana keadaan ayah saya Dok?" tanya Bilqis berusaha menghentikan tangisnya.
"Maaf.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Gadis Senja
semangat thor, mampir kak ke novel pertamaku
2023-12-18
1
王贝瑞
Mampir nih kak
smngt🐣
2023-11-24
0