Chapter 3

BRUKKK

"Astagfirullah!"

Bilqis terpental hingga jatuh terduduk di lantai. Sambil mengusap bagian kepalanya yang terasa sakit karena menabrak sesuatu, satu lagi tangan Bilqis mengusap bagian belakangnya yang tidak kalah sakit dengan bagian kepalanya. Bilqis pun bangkit berdiri dan melihat siapa yang menabraknya.

"Maaf, kamu nggak apa-apa?"

Suara seorang pria terdengar menyapa telinga Bilqis. Bilqis lalu mengangkat kepalanya, saat itu juga pandangan Bilqis dan seorang pria yang telah menabraknya saling bertemu.

Seorang pria berbadan tegap, tinggi, dan berkulit agak sawo matang berdiri di hadapan Bilqis saat ini, pria itu seketika menundukkan tubuhnya untuk melihat keadaan Bilqis dengan lebih dekat.

Bilqis yang merasa terkejut dengan tingkah pria dihadapannya yang tiba-tiba itu pun sontak mengambil beberapa langkah mundur. Namun karena langkah yang kurang siap, akhirnya Bilqis kembali terjatuh karena tersandung kakinya sendiri.

BRUKK

"Aduhhh, aowww!" pekik Bilqis tidak tertahankan.

Melihat Bilqis yang terjatuh kembali, pria itu pun berinisiatif mengulurkan tangannya. Meski sedikit kesal, namun Bilqis tetap menerima uluran tangan pria itu, kemudian bangkit berdiri sambil mengusap bagian belakangnya yang terasa sangat-sangat sakit akibat jatuh terduduk dua kali berturut-turut.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya pria itu dengan raut wajah bersalah.

"Nggak kok, Pak. Saya baik-baik saja." ucap Bilqis sambil menunduk. Niat hati ingin marah pun tidak bisa karena terlalu malu jatuh di depan umum dan di depan orang asing.

"Maaf yah, maafkan saya. Saya nggak sengaja. Saya terlalu tergesa-gesa jadi kurang memperhatikan jalan." jelas pria itu.

"Oh nggak apa-apa, Pak. Saya juga salah. Salah saya yang jalan sambil melamun, jadinya nggak sadar dengan keadaan sekitar saya." sahut Bilqis dengan wajah yang tetap menunduk.

"Apa kamu yakin tidak apa-apa?" tanya pria itu lagi yang segera mendapat anggukan kepala dari Bilqis.

"Ya sudah, ini kartu nama saya. Kalau nanti kamu merasa ada yang sakit, kamu bisa hubungi saya. Nomor telepon saya ada disitu." ucap pria itu masih dengan rasa bersalahnya.

"Baiklah kalau begitu, terima kasih, Pak. Padahal, saya sungguh baik-baik saja." balas Bilqis kembali meyakinkan pria dihadapannya itu.

"Kalau begitu, saya pergi dulu. Sekali lagi maaf dan terima kasih." ucap pria itu lalu melangkah pergi tanpa menunggu jawaban dari Bilqis.

"Sama-sa-ma. Hmm, apa dia sesibuk itu sampai harus pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dariku?" monolog Bilqis karena pria tadi sudah menghilang dari pandangannya.

'Attar Putra Mahesa' ucap Bilqis membaca kartu nama pria itu.

"Mahesa? Kok nama itu kayak nggak asing yah? Ah, entahlah." ucap Bilqis tak lagi mau pusing dengan perkara nama, ia pun melangkah kembali menuju ruang UGD.

***

"Pak, bu. Bagaimana ayah? Apa sudah dipindahkan?" tanya Bilqis saat tiba di depan ruang UGD.

"Alhamdulillah, kamu sudah kembali nak. Pak Siddiq lagi proses pemindahan, ini kami sedang menunggu brankarnya di dorong keluar dari UGD." ucap Bu Rosa.

Trek tek tek tek tek

"Nah itu brankar ayah mu sudah di dorong. Ayo kita ikuti!" kata Pak Mahdi.

"Ayok, Pak!" sahut Bilqis kemudian berjalan mengikuti brankar itu menuju ruang ICU.

***

Setibanya di depan ruang ICU, seorang suster berhenti dan berkata "Maaf, pak, bu, untuk penjaga yang bisa masuk cuman satu orang. Yang lain silahkan menunggu di luar saja."

Setelah berkata seperti itu, sang suster lalu berbalik dan kembali mendorong brankar Pak Siddiq masuk ke dalam ruang ICU.

"Ya sudah, kamu masuklah nak, temani ayah kamu dulu." ucap Pak Mahdi penuh pengertian.

"Baik pak, Bilqis masuk dulu sebentar. " balas Bilqis dan dijawab anggukan oleh keduanya.

Beberapa langkah setelah masuk di ruang ICU, Bilqis terkejut melihat pasien-pasien yang ada di ruangan tersebut.

Ruangan yang berisi 6 bed pasien dan terisi seluruhnya. Bunyi berbagai alat penunjang kehidupan nyaring terdengar di ruangan yang ramai tapi begitu terasa sunyi itu.

'Ya Allah, kasihan sekali pasien-pasien ini. Berikan mereka kesembuhan ya Allah. Aamiin'.

Tanpa terasa setetes air mata jatuh membasahi pipi Bilqis.

Melihat ayahnya telah dipindahkan dari brankar ke bed pasien, Bilqis pun segera membersihkan pipinya dari air mata dan berjalan menghampiri tempat dimana ayahnya berbaring.

"Pemindahannya sudah selesai, masih ada yang bisa kami bantu, Mbak?" tanya salah satu suster yang membantu memindahkan Pak Siddiq dari UGD ke ruang ICU.

"Nggak kok, Sus. Sudah cukup."

"Kalau begitu kami permisi dulu."

"Iya, Sus. Terima kasih."

Setelah merapikan bed sang ayah, Bilqis pun meyakinkan diri dalam hati untuk meninggalkan ayahnya sebentar.

'Aku harus pulang mengambil beberapa keperluan kami karena aku pasti harus menginap di rumah sakit untuk menemani ayah. Mungkin besok aku tidak akan masuk sekolah dulu, tempat ini masih sangat asing buat ayah, kasihan kalau aku harus meninggalkan ayah untuk waktu lama.'

Setelah yakin, Bilqis pun menemui Pak Mahdi dan Bu Rosa untuk meminta tumpangan pulang. Dan mereka pun mengijinkannya menumpang.

***

Waktu menunjukkan pukul 8 malam saat Bilqis tiba di rumahnya, ia pun memutuskan untuk sholat isya lebih dulu, setelah itu baru berkemas.

"Ya Allah, aku harus bagaimana?" sambil melipat mukena, Bilqis pun mulai mencari cara mendapatkan uang tambahan untuk kebutuhannya dan sang ayah.

"Apa aku cari kerja sampingan aja yah? Yang waktu kerjanya bisa dikerjakan pulang sekolah."

Bilqis pun mulai memikirkan jenis pekerjaan apa yang cocok untuk pelajar sepertinya. Walaupun ia sudah selesai ujian akhir dan hanya tinggal menunggu pengumuman kelulusan, tapi tetap saja ia belum bisa lepas dari statusnya sebagai seorang pelajar.

Setelah selesai berkemas, Bilqis kembali ke rumah sakit. Saat turun di halte bus dekat rumah sakit, Bilqis melihat warung makan tenda sari laut. Di dekat pintu tenda, Bilqis dapat melihat ada tulisan buka lowongan kerja. Tanpa ragu lagi, Bilqis masuk ke dalam warung makan tersebut dan menemui pemiliknya.

"Permisi, Mas!" mencoba bertanya pada salah seorang pegawai yang sedang menggoreng ayam.

"Iya, Mbak. Mbaknya mau pesan apa?"

"Maaf mas, saya bukan mau makan. Saya mau tanya soal lowongan di depan, apa masih buka yah mas?"

"Oh, masih kok mbak. Mbak tanya ke mas Fatan saja, itu yang pakai kaos hitam disebelah sana." jawab pegawai tadi kemudian menunjuk ke arah seorang pemuda yang berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Oh iya, makasih ya mas" balas Bilqis dan mendapat anggukan dari pegawai tadi.

Bilqis pun berjalan menghampiri seorang pemuda, sesuai dengan arahan pegawai yang sebelumnya.

"Permisi mas, masnya yang namanya Fatan?"

"Iya, saya Fatan. Mbak siapa yah? Apa mau makan?"

"Oh, ngga mas. Ini saya mau tanya lowongan yang ada di depan, apa masih buka yah mas?"

"Masih kok mbak, siapa yang mau bekerja mbak? Apa mbak?" tanya Fatan sambil sesekali memperhatikan costumer yang makan di warungnya.

"Iya, saya mas. Apa bisa, Mas?" tanya Bilqis penuh harap.

"Bisa, Mbak. Tapi, Mbak harus tahu dulu, kerja disini gaji nya nggak besar Mbak, trus kita juga bukanya dari jam 7 malam sampai jam 12 malam. Apa Mbak yakin sanggup?" jelas Fatan dengan raut wajah yang penuh keraguan.

'Mungkin dia meragukan kemampuanku.' Bilqis bergumam dalam hati.

"Saya yakin kok mas, Insyaa Allah saya akan berusaha keras untuk bekerja sebaik mungkin." ucap Bilqis meyakinkan, sambil berdo'a dalam hati. 'Ya Allah, mudahkan jalan hamba untuk kerjaan ini. Aamiin'.

"Baiklah, kalau kamu memang merasa yakin mampu, besok jam 6 sore kamu kesini saja bawa foto copy KTP kamu." ucap Fatan sambil tersenyum.

"Baik mas! Alhamdulillah, terima kasih banyak ya mas."

Dengan perasaan yang begitu senang dan bersyukur, Bilqis pun segera menyalami Fatan dan ketika ia berbalik untuk keluar dari warung tenda itu, tiba-tiba..

PRANGG!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!