Sepanjang lorong rumah sakit, tresa dan Raka saling diam. Mereka fokus pada pikiran masing masing. Ada kalanya Raka berpikir untuk memiliki anak kembar, namun berbeda dengan tresa yang tak mau kalau sampai kabar kehamilannya di nyatakan oleh sang dokter.
Jujur saja, tresa belum sanggup mendengar kabar kehamilan nya. Ia bukanlah seorang wanita yang memiliki rasa keibuan, dulu saja ketika ibunya diduga hamil kembali tresa langsung ketakutan karena tak mau kasih sayangnya terbagi.
Namun ternyata dugaan itu salah, tresa tak akan mungkin mempunyai adik lagi diusia sang ibu yang sudah cukup tua.
"eh iya tres, malam ini antar ke rumah papah ya". Ajak Raka ketika sampai didepan pintu ruang dokter kandungan.
"papah kamu? buat apa?". Tanya tresa balik.
"Aku mau belajar nerusin perusahaan papah, kita kan mau punya tanggungan jadi ya harus kerja sebagai suami yang baik". Perjelas Raka membuat tresa mengkerutkan kening.
Menurutnya, hal ini tak perlu dilakukan oleh raka. tresa maupun Raka lahir dari keluarga yang terpandang, semua hal yang ingin mereka inginkan akan terpenuhi. Sehingga tresa menolak hal ini dengan blak blakan.
"yaampun! ngapain harus kerja sih? kita itu punya mamih sama papih, jadi apapun yang kita mau pasti dikasih". Timbal tresa.
"bukan gitu tres, tapikan..". Saat Raka akan membalas ucapan istrinya, tiba tiba pintu ruang sang dokter kandungan terbuka. Sontak Raka dan tresa langsung masuk dan memulai pemeriksaan.
....
"selamat ya pak, istri anda tengah Mengandung". Ucap sang dokter dengan jelasnya membuat Raka sontak berteriak.
Tresa yang mendengar teriakan Raka langsung membelakakan mata. Ia langsung memberi kode pada Raka agar tak bersikap seperti itu, hal ini benar benar membuatnya malu.
"Oh iya dok, kira kira bayinya perempuan atau laki laki?". Tanya Raka tak sabar.
"untuk jenis kelamin belum bisa di deteksi pak, mungkin bapa bisa rutin memeriksa kandungan istrinya sebulan sekali". Jelas sang dokter.
Setelah pemeriksaan kandungan selesai, tresa segera membawa Raka pergi keluar dari rumah sakit. Ia masih merasa malu karena ternyata diluar pintu ruangan banyak orang mengantri masuk sehingga otomatis teriakan Raka nyaring terdengar keluar.
"Kamu ngapain sih teriak teriak tadi? bikin malu tahu gak sih!". Bentak tresa membuat Raka menyeringai. Kebahagiaan nya tak bisa ia tutupi, sungguh hari ini adalah hari istimewa sepanjang hidupnya.
"maaf tres, lagian gak boleh aku teriak kegirangan kaya tadi? Itukan ungkapan kebahagiaan aku denger kalau anak kita ternyata lagi disini". Timbal Raka sambil mengelus perut tresa yang masih rata.
"ih apaansih! jangan dielus elus! udah ayo katanya mau ke rumah papah kamu". Teriak tresa dan langsung pergi meninggalkan Raka masuk kedalam mobilnya.
Raka hanya tersenyum dan ikut masuk kedalam mobil menuju rumah ayahnya.
Sesampai nya dirumah, kebetulan sekali disana ada orang tua tresa. Mendengar kabar kehamilan tresa membuat kedua belah pihak keluarga senang. Apalagi ketika mendengar niat baik Raka untuk bekerja karena akan memiliki tanggungan kelak anaknya lahir.
"aduh, emang deh calon mantu mamih ini gak ada lawan. udah ganteng, perhatian, tangguh lagi jadi suami". Puji Rika membuat Harto sedikit cemburu karena istrinya telah memuji pria lain tanpa terkecuali menantunya sendiri.
"Mamih dari dulu belum pernah tuh puji papih kaya gitu". Ejek Harto sambil mengarahkan pandangannya kearah Raka, tatapan tak suka.
Raka hanya menyeringai malu, dari dulu ia tak pernah tertarik meneruskan bisnis ayahnya sebagai CEO. Namun, niat baik ini muncul ketika ia sudah menikah dan akan memiliki anak.
"Pokoknya gini, besok kamu ikut papah ke perusahaan. Nanti papah siapin asisten sama sekretaris buat kamu". Ucap Thomas dengan bangganya.
Sedikit mengobrol, tresa dan Raka memutuskan untuk pulang karena merasa kelelahan apalagi hari sudah sore.
"mah, pah Raka sama tresa pulang dulu yah". Ucap Raka sembari menggandeng tangan istrinya. Walaupun mereka masih belum akur, namun didepan anggota keluarga mereka sebisa mungkin terlihat romantis agar tak mendapat kecurigaan.
Awalnya mereka sempat di tahan dan diajak untuk menginap, namun keduanya menggeleng karena sesuatu hal. Setelah mendapat izin, akhirnya mereka pulang dan masuk kedalam mobil.
Setelah jauh, tresa langsung memalingkan pandangan dan mengusap tangan bekas eratan tangan Raka.
"kenapa di lap sih? kan tangan aku bersih". Ucap Raka melihat tingkah laku tresa.
"Males, abis pegangan sama buaya darat". Timbal tresa memalingkan pandangan.
"Dih siapa yang buaya darat?". Tanya raka sembari menyeringai. Sebutan ini dari dulu selalu tresa lontarkan padanya semenjak putus, mungkin karena dulu ia dicurigai selingkuh. Namun, Raka tak mau membahasnya lagi karena kini tresa sudah menjadi istrinya.
Lampu lampu dipinggir jalan mulai menyala seiring gelapnya waktu, tresa melihat suasana kota Jakarta yang ramai. Banyak ia lihat sepasang kekasih yang tengah berjalan bersama sambil menikmati suasana kota malam.
Terlepas dari itu, ia juga ingin sekali mengajak Raka melakukannya namun malu. 'aduh, punya pikiran apa sih aku? nora banget jalan gandengan tangan kaya gitu'. batin tresa merasa sedikit berubah pikiran.
Sesampainya dirumah, tresa langsung merebahkan tubuh diatas kasur. Sedangkan Raka mulai membuka laptopnya dan tampak pesan dari ayahnya.
Tresa yang merasa penasaran mendekatinya dan melihat banyak foto gadis gadis cantik maupun pria tampan yang ada dilayar.
"lagi apasih? ko ada foto cewe?". Tanya tresa curiga.
"tres? ini tuh daftar sekretaris yang papah pilihin buat aku. Dia bilang semua yang ada disini terbaik, jadi tinggal aku pilih". Jawab Raka membuat kekesalan tresa muncul.
Melihat jajaran gadis seksi dengan baju kantor membuatnya cemburu. Bagaimana mungkin ia bisa membiarkan suaminya memiliki sekretaris yang lebih cantik darinya?.
"Jadi ceritanya mau cari sektretaris yang cantik nih? biar bisa beduaan di kantor gitu? awas ya kalau berani main dibelakang aku!". Bisik tresa dipinggir telinga Raka sembari menjewer kencang telinga Raka.
"tenang tres aku gak bakal pilih cewe kok, lagian aku kan ga mau kamu cemburu". Jawab Raka sangat senang, ternyata ada rasa cemburu yang ia lihat diwajah istrinya.
"dih? siapa yang cemburu. Udah deh, terserah! pokoknya malam ini tidur diluar!". Bentak tresa membuat Raka mengerut kan kening, selama satu bulan ini ia tidur terpisah dengan tresa. Kiranya malam ini bisa tidur bersama namun ternyata tidak.
...
Keesokan harinya, tresa bangun telat pukul 8 pagi. ia melihat seisi kamar sudah bersih dan rapih. kaki jenjangnya siap melangkah namun terhenti ketika merasakan lantai kabin rumah terasa basah, tampak baru di pel.
Selama satu bulan ini, tresa maupun Raka tak pernah mengepel lantai. Biasanya ia hanya menyapu dan mencuci piring, sedangkan Raka memasak dan menjemur. Aneh sekali, apakah Raka yang mengepel lantai pagi ini?.
Dengan penasaran, tresa berjalan keluar dari dalam kamar dan melihat bahwa diatas meja makan sudah rapih dengan makanan dan seisi rumah sudah bersih serta rapih.
"good morning my baby". Ucap Raka semangat dengan celemek yang terpakai pada tubuhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments