"Starla!" Seru Bara, ia mendadak
menghentikan langkahnya di hadapan wanita yang sangat tak asing baginya. spontan suaranya membuat Starla yang tengah berjalan menuju ke ruang rapat pun ikut menghentikan langkahnya.
Tanpa diduga pertemuan yang selama ini Bara impikan akhirnya terjadi, selama 7 tahun ia selalu berharap untuk bisa kembali bertemu dan meminta maaf kepada Starla yang dulu telah dicampakkannya.
Tubuh Bara mematung, detak jantungnya seolah berhenti berdetak karena masih tidak percaya bahwa orang yang selama ini ia cari bekerja di salah satu perusahaan ayahnya sendiri.
"Ayo raya kita pergi dari sini."ajak Starla dirinya langsung menarik tangan Raya dengan kasar sehingga membuat tubuhnya sedikit miring dan nyaris terjatuh.
Raya yang belum mengetahui apa-apa pun hanya mengikuti langkah sahabatnya yang terbilang sangat cepat itu.
"Elo ngapain sih pake narik-narik tangan gue segala!" Tegas Raya yang masih sedikit berlarian karena Starla masih belum menghentikan langkahnya yang terkesan terburu-buru itu.
"Pokoknya elo harus ikut gue kemanapun gue pergi dan sekarang gue minta elo untuk jalan lebih cepat lagi,"jawab Starla tanpa memberi alasan.
Raya yang tidak mengerti apa-apa pun hanya bisa pasrah menuruti permintaan sahabatnya itu.
Mereka berdua terlihat berlarian kecil di sepanjang koridor kantor.
***
Sementara Bara, ia masih mematung diam di tempatnya, menyaksikan Starla yang kini sudah pergi dan menghilang dalam pandangannya.
"Rendi, Apa kamu tahu posisi pekerjaan mereka di kantor ini?" Tanya Bara beberapa detik kemudian.
"Maaf Pak, saya tidak tahu, dan saya baru melihat mereka hari ini pak,"ia menjawab pertanyaan atasannya itu dengan segan dan wajah yang terus menunduk ke bawah.
Sejenak Bara mengalihkan tatapannya ke arah Rendi lalu menatapnya dengan tatapan tajamnya yang khas.
"Kalau begitu kamu harus cari tahu tentang mereka."Titahnya dengan tegas
Setelah itu Bara kembali melanjutkan langkahnya untuk menuju masuk ke ruangan rapat direksi.
***
Dengan nafas yang masih terengah Starla menyandarkan dirinya pada sandaran kursi kerjanya. ia tampak mengibaskan telapak tangannya tepat di bagian wajahnya. Lalu ia menutup matanya rapat-rapat meskipun dengan sekilas ia masih terbayang dengan kejadian yang baru saja dialaminya.
Iya, Bara si laki-laki yang sudah mencampakkannya 7 tahun lalu, kini harus muncul kembali di hadapannya.
Bak seperti hantu disiang bolong dengan seenaknya saja tiba- tiba ia hadir tepat di hadapannya.
Sama halnya seperti yang ia lakukan dulu pergi menghilang dengan cara yang tiba-tiba.
Starla membuang nafasnya dengan berat matanya terasa perih hingga tanpa terasa air matanya kembali jatuh membasahi pipinya.
Kenangan pahit yang sudah susah payah ia lupakan kini harus kembali teringat karena pertemuan tadi.
"Selamat pagi Starla" sapaan itu datang dengan sangat tiba-tiba. Hingga membuat Starla bangkit dari tempat duduknya karena merasa kaget
"iya selamat pagi Bu, " ucap Starla kikuk, seraya tangannya mengusap air mata di wajahnya.
Stella yang tanpa sengaja melihat pemandangan itu pun merasa heran, ia tampak mengernyitkan dahinya Karena baru kali ini ia melihat sosok Starla yang biasanya periang kini tengah meneteskan air matanya disana.
"Are you Ok.?" Tanyanya menelisik
"Saya baik-baik aja kok Bu" Jawab Starla masih dengan nada kikuknya.
"Ok" jawab Stella lalu ia menghentikan ucapannya sejenak sambil menatap heran ke arah wajah Sekretarisnya itu.
"Kamu bisa keruangan saya sebentar, ada yang perlu saya bicarakan sama kamu"Sambung Stella kemudian.
Perintah yang diucapkan oleh atasannya itu sontak membuatnya kaget
Rasanya ia tidak pernah melakukan kesalahan dalam pekerjaannya tapi kenapa dirinya justru malah dipanggil untuk menghadapnya. Namun untuk mempersingkat waktu akhirnya Starla mengiyakan perintah dari Atasannya itu.
"Baik bu, saya segera keruangan ibu." jawabnya kemudian
"Ok, saya tunggu kamu di ruangan saya sekarang ya."kemudian Asisten Stella pun kembali mendorong kursi roda yang dinaikinya untuk memasuki ruangan kerjanya.
Starla Pun dengan cepat meraih beberapa berkas pekerjaannya lalu menyusul Atasannya itu setelah sebelumnya mengusap sisa-sisa air mata di wajahnya terlebih dahulu.
Beberapa menit kemudian Starla sampai di depan ruangan Stella, ia tampak menarik nafasnya dalam-dalam dan hendak masuk keruangan atasannya itu, namun langkahnya terhenti ketika melihat pintu itu terlihat sedikit terbuka.
Starla memberanikan dirinya untuk mengintip dari celah pintu, ia melihat bahwa di dalam sana atasannya itu tengah sedang mengobrol dengan seorang laki-laki. hal itu justru membuat ia mengurungkan niatnya untuk masuk, dan memutuskan kembali ke mejanya.
Namun langkahnya harus terhenti karena tanpa sengaja dirinya menabrak seseorang.
"Maaf, saya tidak sengaja." ucap Starla ia menutup matanya rapat-rapat
"Sudah, buka matamu."titah Orang itu, suaranya terdengar sangat asing di telinganya.
Perlahan ia mulai membuka matanya, menuruti perintah dari orang yang belum ia lihat sebelumnya, lalu dirinya mencoba membuka matanya, dan memberanikan diri untuk melihat ke arah wajah orang yang berada di hadapannya.
"Kamu!" Sahut Starla kaget, rupanya ia mengenali wajah Pria yang ada di depannya itu.
"Yes, I'am " jawab Juan dengan senyum sumringah.
Starla tertegun ia mengingat pada momen pertemuannya bersama Juan satu bulan yang lalu.
Saat itu Juan yang baru saja tiba dari Paris tengah menuju pulang ke rumahnya yang berada di Jakarta, ia menaiki sebuah mobil alphard berwarna putih yang dikemudikan oleh supir pribadinya,
Selama awal perjalanan mereka baik-baik saja bahkan jalanan pun lancar tanpa macet, Namun ketika mobilnya akan berbelok ke arah jalan dimana rumahnya berada, tiba-tiba saja Mobilnya mengerem secara mendadak sehingga membuat tubuhnya sedikit terpental ke arah depan.
“Gimana keadaannya dok?”tanya Juan yang kini tengah berada di ruang IGD
“Pasien baik-baik saja Pak hanya saja saat ini pasien mengalami syok berat jadi harus dirawat dulu beberapa hari.”terang Dokter kepada Juan
Juan terlihat menutup matanya akhirnya ia bisa bernafas lega karena orang yang ditabrak oleh mobilnya baik-baik saja.
“Syukurlah kalau begitu, saya boleh ke dalam untuk melihat keadaannya Dok?”
“Boleh silahkan”
Tak lama Juan pun masuk ke dalam ruang tindakan, dengan ragu ia melangkahkan kakinya untuk mendekati Starla yang masih terlihat terbaring lemah di atas tempat tidur.
“Permisi” ujar Juan ragu, kini dirinya sudah berada tepat di dekat perempuan yang telah ditabraknya itu.
“Iya” Starla menoleh ke arahnya dengan pelan, wajah cantiknya seolah tak pudar meskipun ada beberapa luka goresan dan lebam di sana.
Juan sempat tertegun diam ia sangat merasa bersalah dengan insiden yang telah menimpa gadis yang ada di hadapannya itu.
“Maafkan saya, karena kelalaian saya kamu jadi seperti ini,” ucap Juan yang penuh dengan penyesalan
Starla menatap laki-laki itu dengan seksama, sambil berpikir keras mencoba mengingat kejadian sebelumnya.
“Ah, jadi Bapak yang menabrak saya tadi?” Tegas Starla.
“I-iya saya minta maaf tapi saya akan bertanggung jawab atas semuanya, atau kamu mau minta ganti rugi, nanti saya akan urus semuanya kamu tinggal tulis nominalnya disini.” Juan menyerahkan cek beserta bolpoin mewahnya kepada Starla.
Namun bukannya marah Starla malah tertawa kecil kepadanya seraya kembali menyerahkan cek itu kepada pemiliknya.
“Bapak tidak usah seperti itu, saya baik-baik saja kok, lagian ini kan hanya luka kecil saja, lagian tadi bukan Bapak yang salah justru saya yang salah berlari ke tengah jalan dengan tiba-tiba” Tutur Starla pelan.
“Hah” Juan terperangah
“Tapi kan-”
“Saya baik-baik saja Pak”
Lalu keduanya terdiam dan saling menatap satu sama lain.
Dan kemudian Starla mengedipkan matanya hingga beberapa kali, dan bangun dari lamunannya.
"Loh Kenapa Bapak bisa ada disini?"Starla tampak kaget ketika sadar bahwa laki-laki di hadapannya itu adalah Juan.
Sesaat Juan tampak meluaskan pandangannya ke arah sekitar, lalu mendekatkan wajahnya ke arah Starla.
"Mungkin kita berjodoh makannya tuhan selalu mempertemukan kita.”bisik Juan pelan.
Setelah mendengar jawaban dari Juan lalu dirinya pun segera mengambil langkah seribu.
Tak lama kemudian Starla hendak pergi, namun langkah kakinya terhenti karena Juan menahannya.
"Kamu menguping?" Tanya nya penuh curiga
"Hah!" Starla terperangah
Melihat Starla kaget Juan pun mengernyitkan dahinya sambil tertawa kecil dan menatap Starla yang tengah bengong
"Jadi benar kamu tadi menguping?" Juan kembali menegaskan pertanyaannya pada wanita bertubuh mungil itu.
"Ck, Sepertinya kamu salah paham, saya tadi tidak mendengar apapun dari dalam" Jawab Starla kikuk
Pria itu tersenyum karena merasa lucu pada sikap Starla yang menurutnya unik, tidak seperti kebanyakan wanita lainnya yang selalu bertingkah seperti dibuat-buat hanya untuk menarik perhatiannya.
Juan melangkahkan kakinya beberapa langkah ke depan lalu mengintip ke dalam ruangan melewati celah pintu yang masih terbuka.
Rupanya di dalam sana ia melihat Stella dan Bara tengah mengobrol serius
"Kamu mau masuk?"
Sontak pertanyaan Juan membuat Starla panik.
"Nanti saja pak, saya bisa balik lagi nanti kalau ibu Stella sudah tidak sibuk" Starla terlihat tegang.
Juan menatap wajah Starla dengan seksama, seraya sambil memperhatikan Starla yang cukup menarik perhatiannya.
"Baiklah kalau begitu, saya masuk duluan yah." ujarnya kemudian
“Oh, i-iya silahkan Pak” suara Starla terdengar gemetar.
Beberapa detik kemudian Juan Pun masuk ke ruangan Stella, dan hal itu otomatis membuat Starla menghembuskan nafasnya dengan lega
***
"Kamu belum pulang Ju?"Tanya Bara sesaat Juan sampai di kantor Stella. Dirinya merasa heran karena Juan yang tadi saat rapat terlihat sangat sibuk dengan ponselnya masih berada di kantor Stella hingga saat ini.
"Aku sengaja gak langsung balik kantor karena aku masih betah disini, memangnya gak boleh kalau abangmu ini bermain di kantor Adiknya meskipun cuma sebentar?" Goda juan kepada Bara
Dan kemudian ia mendudukan dirinya di atas sofa kecil berwarna abu.
Dimana jika kita duduk disana kita bisa melihat pemandangan langsung ke pusat kota.
Stella terlihat tersenyum, ketika melihat kakak pertamanya itu mengoceh kepada Bara adik bungsunya.
Kemudian ia melajukan kursi rodanya untuk mendekati kakak tercintanya itu.
Tak lama disusul oleh Bara yang bangkit dari kursi
Kekuasaan Stella yang sudah lama tak lama bisa ia tempati karena, kecelakaan yang membuat kakinya lumpuh.
Bara mendudukan dirinya tepat di sisi kanan kaka pertamanya itu, dan disana tiga bersaudara itu saling bercengkrama menikmati momen yang sangat jarang sekali terjadi di antara mereka.
****
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments