My Sweet Secretary

My Sweet Secretary

Bab 1 Awal Kehancuran

“Kamu kenapa sih, Mas? Kenapa sikapmu berubah begitu kepadaku?” ucap Erica dengan isak tangis.

“Harusnya aku yang tanya? Kamu bermain apa di belakangku selama ini?” tanya sang lelaki menahan amarah yang sudah membuncah.

“Aku tidak bermain apa-apa, Mas!” 

“Ck! Sungguh, kau bermain sangat rapi dan epik,” ucap Bara suami Erica. Ia pun mencoba tetap tegar walau hatinya juga teramat perih.

"Mari kita berpisah!" lanjutnya.

Deg! Bagai disambar petir di siang bolong, hanya isak tangis pilu yang menyayat jiwa. Hati Erica pun sudah berkeping-keping hancur berantakan tak bisa dibenahi kembali. Memang pertengkaran di dalam bahtera rumah tangga itu nyata adanya. Kini semua angan-angan indah telah sirna, janji manis yang dahulu diucapkan saat ijab kabul pun hanyalah dusta semata. 

Hanya saja semua itu memang sudah keputusan yang tepat bagi Bara. Walaupun hatinya juga sangat hancur menerima akhir sebuah perjalanan kisah mereka. Di satu sisi Erica pun tak ingin melepaskan suaminya, tetapi di sisi lain hatinya telah melabuh ke orang lain. Hingga kini hubungan mereka harus terpisah. 

Percuma dirinya menangis, buat apa lagi? Sedangkan sang suami sudah tidak menginginkan dirinya kembali. Dengan cepat Erica  mengemas semua bajunya ke dalam koper, tak lupa ia juga membawa seluruh barang-barangnya yang berada di dalam kamar.

 Ya, kamar yang selama ini sudah menjadi tempat ternyaman baginya. Apa lagi banyak kenangan-kenangan indah bersama sang suami. Namun, hari ini Erica harus meninggalkannya, apa lagi dengan goresan luka hati. 

“Huft!” Erica menghembuskan napasnya dengan kasar.

Kini dirinya pun sudah selesai mengemasi barang-barangnya. Hingga dengan berat hati ia harus pergi meninggalkan sang suami Bara Malik Revendra. 

***

Di suatu hari, secara tidak sengaja Bara harus menyaksikan perselingkuhan istrinya, Erica Maharani. Apa lagi lelaki itu adalah seorang publik figur yang tengah naik daun. 

Ya, semua itu tak luput dari kebetulan. Sepandainya kita menyembunyikan bangkai pasti akan ketahuan juga. Bara yang sedang mengikuti meeting dadakan di sebuah hotel ternama di kota Jakarta. Dengan membahas perencanaan dan pencetusan CEO baru.

Sebagai salah satu kandidat, Bara pun berkewajiban untuk menghadiri rapat besar itu secara langsung. Memang meeting itu hanya dihadiri oleh beberapa perusahaan saja, yang mana di dalamnya itu terdapat tiga perusahaan keluarga. 

Juan Malik Rivendra merupakan salah satu pemegang saham terbesar di perusahaan Rivendra, yang mana ia  adalah anak pertama dari maskot nama tersebut.

Stella Malika Rivendra, merupakan anak kedua yang juga memegang salah satu saham perusahaan sang ayah. Sayangnya ia harus mengundurkan diri, karena insiden kecelakaan yang membuatnya mengalami kelumpuhan.

Argadana Malik Rivendra  merupakan Ayah kandung dari Juan, Stella dan Bara. Dirinya merupakan pemilik utama dari perusahaan Rivendra.

Kali ini, sang ayah menunjuk Bara sebagai pengganti Stella, karena secara kebetulan saat itu putra sulungnya baru saja mendapatkan gelar Sarjana Sastra dan Ekonomi.

Bara sudah menikah sejak ia berusia dua puluh tiga tahun bersama Erica Maharani yang merupakan seorang Model. Mereka menikah melalui perjodohan. Padahal saat itu, ia tengah mempunyai seorang kekasih yang sudah dipacarinya sejak kelas dua SMA.

Wanita itu mau menikah dengan Bara, karena sejak masih SMP dirinya sudah menaruh hati kepada lelaki berhidung mancung itu. Hingga mereka lulus dan akhirnya berpisah untuk meneruskan sekolah.

Hingga suatu hari mereka berdua kembali dipertemukan pada saat acara reuni sekolah. Saat itu, Bara sedang bekerja sambil kuliah di Universitas swasta Bandung.

Singkat cerita, karena Ayah Bara maupun Erica adalah rekan bisnis sejak lama. Mereka pun merencanakan perjodohan untuk kelangsungan  bisnisnya. Dengan berat hati Bara harus menyetujui permintaan dari sang ayah yang sangat ia sayangi. 

Dengan terpaksa pula dirinya harus meninggalkan kekasih yang sudah menemaninya sejak remaja. Ya, memang semua itu menyakitkan, tetapi itu adalah yang terbaik.

***

Saat di acara meeting Bara meminta izin untuk pergi ke toilet. Perlahan ia pun bangkit dari tempat duduknya, lalu melangkah pergi menuju ke toilet. Suasana memang tampak sepi, sesampainya di koridor paling ujung tanpa sengaja ada yang menabraknya.

“Sorry, saya benar-benar tidak sengaja,” ucap lelaki yang menabraknya itu dengan ramah.

“Its oke, santai saja,” jawab Bara dengan tersenyum.

“Oke, kalau begitu saya duluan, ya,” ucap lelaki itu sembari melangkah meninggalkan Bara. Langkah demi langkah, tetapi semakin cepat. Hanya saja sesampainya di ujung koridor lelaki itu sudah dihadang oleh banyak wartawan. Entah, dirinya harus bagaimana.

Bara sempat terdiam, ketika melihat wajah laki-laki yang baru saja bertabrakan dengannya rasa-rasanya ia mengenal wajah itu, akan tetapi  perhatiannya teralih karena melihat kerumunan wartawan yang begitu banyak tengah mendatanginya satu persatu. hingga akhirnya ia memilih untuk memperhatikan kericuhan yang sedang terjadi di hadapannya.

Di satu sisi, Bara hanya terdiam, ketika melihat wajah lelaki tadi. Ia seperti tak asing dengan wajah itu, tetapi dirinya benar-benar tak ingat siapa dia. Kini perhatiannya malah teralih saat melihat wartawan mengerubungi lelaki itu. 

Tak lama suasana di sana berubah menjadi sangat ramai. Jepretan kamera berbunyi dimana-mana, hingga para wartawan pun berebut untuk merekam setiap kata yang terucap dari  mulut laki-laki itu. Bara sempat tersenyum kecil melihat keadaan yang seperti itu hingga di satu titik, ia membuka matanya lebar-lebar  saat melihat sosok yang sangat ia kenal.

“Erica,” sapa Bara dengan tatapan yang begitu tajam juga mengintimidasi. Ya, wanita yang berada di hadapannya itu tengah bergelantungan manja di lengan lelaki lain.

Bara semakin mempertajam pandangannya, ketika ia melihat cara Erica memperlakukan laki-laki itu dengan sangat mesra. Sejenak ia menggeleng dan berusaha untuk mengikutinya.

Sepanjang koridor Bara melangkah secara diam-diam, ia terus menyusuri koridor yang mulai tampak sepi itu hingga keduanya berhasil kabur dari kejaran para wartawan dengan masuk ke dalam lift yang menuju ke lantai dua puluh lima.

Ting! Suara bunyi lift begitu sangat nyaring. Bara pun hanya bisa mengumpat di tepian tembok. Sembari melihat mereka berdua masuk ke dalam lift. Sementara dirinya mengikuti dengan lift yang berbeda.

Beberapa saat kemudian ketiganya sampai di lantai dua puluh lima. Bara pun masih terus mengikutinya, secara diam-diam. Hatinya yang sudah mendidih pun ia  harus tahan. Semua itu hanya agar bisa mengumpulkan bukti. Memang rasanya ingin sekali memberikan pelajaran kepada lelaki sia*lan itu. Namun, dirinya masih bisa mengontrol emosinya dengan baik.

“Sayang, jalannya bisa pelan dikit ‘kan? Kakiku sakit,” ucap Erica. Dirinya mengeluh, karena sepatu hak tinggi itu membuat kakinya terasa pegal.

"Hmm, kalau gitu biar aku gendong aja, gimana?" jawab laki-laki itu menggoda. Erica pun tertawa lepas ia terlihat  senang dan bahagia.

"Hem ...," gumam laki-laki itu, ia sempat terdiam sejenak sebelum dirinya melanjutkan mengangkat tubuh Erica dan membawanya ke dalam kamar VVIP bernomor 303 itu.

Bara terpaku saat mendengar dan menyaksikan adegan itu di depan matanya. Ia pun kembali mengingat kejadian tujuh tahun silam.

Ya, selamat tujuh tahun dirinya selalu mencoba untuk membuka pintu hati kepada Erica. Walaupun memang semua terasa sulit, tetapi ia tetap berusaha untuk mencintai sang istri. Selama tujuh  tahun pula harus  hidup tersiksa dalam penyesalan, karena harus rela  meninggalkan wanita yang sangat berarti dalam hidupnya.

"Ya tuhan apa yang sedang mereka lakukan?" pertanyaan itu kini berkecamuk di dalam benaknya.

Ingin rasanya ia mendobrak pintu kamar, lalu masuk ke dalam untuk menyaksikan hal apa yang sedang mereka perbuat di sana. Namun, niatnya itu terhenti dengan suara ponselnya yang berbunyi. Terlihat di dinding kaca benda pipih tersebut terdapat nama sang kakak. 

Bara pun segera mengangkat panggilan telepon itu, "Ia, halo kak," ucapnya.

"Kamu di mana? ini meetingnya sudah mau dimulai, kok malah ngilang?" tanya Stella panik.

"iya kak, aku baru saja selesai sebentar lagi aku tiba,” jawab Bara sambari mematikan ponselnya.

Sejenak Bara menoleh ke arah pintu kamar yang berada di hadapannya. Perlahan ia mengatur nafasnya yang berat dan berusaha menenangkan dirinya. Ya, tentu saja agar keputusan di saat rapat hari ini tentang siapa yang akan menjadi CEO pengganti bisa secepatnya selesai.

*****

Terpopuler

Comments

Ayesha Razeeta_

Ayesha Razeeta_

Erikaaa

2023-11-09

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Awal Kehancuran
2 Bab 2 Melepas
3 Bab 3 Buket Mawar
4 Bab 4 Pertemuan yang tak diinginkan
5 Bab 5 Tatapan Cinta
6 Bab 6 Aku ingin Mencintaimu
7 Bab 7 Beri aku kesempatan
8 Bab 8 hilangnya Brian
9 Episode 9 Mencari Brian
10 episode 10 Hari ke 2 pencarian Brian
11 episode 11 Pertemuan di Kantor Polisi
12 Episode 12 Pelukan yang dirindukan
13 Bab 13 Luka 10 tahun
14 MSS Bab 14 Pertengkaran Singkat
15 Episode 15 Ciuman di Apartemen
16 episode 16 penyesalan
17 episode 17 Mencoba menodai
18 Bab 18 mengganti pakaian
19 Bab 19 tidak ingin berhutang budi
20 Episode 20 Masih ibunya Brian
21 Bab 21 Datang di Waktu Yang Tepat
22 Bab 21 Ciuman itu
23 Bab 22 Penjelasan
24 episode 24 Pengakuan Juan
25 episode 25 Bos Killer
26 episode 26 Juan
27 Bab 27 Perlakuan Spesial
28 Episode 28 Makan Siang Bersama
29 Episode 29 Brian
30 episode 30 Pernyataan Juan
31 Bab 31 Sentuhan Cinta Bara
32 Episode 32 Pengakuan Juan
33 episode 33 Satu Gelas Coklat Panas
34 Episode 34 Pengakuan Bara
35 Episode 35 Pertengkaran Erica dan Bara
36 Episode 36 Di Antara 2 Pria
37 Bab 37 Erica Terpojok
38 Episode 38 Perintah yang Sulit
39 episode 39 Perintah yang Berat
40 Episode 40 Pertemuan Mahesa dan 2 Rivendra
41 Episode 41 Erica kecelakan
42 episode 42 Starla pingsan
43 Episode 43 Sadar
44 episode 44 Erica yang di Rawat
45 Episode 45 Kebahagiaan Brian
46 Episode 46 Ingin Memperbaiki Hubungan
47 Episode 47 Membongkar kejahatan Mahesa
48 Episode 48 Buket Lily Dari Juan
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Bab 1 Awal Kehancuran
2
Bab 2 Melepas
3
Bab 3 Buket Mawar
4
Bab 4 Pertemuan yang tak diinginkan
5
Bab 5 Tatapan Cinta
6
Bab 6 Aku ingin Mencintaimu
7
Bab 7 Beri aku kesempatan
8
Bab 8 hilangnya Brian
9
Episode 9 Mencari Brian
10
episode 10 Hari ke 2 pencarian Brian
11
episode 11 Pertemuan di Kantor Polisi
12
Episode 12 Pelukan yang dirindukan
13
Bab 13 Luka 10 tahun
14
MSS Bab 14 Pertengkaran Singkat
15
Episode 15 Ciuman di Apartemen
16
episode 16 penyesalan
17
episode 17 Mencoba menodai
18
Bab 18 mengganti pakaian
19
Bab 19 tidak ingin berhutang budi
20
Episode 20 Masih ibunya Brian
21
Bab 21 Datang di Waktu Yang Tepat
22
Bab 21 Ciuman itu
23
Bab 22 Penjelasan
24
episode 24 Pengakuan Juan
25
episode 25 Bos Killer
26
episode 26 Juan
27
Bab 27 Perlakuan Spesial
28
Episode 28 Makan Siang Bersama
29
Episode 29 Brian
30
episode 30 Pernyataan Juan
31
Bab 31 Sentuhan Cinta Bara
32
Episode 32 Pengakuan Juan
33
episode 33 Satu Gelas Coklat Panas
34
Episode 34 Pengakuan Bara
35
Episode 35 Pertengkaran Erica dan Bara
36
Episode 36 Di Antara 2 Pria
37
Bab 37 Erica Terpojok
38
Episode 38 Perintah yang Sulit
39
episode 39 Perintah yang Berat
40
Episode 40 Pertemuan Mahesa dan 2 Rivendra
41
Episode 41 Erica kecelakan
42
episode 42 Starla pingsan
43
Episode 43 Sadar
44
episode 44 Erica yang di Rawat
45
Episode 45 Kebahagiaan Brian
46
Episode 46 Ingin Memperbaiki Hubungan
47
Episode 47 Membongkar kejahatan Mahesa
48
Episode 48 Buket Lily Dari Juan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!