Aku menemui Thierry sedang duduk bersandar di tiang, sosok sampingnya yang diterpa sinar matahari pagi membuatku semakin tak bisa memungkiri ketampanan pemeran utama.
Side profile-nya nyaris sempurna, lekukan bibirnya yang tajam terkesan kaku. Sorot dingin matanya memunculkan perasaan kesepian. Janggutnya yang dicukur tipis memberi kesan maskulin, dan, lengkungan kecil yang muncul di tulang hidung mancungnya membuat dia semakin menarik. Bagiku, Thierry tampan dengan gayanya sendiri.
Thierry yang melihatku datang dengan segera mendekatkan diri. Tubuh Arabella yang kupikir cukup tinggi justru kalah jauh dengan tubuh tegap Thierry yang lebih dari 180 cm itu.
Thierry dengan sopan menawarkan lengannya. Aku tertawa kecil dan menyambut lengan besar itu untuk menopangku berjalan.
“Selama seminggu aku sakit, apa kamu jadi sering datang ke kamarku seperti tadi pagi?” Aku memulai percakapan ringan, hitung-hitung mengumpulkan informasi yang terlewatkan.
“Aku beberapa kali datang, tapi kamu selalu tertidur. Pelayan bilang kamu hanya bangun untuk makan sedikit. Untungnya, batu sihir membantu kebutuhanmu yang lain.”
Oh, iya, satu hal penting di dunia ini, batu sihir. Dibandingkan dengan kemampuan sihir yang mengadopsi kekuatan alam seperti, air api atau udara, dunia ini mendapatkan sumber daya alam dari berbagai macam batu sihir yang digunakan untuk membantu kebutuhan manusia.
Bisa didapatkan lewat memburu monster atau menambang di gua sihir. Penerangan atau lampu yang digunakan di dunia ini juga memakai batu sihir. Mungkin, batu sihir yang Thierry bilang tadi kegunaannya mirip seperti selang infus di duniaku dulu.
Aku berusaha mengingat kegunaan lain dari batu sihir, namun, informasi itu sangat jarang dibahas di cerita aslinya. Aku harus menyempatkan membaca informasi tentang dunia ini agar tidak dicurigai sebagai Arabella palsu. Akan gawat kalau sosok kompeten seperti Arabella justru melupakan informasi dasar seperti batu sihir.
Tapi, kekhawatiran itu terhapus begitu saja saat kami memasuki taman. Aku tak bisa menyembunyikan perasaan terpesona dengan hamparan warna-warni bunga hortensia musim semi.
Semasa hidupku, tak banyak bunga hortensia yang bisa kutemui, apalagi bekerja di perkotaan. Namun, bisa dibilang aku juga tertarik dan suka dengan bentuknya yang unik.
Melihat bunga ini memiliki taman khusus di istana tempat Arabella tinggal, menandakan bahwa Arabella menyukai hortensia. Beberapa kali aku berhenti untuk mencium aroma lembut dari bunga berbentuk bulat dan kecil itu.
Tak sampai lima menit, kami berhenti di sebuah meja taman yang telah diubah menjadi tempat perjamuan kecil dengan berbagai macam buah-buahan segar.
Aku hampir tertawa, kukira, saat Thierry bilang menikmati kudapan, itu berarti menikmati kue-kue mewah khas kerajaan. Aku yang tidak begitu suka makanan manis sudah bersiap untuk menyantap ala kadarnya, namun, sepertinya seleraku dengan Arabella memiliki banyak kemiripan.
Seorang pelayan yang telah bersiap di depan meja menyiapkan menu salad buah dengan siraman lemon segar. Thierry dan aku menyantapnya dengan damai sambil berbincang-bincang santai menikmati cuaca cerah pagi itu.
Tak jarang aku mendapati Thierry menatap lama aku yang keasyikan memakan salad buahku.
“Mungkin saat kita masih kecil, aku gak setuju kalau buah bisa dijadikan kudapan seperti kue-kue manis. Tapi, melihatmu yang masih senang setiap kali memakannya meski sudah tujuh tahun berlalu, mungkin aku akhirnya bisa mengakuinya.”
Thierry tersenyum tipis, namun nada bicaranya tidak terkesan mengejekku. Aku justru merasa dia sedang memulai candaan yang akrab.
Dalam cerita aslinya, Thierry dan Arabella memang sudah saling mengenal sejak masih kecil. Latar belakang keluarga mereka yang miriplah yang akhirnya membuat keduanya menjadi dekat hingga akhirnya dianggap sebagai pertunangan dini.
Thierry, yang terlahir dari Ratu memang memiliki gelar Putra Mahkota sejak lahir, namun, Raja yang memiliki selir kesayangan telah lebih dulu melahirkan pangeran. Terancamnya posisi dan nyawa Thierry sejak dia lahir membuatnya menjadi manusia berhati dingin.
Sementara itu, keluarga Arabella yang bergelar Duke dari Heinstrein memiliki sejarah sebagai keluarga yang melahirkan ratu pertama Kerajaan Diamant. Keluarga Heinstrein juga telah banyak mengeluarkan generasi-generasi ratu terbaik.
Arabella yang bersaing dengan para kerabatnya dituntut untuk selalu sempurna dalam setiap pekerjaannya, sehingga, dia akhirnya hidup sebagai sosok perempuan kejam yang sering merendahkan hal yang tidak layak baginya.
Dalam novel, cerita pertemuan pertama Arabella dan Thierry tejadi di meja jamuan di taman kediaman keluarga Duke Heinstrein. Menyebalkannya adalah, perkenalan mereka terpotong di bagian saat Thierry menghampiri Arabella yang sedang menikmati makanannya.
Banyak penggemar yang menganggap alasannya adalah agar kisah romansa Thierry dan Chiara tidak teralihkan oleh kisah manis masa kecil antara Arabella dan Thierry. Tapi, aku yang terlempar ke sini sepertinya bisa mendapatkan kesempatan untuk mendengarkan lanjutan pertemuan itu!
“Bukannya pertemuan pertama kita juga terjadi di tempat seperti ini, ya? Kau yang diam-diam memandangiku saat makan.” Aku memancing nostalgia.
“Iya. Aku belum pernah mendapati anak dari seorang Duke yang makan dengan lahap dan tubuh gemetaran.” Thierry memandangku, pandangannya terasa jauh seakan mengingat jelas kejadian itu.
“Aku ingat kamu menyembunyikan potongan daging di balik serbet dan menutupi baunya dengan memakan buah-buahan yang banyak. Saat aku menawarkan kue, kamu malah bilang tidak suka.”
Aku tersenyum tipis ke arah Thierry. Mulai mengerti arah cerita itu. “Aku memang tidak suka makanan manis.” Jawabku seadanya, ikut melankolis.
“Kamu memang tidak suka makanan manis. Karena setelah pertemuan itu, kamu hanya memintaku datang untuk membawakan daging.” Thierry mencoba membahas hal itu dengan perasaan lebih santai.
Tapi, tiba-tiba aku malah merasakan perasaan simpati pada Arabella. Jadi, itu maksudnya sosok yang dituntut untuk selalu sempurna.
Karena label itu, Arabella harus mengalami perlakuan tidak menyenangkan di dalam rumahnya sendiri. Aku membayangkan bagaimana Arabella kecil dituntut untuk memiliki tubuh proposional dan dilarang memakan makanan manis dan tinggi lemak seperti kue atau daging.
“Kalau begitu, siang ini aku ingin makan daging steik terbaik buatan koki istana.” Aku menutup nostalgia yang ternyata menyedihkan itu dengan candaan.
Thierry tersenyum dan memberiku anggukan tanda permintaan itu pasti terjamin. Dia memanggil pelayan yang berada di belakang kami dan berkata.
“Sampaikan pesan menu Lady Arabella ke koki Istana Beryl dan segera persiapkan makan siang.”
“Kamu masih akan menemaniku makan siang?” Aku bertanya ke Thierry.
“Tentu. Sudah seminggu kita tidak berbicara. Apalagi mengenai tugasmu di Istana Beryl yang sudah semakin menumpuk.” Thierry menjawab dengan santai seperti bercanda.
Arabella memang memiliki tugas tertentu sebagai calon istri putra mahkota. Karena alasan ini jugalah dia tinggal di dalam Istana Beryl yang merupakan istana untuk urusan kebangsawanan. Sepertinya, kali ini aku akan memanfaatkan Thierry untuk memberikan informasi terkait pekerjaanku di istana ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments