Mari menarik nafas yang dalam…lalu, keluarkan perlahan.
“Hufffffff….” Pikirkan takdir kejam macam apa yang menjadikanku antagonis di cerita yang judulnyapun adalah nama pemeran utamanya.
Apa aku diberi kesempatan untuk menghilangkan nasib buruk itu? Bukannya Mereka salah orang kalau memilih manusia pesimis sepertiku?
Lagipula, ingatanku tentang cerita ‘My Chiara’ sudah cukup samar, bagaimana juga otak manusia biasa bisa mengingat cerita yang dibaca lebih dari dua belas tahun itu? Aku harus menulisnya kembali agar tetap ingat.
“Ah sebentar, aku lupa namamu.” Aku bertanya ke pelayan yang sedaritadi menunggu di dekatku. Kalau sesuai reputasinya, Arabella tidak perlu sungkan melupakan nama dari para pelayannya.
“Nama saya Lanna, Nona. Saya baru bekerja tiga bulan dan menjadi pelayan pintu malam.”
Ah, satu lagi. Arabella bahkan tidak punya pelayan pribadi karena tidak membutuhkan belas kasih mengatasnamakan loyalitas. Karena itu, dia memiliki banyak pelayan dengan pekerjaan spesifik.
“Oke, Lanna, bantu aku duduk di meja sebelah sana.” Aku menunjuk meja kerja yang tak jauh dari cermin. “Dan juga, bawakan aku beberapa kertas, aku harus menulis sesuatu.”
Lanna, yang seperti diselamatkan dari hukuman berat, dengan hati-hati membantuku berdiri dan duduk di meja kerja di kamar itu, lalu, bergegas keluar untuk mengambil beberapa kertas.
Aku memandangi luas kamar Arabella yang besarnya hampir menyamai satu rumah kost tempat aku tinggal di pinggiran kota. Sepertinya, menjadi pemeran antagonis bergelar tinggi juga tidak terlalu buruk.
Tak lama, Lanna membawa kertas dan perlengkapan menulis sesuai permintaanku. Tapi, aku harus menulis dengan bahasa apa? Bahasa di dunia ini masih terasa asing.
Aku membuka sebuah buku di depanku, mencoba membaca isinya yang terdiri dari tulisan yang melingkar-lingkar. Aku mengangguk-angguk, tulisan itu terasa asing namun tidak ada kata yang tidak aku mengerti, mungkin karena berada di tubuh asli Arabella aku jadi bisa memahami artinya.
Lalu, aku menulis beberapa kata dalam Bahasa Indonesia secara tak beraturan di kertas, dan beberapa bahasa lain yang aku tahu. Tanganku terasa asing, namun, aku tetap bisa membacanya dengan baik.
“Lanna, kau bisa mengerti tulisanku di sini?” Aku menyodorkan kertas ke Lanna, memastikan apakah bahasa di sini berbeda dengan duniaku.
“Maaf, Nona. Saya tidak mengerti jika Nona menulis sesuatu, saya juga tidak begitu paham dengan apa yang Nona gambar.” Lanna mengembalikan kertas tersebut, dia bahkan tidak mengenali huruf abjad dan mengira aku menggambar sesuatu.
“Tidak apa-apa, Lanna. Kalau begitu kau boleh pergi. Nanti aku akan memanggilmu lagi jika sudah selesai.”
“Apa saya perlu mengambilkan kanvas untuk Nona melukis?” Entah aku harus merasa terhibur atau tersinggung dengan ucapan polos itu.
“Tidak, aku lebih senang menggambar di kertas.” Lanna yang tak ingin bertanya macam-macam akhirnya mengangguk dan mundur ke luar kamar.
Aku merenggangkan tanganku bersiap menulis namun merasa aneh karena pegal menjalar disekujur tubuhku.
Apa aku tertidur cukup lama? Hmm, ah sudahlah, akan kutanyakan ke Lanna kalau aku sudah mengerti plot cerita di dunia ini.
Aku mulai dengan menulis judul dari novel itu, ‘My Chiara’.
Cerita ini bertempat di Kerajaan Diamant. Kerajaan dengan wilayah besar yang hampir menyaingi kekuasaan kekaisaran saat itu. Sesuai judulnya, cerita berfokus pada Chiara, seorang anak dari bangsawan miskin dengan gelar Baron dan memiliki wawasan luas serta sangat peduli pada nasib rakyat.
Di awal cerita, Chiara bahkan punya ide untuk membangun lembaga yang bisa menjadi wadah apresiasi untuk rakyat ibukota kerajaan.
Aku mengingat-ingat rupa Chiara yang dideskripsikan dalam ceritanya,
kulit seputih salju, rambut hitam mengkilap, bibir merah…
Hmm.. ternyata Chiara adalah Snow White era kerajaan. Bahkan, musuhnya pun sama, seorang (calon) ratu yang jahat. Aku tersenyum dengan leluconku sendiri.
Karena gelarnya yang rendah, Chiara dirundung saat datang ke perjamuan musim semi di kerajaan. Para nona dari keluarga bangsawan lain dengan sengaja menjatuhkan gelas kaca ke tangannya hingga terluka.
Chiara lalu masuk ke balkon paling ujung untuk mengobati lukanya, tempat seharusnya tidak ada orang yang lewat ataupun peduli. Namun, Thierry sang Putra Mahkota tidak sengaja salah masuk ke balkon tempat Chiara yang terluka.
Thierry, putra mahkota yang terkenal dingin dan kasar itu, entah kenapa memutuskan membantu Chiara yang hampir menangis untuk mengobati lukanya.
Thierry de Diamant, rambutnya sehitam jintan. Iris matanya yang coklat keemasan berpadu dengan tatapannya yang kejam. Tubuh tinggi atletisnya menambah pesona pada punggung bidangnya. Meski ekspresi wajahnya dingin, namun, jika dia tersenyum gigi taringnya yang cukup panjang itu terlihat seksi.
Ehem.. aku berusaha menghindari imajinasi liarku. Bukankah cukup menyebalkan membayangkan laki-laki yang nantinya akan membuangku karena cintanya berpindah haluan ke wanita lain. Lanjut..
Pertemuan klise mereka sebenarnya diisi dengan obrolan menarik. Chiara yang baru saja debutante tidak kenal siapa Thierry dan akhirnya berbicara santai. Chiara bahkan mengkritik kerajaan yang mengadakan perjamuan mewah sementara masih banyak rakyat yang menderita kemiskinan.
Thierry tertarik dengan pendapat Chiara dan mereka mulai berdebat tipis tentang berbagai hal. Saat keluar dari balkon, Chiara dan Thierry bertemu dengan Arabella yang memanggil Thierry dengan gelar Yang Mulia. Disaat itulah Chiara langsung menunjukkan perasaan sungkannya.
Thierry yang bingung dengan rasa penasarannya pada Chiara akhirnya menghabiskan malam itu bersama Arabella. Malam panas yang penuh dengan adegan dewasa…
Hahhh iya benar juga, ‘My Chiara’ adalah cerita yang diunggah di platform illegal dengan penulis anonim. Tentu saja ceritanya punya beberapa adegan dewasa. Ditambah lagi Arabella yang kurasuki ini akan jadi pemeran pertama yang melakukannya.
Diawal cerita aslinya, Arabella hanya muncul saat Chiara dan Thierry keluar balkon dari tempat yang sama. Tentu Arabella yang punya harga diri tinggi itu tidak peduli dengan Ciantra. Aku mengingat kesan Arabella yang ditampilkan di novel. Arabella memang tidak pernah digambarkan cantik dan manis, tapi lebih ke arah cantik yang seduktif. Caranya menggoda Thierry untuk menghabiskan malam panas bersama juga terkesan menarik bagi beberapa orang.
Awalnya, banyak pembaca yang tidak setuju dengan karakter plin-plan Thierry di awal cerita. Namun, setelah pendekatan Thierry dengan Chiara terjalin, mereka mulai memahami sifat kaku dan dingin Thierry hingga akhirnya mendukung hubungan mereka berdua.
Cerita sebenarnya baru dimulai sehari setelah Perjamuan Musim Semi. Chiara yang sedang berusaha mendirikan lembaga swadaya sering datang ke istana bagian kerakyatan di bawah pengawasan Thierry.
Thierry yang sebelumnya disindir halus oleh Chiara tentang tidak peka terhadap kepentingan penduduk akhirnya mengajukan diri untuk melihat kinerja lembaga milik Chiara. Hal ini membuat hubungan mereka menjadi pelan-pelan mendekat.
Aku memperhatikan lembaran kertas rangkuman ceritaku tentang ‘My Chiara ’, beserta ilustrasi ala kadar tentang bayanganku mengenai mereka. Ada perasaan berdebar saat bisa mengetahui karakter-karakter dari cerita favoritku jadi nyata. Meskipun wajahku yang ternyata adalah wajah Arabella adalah pengecualian.
“Lanna? Kau masih ada di luar?” Aku memanggil Lanna.
“Ya, Nona Arabella?” Lanna segera muncul di balik pintu.
“Lanna, apa ada acara khusus yang harus kuhadiri dalam waktu dekat?” Para pelayan Arabella, apapun tugasnya, harus mengetahui acara-acara penting yang akan Arabella hadiri. Penting bagiku untuk hadir di Perjamuan Musim Semi, sebagai awal dari cerita ini bermula.
“Selain Perjamuan Musim Semi yang diadakan seminggu yang lalu, akhir bulan ini Nona perlu menghadiri undangan minum teh dari Duchess..”
“Seminggu lalu?” Aku memotong ucapan Lanna. Perjamuan Musim Semi, awal dari cerita ini dimulai sudah kulewati?
“Apa aku hadir di Perjamuan Musim Semi?”
“Ya, Nona menghadiri acara sampai selesai, namun sepulangnya mengalami demam tinggi sehingga sulit beraktivitas. Dokter kerajaan bilang Nona kelelahan.”
Mulutku menganga. Bukan hanya melewati awal cerita. Tapi, aku juga melewati kejadian-kejadian penting yang membuat kedua tokoh utama menjadi dekat.
Selama seminggu aku telah membuat Chiara dan Thierry dekat dengan sendirinya dan membawa nasib burukku semakin nyata.
“Ha..ha..ha.”
Oke.. oke, mari kembali menarik nafas panjang Hahhhhh…dan berteriak, “Takdir bajingan!!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments