KKM 5

Neysia, terdiam saat mendapat pesan dari salah satu temannya yang mengatakan jika Bian, kemarin mengadakan acara pernikahan sederhana di kediamannya. Sakit? Hancur? Kecewa? Entahlah, perasaan perasaan aneh, terus saja menyeruak di dalam diri Neysia. Entah kenapa mendengar kabar pernikahan Bian membuatnya merasakan penyesalan.

"Sayang, apa yang membuat mu melamun?" Tanya Glen, suami Neysia yang ia nikahi sebulan setelah memutuskan hubungan dengan Bian.

"Aku?" Neysia memutar badannya dan melihat wajah sang suami. "Sudah rapi, ayo kita sarapan." Ajak Neysia, sambil menarik lengan Glen.

"Hari ini, aku akan bekerja lembur. Jadi jangan menungguku untuk makan malam." Kata Glen di sela makannya.

"Lagi? Apa setiap hari selalu begini sebelum kita menikah?" Tanya Ney, karena hanya sekali saja Glen tidak lembur saat malam pertama mereka, dan setelah itu Glen selalu saja pulang bekerja larut malam.

"Ayolah sayang, kau tahu sendirikan suami mu ini seorang pengusaha. Jadi pasti akan selalu sibuk." Ungkap Glen. "Ouh ya, apa yang kau inginkan?" Tanya Glen sambil berdiri dan menghampiri Ney.

"Aku hanya ingin kamu tidak terlalu sibuk dengan pekerjaanmu. Ingat, kita sudah menikah Glen. Kita harus memikirkan untuk memiliki anak."

Raut wajah Glen langsung berubah. "Aku pamit dulu yah. Jika bosan, kau bisa jalan-jalan ke mall dan belanjalah sesukamu." Kata Glen lalu pamit sambil mengecup pucuk kepala Neysia.

"Bukan ini Glen. Bukan ini yang aku inginkan. Aku ingin perhatianmu, bukan hanya uangmu." Batin Neysia.

"Bian." Lirih Neysia tanpa sadar.

Ya, tiba-tiba saja Neysia merindukan Bian. Pria yang begitu sangat mencintainya. Bukan hanya memberikan uang, tapi perhatian. Bian adalah pacar yang sangat sempurna yang mampu meratukan Neysia. Hanya saja karena satu kekurangan Neysia pun memilih mundur.

•••••

"Ibu." Sapa Vanya saat mendapati Rossa yang saat ini sedang berada di dapur.

"Anak menantu ibu. Ahh manis sekali." Ucapnya lalu mengecup pipi Vanya. "Tidur jam berapa? Kok cepat bangun?"

"Ibu masak apa? Biar Vanya yang bantu." Kata Vanya menolak untuk menjawab pertanyaan Rossa.

"Ibu sedang membuat pasta. Suamimu Bian sangat suka dengan pasta buatan ibu."

"Ouh yah?"

Rossa tersenyum, karena bahagia. Akhirnya dia memiliki seorang menantu yang menurut Rossa sangat baik.

"Ibu akan mengajarmu membuatnya, biar nanti jika Bian ingin makan, dan ibu tidak ada maka kau yang akan memasaknya."

•••••

Bian menatap sekeliling kamar dan tidak melihat keberadaan Vanya.

"Di mana dia?" Gumam Bian, lalu bangun dari tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi.

Dua puluh menit berlalu.

"Ahhhhhhh." Teriak Vanya saat melihat Bian keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang terlilit di pinggang.

Bian tetap berjalan.

"Kau lupa, jika kamar ini bukan hanya punya mu sendiri. Harusnya pakai baju dulu sebelum keluar kamar." Protes, Vanya.

"Dih, heran sama pelac*ur yang kaget melihat tubuh yang tertutup." Gumam Bian yang masih terdengar dengan jelas di telinga Vanya.

Pela*cur. Satu kata yang mampu membuat Vanya hancur. Vanya hanya diam.

"Kemasi barangmu. Kita pindah sekarang." Ucap Bian dengan ketus.

••••••

Sepanjang perjalanan baik Bian maupun Vanya, keduanya hanya diam. Bian yang sibuk dengan ponselnya sedangkan Vanya sibuk menatap keluar jendela kaca mobil. Dan Zam tentunya seperti menikmati suasana ini.

"Sepertinya mereka sangat serasi." Batin Zam.

"Zam!" Panggil Bian

"Hilangkan pikiran bo*dohmu itu, atau gajimu selama sebulan aku potong." Ucap Bian dengan tegas, sehingga membuat Vanya menoleh ke arah Bian.

"Punya indra ke sepuluh?" Tanya Vanya, membuat Zam tertawa.

"Zam!" Teriak Bian.

"Apa di mulutmu ada speaker?" Tanya Vanya lagi.

Zam kembali tertawa.

"Gajimu aku potong sebulan." Ucap Bian.

"Maaf tuan." Kata Zam. "Ya ampun. Lucu juga kau nona Vanya." Batin Zam.

"Apa lihat-lihat?" Tanya Bian, sambil menatap tajam Vanya.

"Siapa yang melihatmu? Mataku hanya melihat ke arah jendelamu saja." Ucapnya.

•••••

Malam hari, kini Vanya sudah rapi.

"Jangan menungguku pulang. Tidurlah lebih dahulu." Kata Vanya tapi Bian hanya diam. "Oh yah, tidak usah memberiku supir pribadi, aku bisa naik taxi."

"Dasar kupu-kupu malam." Ejek Bian.

Vanya menghentikan langkah kakinya. "Kau sudah tahu pekerjaan ku. Lalu kenapa kau masih mau menikahiku?" Ucapnya. "Aku permisi."

"Ha, dia pikir dia siapa? Toh memang aku tidak akan pernah menunggunya. Bagus, kalau dia tidak pulang sekalipun." Ucap Bian.

TING... Bunyi pesan masuk.

"Selamat yah Bian, atas pernikahanmu." Isi pesan dari Neysia, yang mengucapkan selama kepada Bian, karena sudah menikah.

Bian langsung melempar ponselnya ke sembarang arah.

"Neysia.." Teriak Bian. Wanita yang sudah berusaha untuk ia lupakan, kini kembali mengirim pesan dan mengucapkan kata selamat padanya.

••••

"Bian, apa kau sudah melupakanku?" Lirih Neysia setelah mengirim pesan pada Bian.

Tidak pernah sekali pun dulu Bian membuat Neysia kesepian. Tak pernah sekali pun dahulu, Bian membuat Neysia bersedih atau sampai menitihkan air mata. Sungguh cinta Bian pada Neysia adalah cinta yang tulus tanpa pamri.

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

jangan jangan si Glen juga mandul

2024-10-10

0

Sweet Girl

Sweet Girl

Coba selidiki kali aja Glen punya sesuatu yang disembunyikan.

2024-10-10

0

Kamiem sag

Kamiem sag

aku suka karaktermu Van

2024-03-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!