Sontak Novia kaget, dan marah bahkan teriak histeris kala mendengar Neysia mengatakan jika dirinya membatalkan acara pernikahannya dengan Bian. Padahal hal yang di nanti-nanti Novia sudah berada di depan mata. Menjadi ibu mertua dari menantu yang kaya raya.
"Bagaimana pun, ibu tidak terima Ney. Kamu harus menikah dengan Bian. Ingat! Bian mencintaimu. Dan kamu pun mencintainya."
"Ya, aku memang mencintainya bu. Tapi apakah cinta bisa menyatukan kami selamanya? Apakah cinta bisa menghilangkan rasa kesepian di dalam rumah tangga kami kelak?"
Novia terdiam sejenak mencerna perkataan sang anak yang mengatakan tentang kesepian.
"Tunggu, apa maksudmu Ney?"
"Bian mandul. Bian tidak bisa memberikan ibu cucu. Dan aku! Aku tidak ingin hanya menjadi seorang istri saja. Aku juga ingin merasakan menjadi seorang ibu, Bu." Jelas Neysia, yang membuat Novian sontak kaget mendengar pengakuan dari sang anak.
Bian, pria yang di kenal begitu kaya, memiliki usaha di mana-mana, memiliki ketampanan bak seorang dewa yang wanita siapa pun melihat pasti akan jatuh cinta akan pesonanya. Ternyata memiliki kekurangan yang tersembunyi di dalam dirinya.
"Ibu. Aku tidak ingin bu. Dan aku harap ibu mau mendengar dan menerima keputusanku ini." Ucap Neysia dengan tegas lalu melangkahkan kakinya menuju kamar.
"Neysia." Teriak sang ibu, namun tidak di gubris sama sekali oleh Neysia. Novia pun langsung meraih ponselnya dan menghubungi calon menantunya.
•••••
Bian mengusap wajahnya dengan gusar, hingga sampai saat ini dirinya masih belum percaya dengan apa yang terjadi. Masih sampai detik ini, Bian berharap Naysia akan menghubunginya dan akan tetap melakukan pernikahan dengan dirinya.
Beberapa saat kemudian, ponsel Bian berdering.
"Apa?" Tanya Bian saat mendengar ucapan dan sang asisten.
"Tuan, nona Neysia saat ini sedang berada di butik. Nona dan pacarnya berencana melakukan pernikahan."
Sontak ucapan Zam, sang asisten kembali membuat luka di tempat yang sama. Luka di hati, yang belum pulih akibat di tinggal saat sehari sebelum pernikahan. Dan kini Bian kembali mendapat kabar, jika mantan kekasih akan menikah dengan pria lain. Sekejam itukah takdir bermain dengan kehidupan asmara Bian?
"Arrrhhhh..." Bian teriak, sambil melempar ponselnya ke sembarang arah.
Lalu Bian mengambil minuman beralkohol meminumnya hingga tangkas, agar bisa meluapkan emosi di dalam dirinya.
"Neysia!!" Teriak Bian lalu melempar botol minumannya hingga pecah dan berserakan di lantai.
Sang ibu yang kebetulan ingin masuk ke dalam kamar Bian, lanhsung sontak kaget.
"Bian, apa yang terjadi nak?" Tanya sang ibu yang menghampiri Bian, yang kini duduk di sofa.
"Ibu.." Lirih Bian.
"Hey jangan menangis. Ibu tidak pernah mengajarkan anak ibu menjadi anak yang lemah. Sebesar apapun masalahmu, ingat mungkin ini yang terbaik. Jangan pernah menangis hanya karena wanita yang tidak bisa menerima kekuranganmu." Kata Rossa menenangkan sang anak. "Kamu memiliki uang, kekuasaan. Wanita manapun pasti akan memohon akan cintamu. Jadi lepaskan wanita yang tidak mencintaimu."
FLASHON
Satu bulan kemudian.
Kini Bian sudah kembali dengan aktifitasnya. Kejadian sakit hati membuat hati Bian membeku, untuk semua wanita tanpa terkecuali. Kini Bian hanya mencintai dirinya, dan tidak mau sama sekali membuka hati pada wanita mana pun. Namun, tiap hari desakan demi desakan terus terdengar di telinganya. Kala sang ibu, yang terus mendesak agar dirinya segerah menikah.
"Apa nyonya meminta hal yang sama lagi?" Tanya Zam pada tuannya sekaligus sahabatnya.
Bian tidak menjawab, tapi Zam sudah tahu persis jawabannya dari ekspresi wajah Bian yang saat ini terlihat gusar dan juga sedang memijat kepala.
"Bagaimana jika tuan menikah kontrak saja?" Usul Zam, hingga membuat Bian menatap Zam dengan wajah garang. "Tidak! Maksudku, aku hanya ingin melihat mu hidup tenang tanpa banyak lagi desakan di setiap harinya dari nyonya." Jelas Zam karena sejujurnya ia pun bosan, karena hampir tiap hari Rossa menghubunginya dan meminta laporaan apakah saat ini Bian sudah memiliki kekasih.
"Kau pikir aku tidak laku? Sampai aku harus mengontrak orang untuk menjadi istriku? Kau lupa siapa aku?" Ucap Bian, dengan menolak keras ide dari Zam.
"Ya, ya aku tahu siapa kamu. Kamu adalah pria yang di tinggal menikah oleh wanita yang kamu cintai." Ucap Zam tapi hanya di dalam hati saja. Kalau saja ucapan ini terdengar oleh Bian, bisa-bisa Zam hanya tinggal nama. Membayangkan Bian marah saja sudah membuat bulu kudu Zam merinding.
•••••
Malam ini, Bian kembali ke club malam, untuk menenangkan pikiran karena sehari suntuk bekerja di tambah lagi teror dari sang ibu yang terus memaksa dirinya agar cepat menikah.
"Zam, siapa dia?" Tanya Bian saat melihat seorang gadis yang terlihat sangat seksi.
"Dia ratu malam di club ini." Jawab Zam
"Panggil dia. Bayar berapa pun yang dia inginkan untuk mau melayaniku malam ini." Titah Bian yang tak ingin terbantahkan lagi.
Seorang gadis yang tak lain adalah Vanya yang saat ini sedang menghisap sebatang rokok, sambil duduk dan menyilang kedua kakinya memperlihatkan bentuk kaki hingga paha yang begitu mulus, dan dengan baju yang da danya sedikit terbuka sehingga membuat gunung kembarnya seakan ingin keluar dari tempatnya. Itulah mengapa banyak pria yang begitu mengidolakan Vanya, bahkan sampai rela membayar mahal Vanya agar bisa mendaptkan sensasi kenikmatan surga dunia.
"Jadwal ku sudab full." Jawab Vanya sambil menghembuskam asap rokok ke hadapan Zam.
Bukan Zam namanya jima usahanya gagal. "Berapa pun yang kamu minta akan aku berikan tapi layani tuanku dulu." Jelas Zam yang. Dan pasti Zam yakin jika gadis di hadapannya ini akan tergiur dengan tawarannya. Namun sayang, ternyata Vanta tidak tertarik, Vanya berdiri lalu berjalan menjauh dari Zam.
"Lima puluh juta?" Tawar Zam tapi Vanya tetap berjalan. "Tujuh puluh lima juta." Lagi, Vanya pun tidam tertarik. "Baiklah, tawara. Terakhirku. Seratus lima puluh juta." Ucap Zam dengan tegas dan keras, sehingga membuar Vanya menghentikan langkah kakinya, dan menoleh pada Zam. "Sudah aku bilang, semua wanita sama saja. Mata duitan." Batin Zam.
"Sampaikan pada tuanmu itu. Jika malam ini jadwal ku sudah penuh." Setelah menjawab hal demikin, Vanya pun berlalu meninggalkan Zam yang terdiam. Tidak di sangkah tawaran yang begitu banyak di tolak mentah-mentah oleh gadis club malam.
Zam memutuskan untuk kembali ke meja Bian, dan mengatakan jika gadis club itu menolak tawaran yang Zam berikan.
"Apa?" Ucap Bian. Tidak di sangkah, jika seorang gadis menolak dirinya, padahal di luar sana masih banyak wanita yang rela mengantri di hadapannya. Tapi Bian menolak karena hanya mencintai Neysia. Tapi ini? Giliran Bian mencoba untuk membayar gadis club, kenyataan dirinya di tolak mentah-mentah oleh gadis itu.
"Cari tahu tentang gadis itu. Beraninya dia melukai harga diriku." Ucap Bian lalu meneguk minumannya hingga tangkas. Bian lalu tersenyum devil.
"Baik tuan" jawab Zam dengan cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Yayuk Susilowati
masih penasaran jd blm bisa komen byk
2025-03-24
0
Kamiem sag
mahal ya Van, tapi yg namanya sdh janji dgn yg lain mo gimana lagi ye kan
2024-03-29
0
💅UŁΛЛ GΞUŁłS💅
dih bian makannya jangan sombong 😂🤣
2024-02-20
0