"Bagaimana apa sudah dapat info tentang gadis itu?" Tanya Bian, sambil menatap berkas yang ada di hadapannya.
"Aya, nama gadis itu tuan." Jawab Zam lalu mendundukkan kepalanya, sehingga membuat Bian mengalihkan tatapannya ke hadapan Zam.
"Hanya itu?" Tanya Bian dengan nada emosi.
"Maaf tuan, hanya itu saja yang aku tahu."
Bian yang begitu marah, langsung mengambil berkas yang ada di hadapannya dan melempar tepat ke hadapan Zam sehingga membuat berkas tersebut jatuh berceceran di lantai.
"Cari tahu sekarang juga. Dan jangan coba-coba menampakkan batang hidungmu di hadapanku jika kau tidak becus dalam bekerja." Titah Bian yang tidak ingin terbantahkan lagi.
"Baik tuan." Mendengar nada Bian yang sudah emosi membuat Zam langsung keluar dari ruangan kerja Bian, dan memutuskan untuk mencari tahu lebih detail lagi tentang Aya.
••••••
Jam tujuh malam. Dan hingga sampai saat ini Zam belum menunjukkan batang hidungnya sehingga membuat Bian begitu kesal karena baru kali ini asisten atau sang sahabat bekerja sangat lalai.
"Bagaimana? Apa sudah menemukan calon istri?" Tanya Rossa saat menghampiri Bian yang saat ini sedang duduk di taman belakang sambil menikmati minuman dan menyesap sebatang rokok.
"Ibu." Ucap Bian.
"Ibu malas mendengar ucapanmu yang semuanya hanya janji, tapi tidak terbukti. Besok pergilah bertemu dengan gadis pilihan ibu. Menikahlah dengan gadis itu."
"Tapi ibu. Sudah aku katakan, aku akan menikah dengan gadis pilihanku sendiri." Tolak Bian yang sama sekali tidak suka dengan perjodohan. Dan, terus terang hingga kini di dalam hati kecil Bian masih ada nama yang terukir dengan indahnya, walau sang pemilik nama sudah menoreh luka yang amat mendalam.
"Kapan? Katakan kapan kau akan menikah?"
"Lusa." Jawab Bian dengan spontan. "Persiapkan semuanya, lusa Bian akan menikah dengan gadis pilihan Bian sendiri." Ucap Bian lalu berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan sang ibu seorang diri.
Tentu kabar ini membuat Rossa tersenyum bahagia. "Bian, ibu akan membuat pernikahan yang sangat meriah untukmu" teriak Rossa namun tidak di gubris oleh Bian. Kini Rossa bisa menepis semua rumor tentang anaknya yang selalu di katakan kaum pelangi atau di katakan belum bisa move on tentang masa lalu.
"Baiklah, kita mulai dari mana." Ucap Rossa sambil melihat satu persatu nomor di ponselnya.
Ya, Rossa langsung menghungi pihak WO agar acara Bian bisa terlaksana dengan meriah. Dan untuk biaya, tentu itu bukan masalah bagi Rossa yang notabene nya adalah ibu dari seorang pengusaha yang sangat sukses.
"Tapi bu Rossa, acara ini sangat mendadak. Bagaimana bisa dua hari lagi, dan ibu baru memberi tahu sekarang." Ucap WO di seberang sana saat panggilan terhubung.
"Berapa pun yang kau minta, aku akan bayar. Asal acara bisa sempurna seperti yang aku katakan."
"Maaf bu, bukan soal bayaran. Hanya saja, kami tidak memiliki waktu yang cukup." Mendengar ucapan itu tentu membuat Rossa marah dan langsung memutuskan sambungan.
Zam. Yah, saat ini yang ada di pikiran Rossa adalah Zam.
"Zam persiapkan pernikahan yang meriah untuk Bian." Titah Rossa sehingga membuat Zam di seberang sana langsung menyemburkan minumannya. "Apa kau dengar?"
"Pernikahan? Siapa yang akan menikah nyonya?" Tanya Zam untuk memastikan kembali jika dirinya hanya salah dalam mendengar.
"Lusa. Tepatnya tanggal sembilan november."
"Bian mau menikah nyonya?"
"Lakukan yang terbaik, jangan sampai ada yang salah. Aku ingin membuat pesta pernikahan yang meriah." Kata Rossa, dan belum sempat Zam menjawab Rossa sudah memutuskan sambungan telponnya.
Zam hendak menghubungi Bian untuk mencari tahu apakah benar apa yang dikatakan nyonya Rossa tentang mempersiapkan pernikahan. Namun, tak jadi Zam lakukan saat melihat Vanya sudah berada di dalam club malam.
"Itu dia." Kata Zam, dan tanpa membuang waktu lagi Zam langsung menghampiri Vanya.
Vanya mengembuskan asap rokok tepat ke wajah Zam saat Zam sudah duduk di hadapannya. "Bayar berapa?" Tanya Vanya, tanpa basa basi.
"Seratus lima puluh juta." Jawab Zam sambil menatap tajam pada Vanya.
Vanya tersenyum lebar karena selama ini hanya bayaran inilah yang sangat fantastik.
"Bagiaman kau setuju?" Tanya Zam, lalu ponsel Zam berdering. Melihat siapa yang menghubunginya Zam pun langsung menjawab.
"Bagaimana pun caranya. Ajak wanita itu untuk menikah kontrak denganku lusa. Kau mengerti Zam?"
Zam terdiam sambil menatap Vanya yang terus saja menghisap rokok di hadapannya.
"Zam. Tawaran berapapun. Asal dia mau menikah selama kurang lebih enam bulan."
"Baik tuan." Jawab Zam.
"Siapa? Bosmu? Apa dia yang ingin membayarku?"
"Katakan berapa yang kau minta, tuanku akan memberikan semuanya. Tapi tugasmu bukan untuk semalam."
"Lalu?" Kini Vanya benar-benar sangat penasaran dengan pria yang ada di hadapannya saat ini. Pria yang tampan dengan tubuh yang sempurna.
"Menikah kontrak lah dengan tuan. Maka apapu dan berapa pun yang kau inginkan maka tuan akan memberikan semuanya."
HAHAHAHAHAH. Tentunya saja ucapan Zam membuat Vanya tertawa karena bagi Vanya itu adalah ucapan lelucon yang sangat-sangat tidak masuk di akal. Menikah kontrak dengan pria yang tidak di kenalnya sama sekali.
"Ganteng mana, kau atau tuanmu?" Tanya Vanya.
Bukannya menjawab, Zam justru memberikan kartu namanya. "Keputusan mu besok. Jika besok kau tidak menghubungiku maka semua yang aku katakan malam ini anggap tidak pernah terjadi." Kata Zam lalu pergi.
Vanya tidak melihat kartu nama itu hanya menyimpannya di dalam tas.
"Siapa dia? Apa dia pelanggan kita nanti?" tanya Mia sahabat Vanya.
"Bukan."
"Vanya, malam ini aku tidak bisa. Jadi tidak usah terima tamu yah."
"Baiklah."
••••••
"Zamuel." Terian Bian saat Zam menceritakan apa yang terjadi.
"Bian ayolah. Kenapa juga harus mengajak perempuan itu untuk menikah kontrak?" jawab Zam dengan santai tanpa melihat tatapan mata Bian yang begitu tajam setajam silet yang siap mengupas seluruh kulit tubuh Zam.
"Siapa yang memberikan aku ide gila untuk menikah kontrak? Katakan siapa?" teriak Bian.
"Oke, oke itu aku. Tapi tidak dengan perempuan seperti dia juga Bian. Masih banyak perempuan di luar sana. Kau hanya perlu berdiri di jalan dengan setelan mu maka semua perempuan di luar sana pasti akan mengantri Bian."
"Bo doh!" Ucap Bian lalu menyesap minuman beralhokonya. "Biarlah hanya aku yang tahu alasan kenapa memilih dia. Jadi kalau sampai dia tidak menghubungimu, maka aku pastikan kau bekerja tanpa ada gaji sepersen pun." Ancam Bian sehingga membuat Zam menelan salivanya secara kasar.
Sudah dapat Zam bayangkan jika ancaman kali ini benar-benar nyata. Dan Zam tidak ingin gajinya tidak di bayarkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Kamiem sag
nasibmu lah Zam punya bos jomblo mandul pemaksa
sabar ya Zam berdoa pd Tuhan miga siKKM menerima tawaranmu
2024-03-29
0
💅UŁΛЛ GΞUŁłS💅
apa Vanya hanya jadi cover 🤔
ke pernah baca cuma beda alur cerita 🙊
2024-02-20
0
haist ngapain coba masih nyimpen nama cewek yang udah nyakitin kamu bian kek nggak ada cewek yang lain saja, perempuan kek gitu nggak perlu di kenang
2023-11-25
1