Kupu-kupu Malam
"Berani bayar berapa?" Tantang Vanya pada pria yang berpakaian setelan jas yang kini ada di hadapannya.
"Berapa pun yang kamu minta, asal kamu bisa memuaskan ku malam ini." Jawab pria itu sambil mengedipkan satu matanya, lalu menatap seakan siap untuk memangsa Vanya hidup-hidup di atas ranjang.
Vanya tersenyum penuh arti, setidaknya malam ini dirinya kembali berhasil mendapatkan pelanggan yang siap membayar mahal dirinya dengan satu syarat, harus memuaskan di atas tempat tidur. Tentu, itu bukan hal yang sulit bagi Vanya.
Suara erangan dari seorang pria terus terdengar memenuhi kesunyian malam di dalam kamar hotel. Di puaskan oleh wanita membuatnya begitu bagaikan melayang di atas udara, tak rugi ia membayar mahal, karena sang wanita benar-benar lihai dan ahli dalam menjalankan perannya sebagai kupu-kupu malam.
"Ahhh.." Pria itu ambruk, dan langsung menutup mata, setelah cairan kental yang ada dalam tubuhnya berhasil keluar.
Setelah melakukan hal demikian, sang wanita langsung membersihkan diri. Vanya lalu menatap pria yang kini sedang terbaring di atas tempat tidur.
"Dasar pria to*lol." Ucapnya lalu mengambil puluhan lembaran uang yang berada di atas meja.
Vanya mengibaskan uang tepat di wajahnya lalu kemudian mencium aroma uang tersebut, dan di masukkan kedalam tas miliknya.
"Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang." Ucapnya, lalu tertawa dan keluar dari kamar hotel.
Vanya Geraldin. Wanita yang kini berusia 23 tahun, yang saat ini menjadi tulang punggung bagi keluarganya yang berada di kampung. Awalnya Vanya datang merantau ke ibu kota, untuk mencari peruntungan dirinya, berharap bisa bekerja di kota yang besar ini. Namun, ternyata harapannya hanya tinggal harapan belaka, karena sejauh ia melangkah membagikan lamaran kerja, tidak ada satupun perusahaan yang mau menerima dirinya bekerja, apalagi notabene pendidikannya yang hanya tammatan SMA, menjadikan dirinya susah mendapat pekerjaan.
Karena kehabisan tabungan di ibu kota, belum lagi, di tambah biaya hidup adik dan ibunya di kampung, mau tidak mau akhirnya Vanya terjerumus kedunia malam yang menjadikan dirinya sebagai kupu-kupu malam.
"Kalau jalan pakai mata." Tegur seorang pria yang menatap cemoh pada Vanya yang kini berada di sampingnya.
"Pakai kaki pak? Jalan pakai kaki, mata untuk melihat." Jawab Vanya dengan ketus melihat pria yang tampan yang berada di hadapannya.
"Sial." Gumam Bian, lalu kembali melangkahkan kakinya.
Bian bisa menebak, wanita yang keluar dari kamar hotel di jam segini pasti bukan wanita yang baik-baik. Itulah mengapa Bian tidak ingin terlibat lebih banyak perbincangan lagi.
"Dasar pria aneh! Bilang saja jika kamu ingin main denganku?" Kata Vanya sambil menatap kepergian Bian.
••••••
"Ibu bagaimana pun, aku belum siap untuk menikah." Tolak Bian dengan kasar saat sang ibu yang terus mendesak dirinya untuk menikah.
"Belum siap atau kamu belum melupakan Neysia, ha?" Tanya Rossa yang tak mau di kalah dari sang anak. "Ingat Bian, sekarang usiamu tahun ini sudah 32, tapi apa? Menikah pun tidak? Apa kata orang-orang di luar sana?"
"Persetan dengan orang-orang ibu. Aku bilang tidak, yah tidak."
"Kamu pikir ibu bisa tenang mendengar orang bercerita jika kamu kaum pelangi? Kamu pikir ibu tidak sakit hati? Semua orang bilang, kalau kamu kaum pelangi, tapi apa? Apa ibu bisa membelamu? Tidak, untuk saat ini ibu hanya bisa diam, dan cara untuk membuktikan tuduhan itu, hanya satu. Ibu mau kamu menikah." Rossa benar-benar emosi, dan berharap kali ini Bian mau mendengarkan ucapannya. Karena sejujurnya Rossa pun sudah jerah dengan sikap orang-orang di luar sana yang terus mengatakan jika Bian adalah salah satu dari kaum pelangi.
Bian hanya diam, ia tidak dapat lagi melawan atau membantah ucapan sang ibu, karena Bian tahu, ibunya pun pasti sudah sangat lelah mendengar gosip di luar sana.
Bian menghelah nafas, mungkin saat ini dirinya memang harus menerima perkataan sang ibu tentang menikah dengan seseorang agar tuduhan tentang dirinya tidak terbukti.
"Baiklah, Bian akan menikah. Tapi tidak dengan pilihan ibu. Bian akan menikah dengan gadis pilihan Bian sendiri."
Mendengar ucapan Bian, tentu membuat Rossa begitu bahagia. Rossa hafal betul dengan sang anak yang saat ini belum memiliki kekasih. Tapi, bagi Rossa siapa pun gadis yang nanti kelak akan menikah dengan Bian, Rossa tidak akan memilih dari mana asal usul gadis itu. Yang jelas Bian mau menikah mematahkan omongan orang-orang di luar sana.
"Katakan pada ibu, jika kau sudah memiliki gadis yang ingin kau ajak menikah. Biar ibu yang mengatur semua tentang acara pernikahanmu." Ucap Rossa begitu sangat bahagia.
"Baik bu."
Kini Bian melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju kamar pribadinya. Sesampainya di kamar, Bian langsung membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Bayangan pernikahan dengan mantan kekasihnya kini kembali melintas.
"Neysia." Lirih Bian.
•••••
FLASH BACK
Neysia, wanita yang sangat Bian cintai pergi. Pergi meninggalkan Bian, karena tidak terima kekurangan yang ada di dalam diri Bian. Kepergian Neysia tentu membuat hati Bian begitu hancur, hancur sehancur hancurnya. Bagaimana tidak, pesta pernikahannya kandas sehari sebelum acara ijab kabul.
"Maaf Bian, hubungan ini tidak bisa di lanjutkan lagi." Ucap Neysia sambil menitihkan air mata, dan tak mampu menatap wajah Bian yang saat ini berada di hadapannya.
"Sayang, lihat aku. Tatap mataku, ada apa? Katakan? Besok kita akan menikah, kenapa kau mau mengakhiri hubungan ini?" Tanya Bian sambil menggenggam kedua tangan Neysia.
"Bian. Aku ingin menikah, menjadi istri dan juga menjadi seorang ibu. Lalu, bagaimana bisa aku menjadi seorang istri tapi tidak bisa menjadi seorang ibu."
Ucapan Neysia tentu bagaikan tombak yang tajam yang mampu menusuk jantung Bian.
"Aku dengar semuanya. Aku tahu, kalau kau mandul Bian, aku tahu. Dan aku tidak ingin menikah dengan pria mandul." Lirih Neysia
"Sa-sayang." Ucapan Bian terbata, kini air mata menumpuk di pelupuk matanya. "Maaf, tapi bukan kah kita bisa mengadopsi seorang anak? Apa cintaku tidak bisa membuatmu untuk tidak melihat kekuranganku?" Tanya Bian.
"Maaf Bian, aku tidak bisa. Maaf, hubungan ini harus berakhir. Aku harap kau bisa mengerti dengan perasaan ku." Kini Neysia berjalan menjauh dari Bian.
"Berhenti!" Teriak Bian. "Aku bilang berhenti Neysia. Berhenti!" Kata Bian dan Neysia menghentikan langkahnya. "Jika kau pergi, aku benar-benar akan marah. Jika sekali lagi kau melangkah, aku pastikan ini pertemuan terakhir kita." Kini Bian berharap jika apa yang Neysia ucapkan hanya bualan semata. Bian berharap Neysia mau tetap berdiri di posisinya sampai Bian datang memeluknya dari arah belakang.
Namun, harapan Bian tidak seperti yang ia pikirkan. Kala Neysia kembali melanjutkan langkah kakinya.
"Neysia.." Teriak Bian
"Maafkan aku Bian." Gumam Neysia.
Hancur sudah hati Bian. Hancur sudah harapan yang Bian agan-agankan selama ini. Harapan memiliki keluarga yang bahagia, dengan gadis yang ia cintai harus pupus sudah. Ketika sang gadis yang sangat ia cintai tidak bisa menerima kekurangan yang ada pada dirinya.
"Apakah besarnya cintaku tidak mampu menutupi kekuranganku Neysia?" Lirih Bian sambil memegang da*danya yang terasa sesak dan sakit akibat di tinggal pergi oleh gadis yang sangat ia cintai. Gadis yang sudah beberapa tahun berada di sisinya.
Assalamu'alaikum reader kesayangan autor tercinta. Yukkk, kepoin novel baru autor yang di jamin tulisannya hanya biasa-biasa saja 😂😂😂. Tetap stay menjadi reader setia. Karena autor bakalan bagi-bagi hadia pulsa dan uang tunai untuk reader yang setia yang selalu memberikan dukungan like, komen, dan vote terbanyak🥰🥰🥰..
Dan untuk haters tercinta. Stop komen yang menjatuhkan autor🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Sweet Girl
kurang nya apa emang dasar si Bian.
2024-10-10
0
Kamiem sag
ya ampun Ness kok gitu sih, kanbisa berobat
2024-03-29
0
Dini Suci
wanita sadiss/Awkward//Awkward//Awkward//Awkward/
2024-03-13
0