Sementara itu di tempat lain....
Pov Gilang
Saat gadis yang bernama Anin itu tengah mengikuti tes masuk Universitas ,tak sengaja aku melihatnya tengah duduk sendiri. Sepertinya ia sudah selesai ujian. Akhirnya aku mencoba untuk mendekatinya.
Tapi siapa sangka ia semakin menjauh. Seakan ia tidak ingin didekati. Aku hanya bisa pasrah, tapi setidaknya aku bisa melihat wajahnya meski hanya dua kali. Dengan seperti itu, rasa rinduku pada kekasihku dulu bisa terobati.
Aku sempat berpikir, mungkin lebih baik aku belajar menjauh darinya sebelum ia rasa benci itu muncul.
Beberapa hari ini aku tidak ke kampus, rasanya tidak ada semangat. Malam ini aku berencana keluar menghirup udara, setidaknya pulang dari jalan, pikiranku yang selalu hanya mengingat kekasihku bisa memudar dan bahkan menghilang.
Saat aku ingin pulang kerumah, aku sengaja singgah di sebuah pedagang martabak. Akhirnya aku singgah dan membelinya. Saat sedang menunggu pesananku matang dari kejauhan aku melihat seorang gadis sepertinya ia ingin menyebrang, aku mencoba melihat ke arah kanan dan kiri ternyata ada mobil melaju begitu kencang, tapi gadis itu? Apa dia tidak menyadarinya?
Dengan langkah cepat, aku segera berlari mendekat ke gadis itu dan mendorongnya, aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku sendiri, yang kutahu hanya aku sempat pingsan.
Tapi syukurnya gadis yang kutolong itu baik-baik saja. Aku hari ini bisa menyelamatkan satu nyawa perempuan lagi. Tapi saat aku sudah sadar, gadis itu menanyakan keadaanku dan ternyata gadis yang kutolong tadi ternyata Anin.
"Dunia sesempit itu ternyata." gumamku
Tapi karena aku mengabulkan keinginan Anin untuk tidak mendekatinya, aku mencobanya. Saat itu aku langsung pergi meninggalkannya.
Dan sampai kini aku masih memikirkan keadaannya. Apa dia baik-baik saja? Apa dia terluka? Apa doronganku tadi ada membuat bagian tubuhnya sakit?
Seperti begitulah isi pikiranku, kacau, karena kejadian seperti tadi mengingatkan ku pada kekasihku Nina.
Ya, Nina dia kekasihku. Kami sudah menjalin hubungan selama 6 tahun, tapi ternyata takdir berkata dia harus meninggalkanku saat kita akan merayakan Anniversarry kita yang ke 6 tahun.
"Aku bisa menolongnya bahkan merelakan badan ini terluka bahkan kesakitan. Tapi kekasihku waktu itu? Aku hanya diam mematung menyaksikan darah mengalir deras dari tubuh perempuan cantik yang sudah membersamai selama 6 tahun."
"Arggghhhhh..!!!!"
*****
Pov Author
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Akhirnya setelah menanti cukup lama, hari ini adalah hari yang menegangkan buat Anin. Ya, hari ini adalah pengumuman kelulusannya.
Pagi-pagi sekali dengan semangat 45 Anin sudah bangun dan sudah membereskan kamarnya. Anin segera menuju dapur dan ternyata mamanya juga sudah bangun.
"Tumben anak mama semangat bener." ucap Mama Anin sambil menampilkan senyumannya.
"Ya ma, lagi pengen aja. Ohiya ma hari ini pengumuman Anin."
"Alhamdulillah, semoga hasilnya sesuai yang kita harapkan ya sayang."
Anin hanya membalasnya dengan menggangukkan kepalanya.
Anin senantiasa menanti waktu itu tiba. Seperti saat ini, ia tengah berada di taman belakang rumahnya. Disini nanti ia bisa meluapkan perasaannya entah ia senang karena lulus atau kecewa karena tidak lulus.
Tinggal setengah jam lagi, waktu itu akan tiba. Anin semakin gusar. Saking was-wasnya ia mengabaikan panggilan telpon dari Rika.
.......
.......
3...2...1....
Klik...klik..klik...
Anin memulai memasukkan nomor pesertanya dan.....
"Selamat kepada ANINDYA PUTRI, anda dinyatakan lulus pada prodi xxxxx. Diharapkan bagi para mahasiswa baru untuk segera melakukan pendaftaran ulang".
"Lulus....huwaaa mamaaaaa...!!!"
Mamanya yang sedari tadi di dapur kaget mendengar teriakan putrinya, gegas mamanya langsung berlari menuju ke tempat Anin kini berada.
"Anin ada apa sayang?"
"Ma...Anin lulus...huwaa mama makasih banyak atas semua doa-doa mama.." ucap Anin san berlari memeluk mamanya.
Mamanya Anin hanya tersenyum, akhirnya ia bisa membuat Anin bahagia dan tersenyum kembali.
"Ingat selalu pesan mama, kuliah yang baik-baik ya sayang."
"Iya ma. Anin janji."
"Oh ya kapan pendaftaran ulangnya?"
"Sudah bisa kok ma besok. Tapi terserah mama saja kapan bisanya."
"Emm mama sepertinya nggak bisa nganter sayang. Nanti mama tranfer saja biayanya ke rekening kamu ya."
"Iya ma. Anin ngerti kok. Nanti Anin bareng sama Rika."
"Ya sudah mama lanjut masak dulu."
Setelah kepergian mama Anin, Anin kembali duduk di hadapan laptopnya, ia segera mengambil ponselnya yang sedari tadi ia abaikan. Anin menelpon Rika. Ia penasaran dengan hasilnya.
"Halo Rik.. Gimana hasil ujian lo?"
"Darimana aja sih? Daritadi dihubungin susah bener."
"Ya maaf. Kan lagi fokus-fokusnya nungguin pengumuman. Eh btw gimana hasil lo?"
"Gue lulus Anin. Tapi?
"Tapi kenapa?"
"Kita nggak dijurusan yang sama."
"Yaampun Rika. Gue kira apaan. Dah nggak usah sedih. Setidaknya kan kita masih satu gedung."
"Jadi kapan rencana lo mau ke kampus?"
"Gimana kalau lusa kita pergi? Lo udah ada uangnya belom?"
"Ada kok. Tadi langsung dikasi sama mama."
"Oke deh, see u hari lusa."
*****
Satu persoalan selesai lagi. Tapi Anin masih merasa ada yang mengganjal. Tapi ia juga bingung apa. Aneh kan si Anin.
Malam harinya, Anin berniat untuk ke minimarket. Ada beberapa yang ingin ia beli dan juga pesanan mamanya.
Dengan santai Anin mengendarai motor miliknya. Hingga tak terasa ia sudah sampai di minimarket.
Ia langsung masuk tak lupa ia mengambil keranjang belanjaan dan mulai mengitari setiap sisi minimarket tersebut. Hingga tiba-tiba....
Brugh.!!!!
"Maaf kak saya nggak sengaja." ucap anin sambil menunduk tak berani menatap sosok di hadapannya.
Tak ada respon dari pria itu, membuat Anin penasaran hingga ia mengangkat kepalanya sejajar.
"Kak Gilang?"
Duh kenapa selalu ketemu sih. Dia sebenarnya tinggal di bagian bumi sebelah mana sih.
"Iya tidak apa." ucapnya dingin
"Baiklah kak kalau gitu saya permisi." ucap Anin dan hendak pergi dari hadapan Gilang.
"Tunggu...!" ucap Gilang membuat langkah Anin terhenti.
"Bisa kita bicara? Sebentar saja." ucapnya lagi.
Setelah berpikir panjang, Anin menyetujuinya. Kini keduanya sedang duduk di bangku jalanan. Dihiasi dengan lampu jalanan.
"Sebelumnya saya minta maaf atas kelancangan saya terhadap kamu. Dan soal Nina saya harap kamu bisa lupakan soal itu."
"Iya kak. Saya juga berterimakasih karena kakak sudah menolong saya waktu itu."
Gilang memberikan ponselnya ke hadapan Anin, membuat Anin menoleh kearah Gilang seakan bertanya kenapa dengan ponselnya.
"Kamu liat saja dulu."
Anin mengikuti perintah Gilang seketika ia kaget..
"I-ini?"
"Dia Nina. Jadi aku pikir kamu adalah Nina. Karena jujur aku belum sanggup untuk melupakannya. Cuma itu yang ingin saya sampaikan sama kamu. Maaf sudah ganggu waktumu. Kalau begitu saya permisi."
ucap Gilang dan segera berdiri.
Saat akan melangkah, Gilang menatap ke arah Anin.
"Selamat atas kelulusan kamu." ucapnya dan setelah itu Gilang benar-benar pergi.
Anin sendiri ia masih syok dengan apa yang ia lihat tadi. Begitu banyak pertanyaan memenuhi isi kepalanya. Bahkan sampai dirumahpun, ia masih diam. Entahlah.
*****
Sesuai janji Rika dan juga Anin, kini keduanya sudah siap untuk ke kampus. Tapi kali ini keduanya mengendarai motor masing-masing.
Sejam berlalu kini keduanya sudah tiba di tujuan. Keduanya terpisah. Karena Rika dan Anin berbeda Jurusan.
Sejam berlalu dan urusan Anin sudah selesai. Anin mencari bangku disekitarnya yang masih kosong. Hingga ia duduk di salah satu bangku yang letaknya di pojok.
Saat tengah asyik melamun, Anin dikejutkan dengan gerakan seperti orang duduk di bangku yang sama dengannya. Anin melirik dan ternyata..
"Dia lagi?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments