Bab - 04

Semakin hari tingkah Mas Firman semakin di luar nalar. Dan kepalaku selalu saja pening mencari alasan untuk menolak tiap dia bersikeras mengantarku pulang. Bisa berantakan kalau dia tahu tempat tinggalku, apalagi jika bertemu langsung dengan Ibu. Itu tak akan pernah terjadi jika rencanaku membalaskan dendam belum berhasil. Aku harus membuat Mas Firman membayar semua penderitaan Mbak Naura dan Haikal.

Seperti hari ini, aku berlari kencang menghindarinya saat jam pulang dan langsung masuk ke mobil milik Mas Harsa yang sengaja menungguku tak jauh dari pabrik. Menghela napas kasar, lalu menyandarkan punggungku ke kursi.

Mas Harsa mendekat, membuatku terkejut karena posisi tubuh yang maju. Bahkan jarak diantara kami hanya tinggal beberapa centi saja.

"Sorry, kamu bahkan lupa pakai sabuk pengaman. Kenapa sih? Sekiranya Mas Firman buat kamu nggak nyaman mending keluar aja, Nin. Aku nafkahin!"

Deg...

"Kita bisa menikah, kamu bilang hanya butuh dua minggu untuk aku bersabar."

Aku tertegun, diam tak berkutik. Nyatanya, memang aku sendiri yang menjanjikan dua minggu itu sebagai batas semua dan akan menyerah kalau masih belum bisa membalas Mas Firman. Nyatanya, aku sendiri yang malah kocar kacir panik saat hampir berhasil membuat laki-laki itu meninggalkan Marsya.

"Iya, Mas. Tapi, gimana kalau kita bertunangan dulu!" Aku menunduk, berharap Mas Harsa tak kecewa dengan keputusanku.

"Oke," sahutnya singkat lalu mulai melajukan mobilnya. Dan hal yang semakin membuatku tak bisa berkutik adalah sosok Mas Firman yang berdiri menatap datar mobil ini, mobil milik Mas Harsa.

Aku menyerah. Mas Harsa langsung mengantarku pulang hari ini, tak ada pembicaraan serius di sepanjang jalan. Namun, begitu sampai rumah dan bertemu dengan Ibu. Mas Harsa mengutarakan niatnya untuk melamarku.

"Ibu pasti senang karena akhirnya kamu mau aku lamar. Kamu tahu nggak, Nin? Ibuku nanyain kamu terus, kapan siap." Mas Harsa penuh semangat memberitahuku.

"Iya, Mas. Lama banget aku nggak ketemu Ibu. Kapan Mas libur?"

"Minggu ini aku lumayan longgar, mau ketemu Ibu?" tawarnya. Aku mengangguk tak kalah antusias. Rindu sekali rasanya bertemu dengan Ibunya Mas Harsa, beliau selalu menganggapku anak sendiri.

"Mau, Mas. Kangen banget, padahal baru sebulan lebih gak ketemu!"

"Sama aku nggak kangen?" tanyanya membuatku tertegun.

"Eng,--" Aku bingung mau menjawab apa, karena kenyataannya tubuh dan bibirku terkunci. Seolah otakku merespon lambat ucapan Mas Harsa.

Dan hening, sorot matanya terlihat kecewa. Apa sikapku terlalu menyakitinya?

"Ka,--"

"Sudahlah," potongnya membuatku kembali merapatkan bibir.

Hening menyapa, bahkan sikapnya menjadi dingin meski aku sudah mengantarnya sampai teras depan saat pamit pada Ibu.

"Aku pulang." Ia menatapku lekat, tak ada lagi tatapan lembut seperti sebelumnya membuat bahuku seketika merosot.

"Aku minta maaf, Mas!" bergumam lirih, hanya bisa menunduk seraya mere mas erat ujung baju.

"Lupakan saja, Hanin. Ini hanya masalah sepele, kamu tidak perlu merasa bersalah hanya karena secuil perasaan yang aku punya."

Glek...

Jantungku berdetak tak karuan, kenapa jadi begini? Maju dua langkah, aku meraih tangannya.

"Aku sayang sama, Mas."

"Kita mungkin perlu tak ketemu beberapa hari agar kamu tahu kalau kangen itu penting. Kita bertemu minggu depan, ya? Setelah hati kamu benar-benar tenang," serunya membuatku menegang.

Dan aku hanya bisa mengangguk pasrah.

Esoknya, aku tak mungkin berangkat kerja karena tatapan Mas Firman kemarin. Aku terlalu takut dan pengecut. Hari ini, aku sengaja berdandan agar Ibu tak curiga.

"Sarapan, Nin." Ibu tersenyum sumringah menyambutku begitu keluar dari kamar.

"Ibu masak apa?"

"Masak tumisan, gorengan, sama sambel. Tadi juga Ibu goreng kerupuk," sahutnya berbinar. Aku mengangguk, "masakan Ibu emang juara!" pujiku meski belum sedikitpun mencicipinya.

Mengambil piring, nasi dan lauknya. Aku makan dengan lahap sampai tak sadar sedari tadi Ibu menatapku lekat bergantian dengan jam di dinding.

"Harsa gak jemput?"

Aku menggeleng, "Mas Harsa sibuk, Bu. Aku berangkat, ya? Lagian masih bisa naik ojek online kok."

Kuraih tangan Ibu lalu menciumnya takzim, "berangkat, Bu!"

***

Bukan bekerja, aku malah memilih turun di ujung gang arah kontrakan Mbak Naura. Sebenarnya, mobil dan motor pun bisa masuk. Namun, aku lebih sering memilih turun di ujung gang ketimbang di depan rumah Mbak Naura.

"Mbak? Mbak saudaranya Naura kan?" tanya sese-ibu yang lewat berlawanan arah denganku.

"Eh, Iya, Bu. Ada apa, ya?" tanyaku.

"Tolong bilangin dong, Mbak! Sama Naura itu, kalau jam segini atau siang jangan suka bawa lakik ke dalam rumah. Apalagi kan Haikal sekolah, takut jadi fitnah. Kalau misal ketemu mantan suami atau siapa, kenapa gak keluar aja?"

Aku tertegun, kepalaku seolah dipaksa mengangguk.

"Bilangin ya, Mbak. Meresahkan, mending sih nikah lagi."

Lagi-lagi aku mengangguk, "Iya, Bu. Nanti saya bilangin."

Ibu-ibu itu melengos setelah aku mengiyakannya. Mengelus dada, aku melanjutkan langkah ke rumah Mbak Naura.

Deg.

"Mobil siapa itu?" Aku melihat mobil hitam legam terparkir tepat di depan rumah. Dan pintu dalam keadaan tertutup. Bergegas mendekat akan tetapi urung saat ponselku berbunyi.

"Hallo, Mas?" lirih suaraku dan memejamkan mata.

"Hanin, kamu lupa ini hari apa, hah? Jangan telat, atau aku tahan gaji kamu!" Mas Firman mencak-mencak di telepon.

Oh shittttt...

Aku berdecak dan kembali pergi dari sana segera.

Terpopuler

Comments

Nasira✰͜͡ᴠ᭄

Nasira✰͜͡ᴠ᭄

wa meresahkan ni

2024-08-13

0

𝕊𝔸𝕋𝕣𝕚𝕠ᴷ

𝕊𝔸𝕋𝕣𝕚𝕠ᴷ

wah... ikan terbang ini...
macam Harsa yg datang ke rumah Naura.🥱🥱

ada part yg si Firman lihatin mobilnya Harsa. why? just see it?
dengan tatapan datar pula.
harusnya macam ini emot si firman.
"🤔 ngapain dia tuyul (Hanin) dimobil Harsa? ngapain pula mobil Harsa di Deket pabrik gw? mencurigakan..."🤔🤔

2024-03-21

0

👙⃝ʀɪsᴍᴀ 𝐙⃝🦜

👙⃝ʀɪsᴍᴀ 𝐙⃝🦜

wah wah siapa yang datang ketemu sama Naura apa itu firman tapi gak mungkin kan

2024-03-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!