Tiba di sekolah
🌻🌻🌻🌻🌻🌻
"Hai Za, baru sampe?" tanya Reno padaku yang sedang asyik mengobrol dengan Ujang di depan kelas.
"Iya nih. Lo udah daritadi?" balasku.
"Sama, gue juga belum lama kok sampainya!" jawab Reno kemudian mengajakku duduk di sampingnya.
"Sini Za, duduk. Bel masih 15 menit lagi kok!" ajak Reno padaku, kemudian aku pun duduk di samping Reno. Di samping Reno ada Ujang yang sedang asyik membaca buku biologi.
"Jang, rajin banget sih. Belum juga mulai belajarnya," celetukku pada Ujang.
"Eh, Eyza. Iseng Abdi teh," jawab Ujang ramah.
Tiba-tiba seorang siswi datang menghampiri Ujang.
"Aa' ini buku Agama yang kemarin saya pinjam, hatur nuhun ya!"
"Oh iya Cempaka, sami-sami," jawab Ujang.
"Siapa Jang?" tanya Reno pada Ujang, sambil melirik siswi itu.
"Eh, iya kenalin. Ini Cempaka adik sepupu abdi!" balas Ujang.
Reno mengulurkan tangan memperkenalkan diri.
"Reno."
"Cempaka."
Aku juga mengulurkan tanganku untuk berkenalan dengan Cempaka.
"Eyza."
Cempaka masih saja menatapku, walau aku sudah melepaskan genggaman tangannya. Sesekali Cempaka melihat Ujang, kemudian melirikku lagi. Merasa di perhatikan Cempaka, aku meminta izin masuk ke dalam kelas lebih dulu.
"Gue masuk ke kelas duluan ya!" ucapku sambil aku lihat Ujang dan Reno, lalu aku tersenyum menatap Cempaka, kemudian berlalu dari hadapan mereka masuk ke dalam kelas.
Tet! Tet! Tettttttt!
Bel masuk sekolah berbunyi, para siswa bergegas masuk ke dalam kelas masing-masing.
"Selamat pagi anak-anak!" Pak Darmin guru biologi menyapa para siswa.
"Pagi Pak!" jawab para siswa serentak.
"Anak-anak, sekarang keluarkan buku biologi kalian. Buka materi tentang Pewarisan sifat. Bapak kasih waktu lima belas menit untuk membaca, nanti Bapak tanya ya!" perintah Pak Darmin kepada kami.
Para siswa membuka buku biologi lalu mulai membaca.
"Nah, anak-anak sudah lima belas menit. Sekarang Bapak akan mulai bertanya," ucap Pak Darmin.
"Gregor Johann Mendel, seorang biarawan dan juga ilmuwan yang mendirikan ilmu baru dalam ilmu genetika. Dia meneliti tentang pewarisan sifat-sifat tanaman kacang ercis atau peas yang mempunyai sebuah pola. Dari situ ia mengusulkan tiga Hukum Pewarisan Mendel. Hukum apa saja itu? Eyza, coba jawab!" Pak Darmin melemparkan pertanyaan itu kepadaku.
"Hukum segregasi, hukum asortasi bebas dan hukum dominasi Pak!" jawabku mejelaskan pertanyaan Pak Darmin.
"Ya. Benar!"
Setelah dua jam kami belajar didalam kelas, akhirnya bel istirahat pun berbunyi.
Tet! Tet! Tetttttttttt!
"Yuk Za, Ke kantin!" ajak Reno padaku.
"Yuk!" Jawabku, lalu berjalan mengikuti Reno.
Aku, Reno dan Ujang memang sudah seperti ban bajaj kalau di sekolah, kemana-mana selalu bertiga. Sampai ke kantin pun kami makan bersama di meja kantin yang sama.
Aku sedang asyik menikmati jus mangga dan sepotong roti coklat, tiba-tiba mataku tertuju pada meja dimana ada empat orang siswi yang sedang asyik menikmati makan siang, di sertai senda gurau diantara mereka, salah satu dari siswi itu adalah Ka Sarah.
"Za, lo lihat siapa sih? Gue perhatiin itu mata nggak kedip-kedip," tanya Reno, tapi aku tetap saja tidak bisa memalingkan pandanganku dari Kak Sarah.
"Lihat bidadari Ren!" balasku pada Reno.
"Yah, dia mulai halusinasi lagi." Reno memegang keningku dengan punggung telapak tangannya.
"Tapi nggak panas ya!" celetuk Reno yang langsung ku tepis tangannya dari keningku.
"Apaan sih lo. Gue sehat kali!" jawabku sedikit kesal.
"Habisnyaaa memang lo lihatin apa daritadi, sampai nggak kedip?" tanya Reno penasaran.
"Lo lihat cewek itu, yang pake kerudung putih!" jawabku sambil jari telunjukku menunjuk ke arah Ka Sarah.
"Yang mana Za? Murid disini yang pake kerudung, warnanya putih semua," jawab Reno membuatku menghelakan nafas panjang.
"Hhhhhhh makanya lihat jari gue!" jawabku sedikit kesal.
"Eh, iya. Sorry sorry yang mana sih?" tanya Reno penasaran.
"Itu yang lagi pada makan bakso. Ada empat cewek, yang pake kerudung sediri!" jawabku sambil aku tunjuk ke arah Kak Sarah.
"Oh, ituuu Itu Kak Sarah, kenapa memangnya dia?" jawab Reno dengan ekspresi wajah polosnya.
"Nggak kenapa-kenapa," jawabku kesal, Reno masih juga belum mengerti maksudku.
"Reno teh, bagaimana atuh, masih belum mengerti juga. Itu maksudnya, Eyza teh suka sama Kak Sarah."
Ujang coba menjelaskan, aku senang akhirnya ada yang mengerti maksud hatiku.
"Nah, maksudnya itu!" balasku dengan semangat.
"Jadi lo suka sama Kak Sarah Za?" tanya Reno yang aku jawab hanya dengan anggukan kepala.
"Tapi kan, dia kakak kelas kita Za!" balas Reno.
"Memangnya salah kalau gue suka sama Kakak kelas?" tanyaku pada Reno.
"Ya nggak salah memang, tapi usia Kak Sarah pasti beberapa tahun diatas lo Za," jawab Reno dengan muka seriusnya sambil meneguk jus jambu yang baru dia pesan.
"Aduh, lo kaya ngelamar kerja aja pake patokan umur. Cinta tidak mengenal usia, mending sawah Kakek lo tuh, di patok-patokin biar nggak di ambil orang!" jawabku sekenanya.
"Hahahaha bisa aja lo Za!"
"Rasulullah menikah dengan Ummul Mukminin, Sayyidah Siti Khadijah dengan berbedaan usia yang cukup jauh. Saat itu Rasulullah berusia dua puluh lima tahun, sedangkan Sayyidah Siti Khadijah berusia empat puluh tahun. Namun, walaupun begitu Beliau sangat menyayangi Sayyidah Khadijah karna Beliau orang pertama yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, disaat yang lain tidak mempercayai. Beliau juga begitu setia mendampingi perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan agama islam," ucap Ujang menjelaskan sedikit kisah Rasulullah. Membuat kami tertegun mendengarnya.
"Nah, lo dengerin tuh kata-kata Ujang. Ujang aja ngertiin perasaan gue," ucapku pada Reno.
"Tapi kayanya, saingan lo berat Za!" jawab Reno membuatku sedikit terkejut.
"Maksud lo apaan Ren?"
"Gue dengar-dengar, Kak Sarah lagi deket sama Kak Salman, dia ketua Rohis disini. Salman Al-Farisi namanya," jawab Reno, membuat aku terdiam sesaat.
"Gue kalah saing dong Ren, ilmu agama gue masih cetek banget. Ya kalau cuma sholat lima waktu, puasa sama bayar zakat sih, masih gue kerjain," ungkapku di hadapan Reno dan Ujang.
"Bayar zakat? Bokap lo kali Za yang bayar!" celetuk Reno membuatku tertawa.
"Hehehe iya sih!" balasku sambil ku teguk sisa jus mangga dan roti coklat yang belum selesai juga aku habiskan.
"Seseorang yang aktif di kegiatan Rohis, bukan berarti dia sama dengan Ustadz. Dia sama dengan kita, sama-sama pelajar yang sedang menambah pengetahuan agama. Kalau memang mau, kamu teh bisa masuk Rohis Za, untuk menambah pengetahuan agama sekaligus menambah kegiatan positif juga kan!" ucap Ujang menambah kepercayaan diriku.
"Bener juga kata Ujang. Kalau gue ikut Rohis, kan gue bisa ketemu Kak Sarah, sekaligus menambah ilmu agama gue hehehe," jawabku dengan wajah penuh semangat.
"Itu namanya lo ada pamrihnya Za," jawab Reno membuatku mengerutkan dahi.
"Kalau ada seseorang yang membuat kita bersemangat untuk melakukan kegiatan positif, kenapa nggak? Urusan pahala, dosa, riya' biarlah Allah saja yang menilai," jawab Ujang membuatku menatapnya lama, lalu ku tepuk bahunya perlahan.
"Aduh, Jang. Hati gue ademmm banget kalau lo lagi ngomong. Berasa lagi dimasjid depan rumah gue, lagi dengerin ceramah Ustadz Favorite gue," jawabku membuat Ujang tersenyum dan tersipu malu.
"Tapi Jang, lo kalau lagi ceramah begini, bahasa indonesia lo lancar ya?" celetuk Reno membuatku menarik nafas panjang.
"Hhhhhhh kirain gue, lo mau komentar isi tausiyahnya Ujang, nggak taunya cuma gitu doang. Biarin aja kali dia pakai bahasa indonesia, malah bagus. Gue jadi lebih ngerti, kalau dia pakai bahasa sunda, gue malah bingung dia ngomong apaan?!" jawabku malah membuat Reno dan Ujang tertawa.
"Hahahaha!"
"Sudah, sudah. Jangan pada ribut atuh, sekarang teh mending kita ke kelas, sebentar lagi bel bunyi. Oh iya, Abdi tadi teh bukan lagi ceramah, hanya sharing aja sama kalian," ucap Ujang kembali dengan logat bahasa sundanya yang halus.
"Nah, elo sih Ren, jadi inget lagi tuh si Ujang sama logat sundanya," ucapku membuat Ujang tertawa sambil menggelengkan kepalanya.
Tiba-tiba Kak Sarah dan teman-temannya lewat di samping meja kami. Reno mencoba menyapa Ka Sarah.
"Assalamu'alaikum Kak Sarah," ucap Reno. kemudian Kak Sarah pun menjawab Salam Reno.
"Wa'alaikum salam."
Kak Sarah menjawab salam Reno, aku tidak ikut mengucapkan salamnya karna sedang menahan degup jantungku yang semakin kencang. Apalagi ketika Kak Sarah melihat ke arahku kemudian tersenyum, aku pun membalas senyumannya, hingga dapat kuperlihatkan kedua lesung pipiku.
Salah seorang teman Kak Sarah mencoba melihat ke arahku. Aku tahu sedang di perhatikan olehnya, tapi aku tidak menghiraukan, karna masih saja terhanyut dengan pesona Kak Sarah.
"Maaf ya Neng, abang lagi fokus sama makhluk ciptaan Allah yang satu ini," bisikku dalam hati.
Kemudian Kak Sarah dan teman-temannya berlalu dari hadapan kami, namun aku masih saja menatap kepergiannya.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
"Woiii Za. Udah kali natapnya, udah nggak keliatan juga Ka Sarah nya, yang ada mba Minarsih tuh, petugas kebersihan sekolah yang lo pandangin daritadi," ucap Reno mengagetkan aku.
"Eh, pantesan dia senyum-senyum aja daritadi ngeliatin gue," jawabku, kemudian segera aku palingkan pandanganku dari Mba Minarsih.
"Nah, lo lihatin dia sambil senyum-senyum. Udah kaya lihat bidadari, jadi ke ge-er an deh dia."
Lagi-lagi Reno berceletuk membuat aku sedikit kesal. Ujang hanya tertawa kecil memperhatikan tingkah kami.
"Sialan lo Ren. Udah yuk ah, kita ke kelas!" ajakku pada Reno dan Ujang. Kami pun pergi meninggalkan kantin kembali ke kelas.
💟💟💟💟💟💟💟💟💟
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Dhina ♑
😘😘😘😘😘😘😘
2021-08-30
0
IntanhayadiPutri
Aku mampir nih kak, udah 5 like dan 5 rate juga.. jangan lupa mampir ya ke ceritaku
TERJEBAK PERNIKAHAN SMA
makasih 🙏🙏
2020-11-14
1
Desrayanii
Lanjuut
2020-11-08
1