Hari libur ini Yasmin berencana ke rumah orang tuanya yang lumayan jauh dari tempat tinggalnya yang sekarang.
Dia pergi membeli buah untuk di berikan ke orang tuanya itu.
"Halo ibu, aku lagi di supermarket sekarang, apa ada yang mau di beli?"
"Tidak usah nak" jawab ibu Yasmin
"Oh begitu, baiklah..ibu aku sebentar lagi kesana"
"Iya, Hati-hati di jalan"
Yasmin menutup telfonnya dan kembali melihat sekeliling untuk membeli berbagai hal yang ia perlukan.
Setelah cukup lama akhirnya Yasmin selesai berbelanja dan langsung pergi menuju rumah orang tuanya.
Sekitar 1 jam kemudian Yasmin sampai.
"Tok.. Tok.. Tok.." Yasmin mengetuk pintu
"Kreeek.." pintu rumah itu pun terbuka
"Ibu" Yasmin memeluk ibunya karena rindu
"Ayo, masuk dulu" ibunya dengan ramah menyambut kedatangan Yasmin
"Ini buat ibu, Ayah mana bu?" menyerahkan bawaannya
"A,ayah kamu la..lagi di kamar" menjawab dengan terbata-bata
Yasmin merasa bahwa ada sesuatu yang aneh dari sikap ibunya setelah dia menanyakan keberadaan ayahnya.
Memang setelah Yasmin bercerai, orang yang sangat marah dan menyalahkan Yasmin itu ayahnya.
"Bu, aku ke kamarku dulu ya" Yasmin masuk ke kamarnya yang masih di tata rapi seperti saat dia masih tinggal di rumah itu.
Karena lelah setelah perjalanan yang cukup panjang, Yasmin rebahan di kamar lamanya itu.
"Andai, waktu bisa di putar kembali"
"Hemm"
Menutup matanya dengan lengan yang berada di keningnya. Yasmin tertidur pulas berada di ranjang yang sudah menemani masa kecilnya hingga dewasa.
"Tok.. Tok.. Tok" ibunya mengetuk pintu kamar
"Yasmin"
"Ayo makan dulu nak"
Mendengar suara ibunya Yasmin terbangun dan menghampiri ibunya
"Emm.. iya bu"
Yasmin berjalan menuju meja makan dan ternyata ayahnya sudah duduk di sana.
"Ayah, apa kabar?" menanyakan dengan ceria
"Baik" menjawab seadanya
"Ini makanan kesukaan kamu, ibu sengaja masakin buat kamu" mendekatkan piring yang berisi makanan itu
"Makasih bu" mencicipi makanan buatan ibunya
Suasana makan berjalan tenang dan sesekali Yasmin memandang ayahnya yang hanya diam saja menikmati makanan yang di sediakan oleh ibunya.
Setelah selesai makan, Yasmin membantu ibunya membereskan meja makan dan mencuci piring.
"Craang.."
Tiba-tiba tangannya licin dan tidak sengaja memecahkan piring.
Ayahnya yang sedang duduk langsung terbangun dan memarahi Yasmin.
"Gimana sih? cuci piring aja nggak bisa"
"Kamu mau buat rumah ini hancur? apa nggak cukup bikin orang tua malu? Hah?"
"Sudah ayah, jangan marah! kasian Yasmin" ibunya mencoba menenangkan ayah Yasmin
"Kamu?belain terus, ini jadinya karena kamu manjain anak ini"
"Kalau kamu dengerin kata ayahmu ini, pasti hidup mu lebih baik. Ini semua karena kamu salah memilih menikah dengan si brengs*k itu"
"Hah!"
Yasmin hanya bisa diam mendengar ucapan ayahnya dan pergi dari rumah orang tuanya.
Dia berlari menuju halte bus dan duduk di sana sambil menangis.
Yasmin tidak bisa membenci ayahnya karena memang dia yang salah telah memilih orang yang salah.
Sebelum Yasmin menikah dengan mantan suaminya itu ayahnya sangat menentang hubungan mereka.
Yasmin juga sempat akan di jodohkan dengan anak temannya yang sudah lama bersahabat dengan ayah Yasmin.
"Hiks.. hiks.."
"Semua ini memang salahku" menutupi wajahnya yang menangis
Dia menyalahkan dirinya atas semua yang terjadi dalam hidupnya.
Pernikahan dan perpisahan, semua itu tidak akan terjadi jika Yasmin tidak memilih orang yang salah.
Saat Yasmin mengenal mantan suaminya itu orang yang baik sehingga dia mau menikah dengannya meski orang tua menentang tapi Yasmin tetap menikah dengan pilihannya.
Sifat aslinya baru Yasmin ketahui setelah 2 tahun pernikahannya dan itu membuat Yasmin sudah tidak tahan dengan kelakuan suaminya dan bercerai setelah bertahan cukup lama.
Setelah cukup tenang, beberapa bus sudah lewat akhirnya Yasmin menaiki bus yang berhenti.
Dia melamun dan memandang jalanan yang di penuhi dengan gedung tinggi dan banyak orang lalu lalang.
Di sisi lain, Brian mengisi waktu liburnya dengan berolahraga untuk menjaga stamina nya tetap terjaga.
"Libur kok di rumah bukannya pergi kencan? Haha" ucap seorang perempuan cantik dengan tubuh yang mungil itu
"Gak penting, mending kamu urus hidupmu sendiri,sana!" merasa terganggu
"Padahal tinggal pilih aja kan, ini contohnya Catherine, Sarah, terus.."
Melihat pesan yang menumpuk di ponsel Brian yang tidak di baca sama sekali"
"Cukup, main sana jangan ganggu orang terus" merebut ponselnya dengan cepat.
"Dasar pemarah,jomblo akut.haha" meledek lagi dan pergi
Perempuan itu adalah Bella,adik Brian yang sering menjahili kakaknya.
Meskipun sering mengganggu tapi Brian tetap menyayangi adiknya dan memberikan apapun yang dia inginkan karena sekarang hanya dia yang Brian miliki selepas orang tua mereka tidak ada di dunia ini lagi.
Banyak perempuan yang mencoba mendekati Brian dengan berbagai cara sampai yang paling parah, melemparkan tubuhnya ke Brian tapi dia sama sekali tidak tertarik.
Karena yang menjadi prioritasnya sekarang adalah bagaimana caranya mengembangkan perusahaan menjadi lebih maju lagi.
Setelah dirasa sudah cukup olahraga, Brian menatap ke arah jendela rumahnya yang besar sambil meminum air untuk melepas dahaga.
Pandangannya terhenti melihat seekor kucing kecil berwarna putih yang terlihat menggemaskan, dia memperhatikan pergerakan kucing itu dan teringat seseorang yang bertingkah mirip dengan kucing itu.
"Haha.." Brian tertawa melihat kucing itu yang menabrak tiang di depannya
"Dia terlihat seperti seseorang" tersenyum dan mengingat kejadian kemarin saat Yasmin tidak sengaja menabrak punggungnya
Setelah melewati libur dengan kegiatan yang berbeda.
Mereka kembali menjalani aktivitas kerja di posisi mereka masing-masing.
"Yasmin" Elsa menyapa Yasmin yang berjalan didepannya dan menggandeng lengannya
"Kemarin libur kamu kemana?" tersenyum ceria
"Oh, aku ke rumah orang tuaku" sedikit tersenyum meski dalam hatinya dia merasa sedih
"Kalau Elsa kemana?"
"Aku pergi kencan"
"Pantas wajahnya ceria dan terlihat lebih cantik"
"Haha" tertawa senang mendapat pujian dari Yasmin
Di saat Elsa tertawa, Brian berjalan melewati mereka.
"Selamat pagi, Pak" mereka menyapa Brian dengan sopan
"Pagi" melanjutkan berjalan mendahului mereka
Mereka masuk di lift yang sama, posisi mereka di belakang Brian yang kebetulan sedang berbincang dengan sekretarisnya.
"Mereka terlihat serasi ya?" Elsa berbisik ke telinga Yasmin
"Oh iya" menatap mereka yang memang terlihat serasi seperti mahakarya yang indah
Sekretaris Brian bernama Alice, dia sangat cantik, tubuhnya langsing, rambut pirang panjang dan penampilan yang rapi.
Banyak orang yang mengagumi kecantikan Alice dan banyak juga perempuan yang iri melihatnya.
Yasmin pun mengakui kecantikan Alice tapi tidak sampai iri karena bagi Yasmin yang terpenting baginya adalah dunia kerja yang tenang.
Menurut Yasmin, Alice memang pantas menjadi sekretaris Brian meskipun belum mengenal lebih jauh karena dia baru di perusahaan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments