Keesokan harinya Yasmin bangun kesiangan,dia langsung buru-buru bersiap seadanya.
"Ah..aduh" tersandung kursi karena berlarian kesana kemari
"Sakit" mengelus kaki yang memar
"Hah? jam berapa ini?" melihat jam tangan yang ia kenakan
Dia sudah rapi lalu mengambil tasnya dan lari keluar rumah.
"Tunggu.." dengan nafas terengah-engah mengejar bus yang lewat
Tetapi di saat langkahnya hampir sampai di halte justru bus nya sudah pergi.
Padahal Yasmin sudah berusaha lari lebih kencang tetapi dia harus menunggu bus selanjutnya.
"Ayo dong cepat" Yasmin gelisah dan takut terlambat karena waktu terus berjalan
Akhirnya bus yang di tunggu datang lebih cepat dan dia pun menaikinya.
Dia terus melihat jam tangannya berharap cepat sampai.
"Cepat..."
"Hmm"
Setelah perjalanan yang terasa panjang itu, akhirnya bus berhenti di halte dekat kantor Yasmin.
Turun dari bus langsung berlari lagi karena waktu tersisa 10 menit untuk absen kerja.
Dia terus berlari sampai tepat di depan lift.
"Tunggu" meminta untuk di tahan liftnya agar bisa ikut naik
Dia tidak peduli siapa saja yang ada di lift yang terpenting dia tidak terlambat.
"Terimakasih" Yasmin menunduk dan berterimakasih kepada orang yang menahan lift untuknya
Tapi hari itu benar-benar tidak terduga. Saat Yasmin kembali mengangkat kepalanya setelah menunduk,dia melihat orang yang membantu ternyata Brian.
Dia sangat terkejut dibalik nafasnya yang tidak beraturan, penampilannya juga sedikit kacau malah bertemu dengan orang yang penting di perusahaan itu.
"Aduh..gimana ini? aku benar-benar dalam masalah"
"Sudah hampir telat, penampilan gak jelas. Argh.. kacau"
Yasmin menggelengkan kepalanya sambil memejamkan mata sebentar sambil memikirkan banyak hal di kepalanya karena takut imagenya jelek di hadapan Brian.
Mode realitasnya kembali.
"Selamat pagi Pak" tersenyum ramah dan menyapa Brian.
"Pagi juga, tapi sepertinya sekarang sudah bukan pagi lagi" menjawab dengan serius
Kata-kata itu terdengar seperti sindiran bagi Yasmin.
Yasmin hanya tersenyum mendengar ucapan atasannya itu.
Di dalam lift sangat sesak bagi Yasmin padahal hanya ada mereka berdua tapi suasananya sangat tegang.
Akhirnya liftnya berhenti di lantai yang mereka tuju dan Yasmin pun merasa lega.
Padahal Yasmin buru-buru tapi karena ada atasannya dia tidak berani berlarian dan berjalan di belakangnya menunggu Brian masuk terlebih dahulu.
"Fyuh.." Yasmin duduk dan menghela nafas
"Hari yang berat, kenapa berpapasan lagi dengannya?"
Yasmin merasakan sakit dan perih di area yang tersandung kursi saat di rumahnya dan itu semakin sakit karena dia berlarian tanpa henti.
Setelah duduk dan membuka sepatu,dia baru menyadari ternyata kakinya tergores dan berdarah.
Dia langsung pergi membersihkan dan mengobati lukanya.
"Apa ini?" mengusap air mata di pipinya
Disaat seperti itu air mata Yasmin menetes tanpa disadari. Dia merasa hidupnya sangat berat, disaat sudah mengandalkan seseorang justru dia malah di buang.
Dia berjuang sendiri untuk menopang kehidupannya.
Kesepian, mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan Yasmin sekarang.
"Aku gak boleh lemah, aku pasti bisa" meyakinkan dirinya sendiri
Yasmin kembali ke mejanya mengerjakan pekerjaan yang menumpuk.
Yasmin sudah mulai terbiasa bekerja di perusahaan itu, apalagi atasan dan rekan kerjanya juga baik.
Meskipun ada hari dimana dia harus lembur seperti hari ini karena harus di selesaikan secepatnya.
"Yasmin, kamu gak pulang?" ucap Elsa yang sudah siap untuk pulang
"Ah, aku lembur hari ini,masih belum kelar"
"Yasudah, aku duluan ya"
Elsa dan beberapa rekan yang lain sudah pulang dan di sana hanya tersisa Yasmin dan 2 orang di tim lain.
Yasmin mengerjakan pekerjaan itu sampai lembur karena ketua timnya berpesan harus di kirim malam ini juga.
Sesekali dia meregangkan badannya yang mulai pegal karena duduk seharian.
Tim lain yang lembur sudah pulang dan di sana Yasmin sendirian.
Dia berusaha lebih cepat agar bisa pulang juga.
"Ini kantor jadi horor banget, aku pengen cepat pulang"
Suasana yang sepi membuat Yasmin merinding apalagi suara ketikan keyboard nya terdengar lebih keras.
Dia mempercepat mengetik dan tinggal sedikit lagi selesai.
Tiba-tiba lampu mati dan terdengar suara langkah kaki yang semakin terdengar lebih dekat.
Yasmin semakin takut dan buru-buru mengerjakannya.
"Hmm" terdengar suara seseorang
"Huaaa, siapa itu?" Yasmin teriak dan menengok ke samping
"Haha..maaf kamu kaget ya?" tertawa melihat Yasmin yang ketakutan
"Hah.. astaga, jantung saya hampir lepas Pak"
Yasmin di buat sangat terkejut dengan kedatangan Brian.
"Kamu kenapa belum pulang?" ucap Brian yang berjalan mendekat ke arah Yasmin
"Ah, ini sudah mau pulang Pak" membereskan berkas dan merapikan mejanya
Yasmin tidak berniat menanyakan kembali karena tidak ingin semakin lama pembicaraan mereka.
Brian menatap Yasmin yang terlihat gugup dan itu membuatnya tersenyum.
Karena Yasmin sudah selesai, Brian berjalan keluar lebih dulu kemudian Yasmin berjalan di belakangnya.
"Kebetulan macam apa ini?"
"Kenapa hari ini berpapasan lagi?"
"Kenapa? Kenapaaaa?" beberapa kata yang di ucapkan dalam hati Yasmin
Yasmin berjalan sambil berfikir kenapa dia selalu saja berpapasan dengan Brian, sampai dia tidak sadar dan menabrak Brian yang sedang berjalan di depannya dan mengenai punggung Brian yang lebar.
Dheg..
Seketika langkah Brian terhenti dan menengok kebelakang.
"Ah, maaf Pak saya tidak sengaja" Yasmin takut dan malu karena kelakuannya
"Lain kali hati-hati, kalau kamu jatuh gimana?" ucap Brian yang berekspresi biasa saja dan mengakhiri ucapannya dengan tersenyum
Yasmin merasa aneh karena merasa di balik senyuman itu mengandung maksud tertentu. Apalagi seperti yang Yasmin dengar kalau Brian itu perfeksionis.
"Yasmin bodoh, kenapa lagi kamu cari masalah terus?" ucap dalam hati Yasmin
Mereka pulang masing-masing setelah berpapasan sebelumnya.
Setelah sampai di rumah Yasmin langsung merebahkan badannya di kasur yang empuk itu dan merentang kedua tangannya.
"Hari yang melelahkan"
Yasmin sangat lelah hari itu tapi handphone tiba-tiba berdering.
"Huh, siapa sih?" menatap ponselnya
Ternyata itu mantan suaminya yang menggunakan nomor lain untuk mencoba menghubungi Yasmin setelah nomor yang biasa dia gunakan di blokir Yasmin.
"Mau apa lagi sih?" mengerutkan kening dan merasa pusing jika berurusan dengan mantan suaminya
Yasmin meletakkan ponselnya lagi dan mengabaikannya begitu saja.
Sudah banyak sekali nomor baru yang mencoba menghubungi Yasmin dan pasti meninggalkan pesan bahwa dia adalah mantan suaminya yang masih mengganggu Yasmin dan ingin kembali kepadanya.
Padahal hari itu Yasmin sangat lelah tapi kenapa harus di hadapkan lagi dengan orang yang sudah membuat hidupnya hancur dan tidak merasa bersalah sama sekali apalagi mencoba masuk lagi dalam kehidupannya.
Setelah bercerai Yasmin tidak mendapatkan apapun dari suaminya.
Sehingga dia hanya sanggup menyewa tempat yang tidak terlalu besar untuk dia tinggali sendirian.
Mantan suaminya justru meminta uang yang pernah dia berikan saat masih dalam ikatan pernikahan dengan dalih bahwa uang itu hanya di pinjamkan ke Yasmin.
Kehidupan Yasmin benar-benar hancur dan kacau. Semuanya karena mantan suaminya yang tidak bertanggung jawab.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments