Pagi pukul setengah sembilan keadaan rumah keluarga Mumtaz semakin ramai, acara akad rencananya akan di laksanakan pukul sembilan tepat.
Semua orang telah nampak dengan kesibukannya masing masing.
Ali dan kawan kawanya tengah duduk di balkon sembari menatap kerempongan di bawah sana.
Hati Ali sedikit berdesir dan mencelos melihat kesibukan orang orang di bawah sana demi mempersiapkan dan menyambut pernikahan kakak sahabtnya itu.
Sepertinya pernikahan Zarima ini membuat siapa saja bahagia, karena memang ini yang sudah di tunggu tunggu oleh keluarga gadis cantik itu.
Sebentar lagi....pupus sudah harapanku, monolog Ali di dalam hati. Sejak kemaren wajahnya sudah nampak mendung saja.
Beberapa saat kemudian nampak sebuah mobil alpard warna putih memasuki pelataran teras, beberapa orang terlihat tergopoh gopoh turun dan segera masuk kedalam rumah.
" ada apa Taz..?! " tanya Ardhan kepada Mumtaz begitu melihat wajah Mumtaz nampak memberengut dengan kening yang mengerut sempurna.
" nggak tahu...tapi itu keluarga calon mbak Zarima, tapi mana mas fikry nya..." kata Mumtaz sendirian.
ohhh ...jadi namanya Fikry, kata Ali dalam hati menyebut calon suami Zarima.
Samar samar mereka mendengar sedikit keramaian di bawah, Mumtaz yang tiba tiba merasa khawatir segera turun ke bawah.
Alipun nampak mengikuti langkah Mumtaz di belakangnya.
Benar saja, sedikit suara keras itu terdengar dari dalam kamar bu Alina dan pak Yoga ayah Mumtaz.
Mumtaz berdiri di ambang pintu yang sedikit terbuka.
Seorang wanita paruh baya nampak duduk bersimpuh di hadapan bu Alina yang wajahnya terlihat sangat tegang. Di sisi lain nampak pak Yoga berdiri sedikit bersisihan dengan seorang pria yang juga nampak seumuran dengannya.
Wajah mereka masing masing nampak tegang dan penuh tekanan.
" maafkan anak saya mbak Alina...saya benar benar sudah gagal mendidik anak saya, saya benar benar tidak tahu di mana dia sejak kemaren..." kata wanita yang nampak bersimpuh itu.
Di matanya sungguh menyiratkan ketidak berdayaan seorang ibu.
Di wajah wanita itu juga menunjukkan kekecawaan dan penyesalan yang begitu dalam seorang wanita baya yang telah begitu tinggi menggantung assanya.
Mata Ali seketika membulat sempurna, drama apa ini....apa mempelai prianya kabur....kurang ajar. Rutuk Ali dalam hati.
Sementara Mumtaz....jangan di tanya lagi ekspresi pria itu, wajahnya sudah nampak memerah penuk kemarahan. Namun sepertinya ia masih bisa menahan kemarahannya.
" sejak awal bukan kami yang meminta pejodohan ini, tapi anak anda sendirilah yang datang kepada kami untuk meminta putri kami sebagai pendamping hidupnya..." kata Bu Alina dengan suara bergetar.
" iya saya tahu mbak...saya tahu, yang saya tahu Fikry juga yang bersi keras menginginkan Zarima menjadi istrinya, tapi entahlah apa yang sudah terjadi...sejak kemaren hingga hari ini Fikry sama sekali tak memberi kabar kepada kami " ungkap wanita yang sedang duduk di lantai itu menunduk yang ternyata adalah ibu calon mertua Zarima.
" jadi maksud mbak Sari sekarang adalah pernikahan ini gagal di laksanakan begitu ?! " kembali suara bu Alina terdengar bergetar, wanita paruh baya itu nampak menggigit bibir bawahnya kuat kuat.
Pak Yoga melangkah mendekat kearah bu Alina berdiri, kemudian pria itu nampak mengusap lembut bahu istrinya itu.
Bu Alina jatuh terduduk di sisi ranjang tempat tidurnya, wajahnya nampak telah basah oleh air mata.
" Zarima pak....Zarima....apa yang akan bisa kita katakan padanya, kita lah yang telah meyakinkan pernikahan ini kepadanya...lalu sekarang, yaAllah...dosa apa yang telah aku perbuat, kenapa ini semua harus terjadi pada putriku..." racau bu Alina dalam ke sedihannya.
" sabarlah buk...sabarlah, kita sedang di uji melalui anak anak kita.." pak Yoga mencoba menenangkan sang istri.
" maafkan kami mbak Alina, mas Yoga...maafkan kami, ini sungguh di luar kuasa kami " kata pak Pras suami bu Sari sembari menyugar rambutnya dengan kasar dan penuh penyesalan.
Ia berjanji benar benar akan menghajar putranya itu jika nanti mereka telah bertemu.
Sungguh malang nasibnya...putra sulungnya benar benar telah melempar kotoran di wajahnya.
" lalu apa yang bisa kita lakukan lagi....acara ini harus di hentikan bukan, tak ada pengantin prianya.....pernikahan ini telah gagal di laksanakan..." bu Alina kembali berucap dengan terisak, ia tak lagi mampu menahan sesak di hatinya..
"Acara pernikahan akan terus di lanjutkan ibu....izinkan saya menikah putri ibu...Zarima Arwha Rushady " kata kata itu terdengar begitu lantang dan meyakinkan menyapa gendang telinga siapa saja yang hadir di ruangan itu.
Serentak semua mata menoleh kepada sang pemilik suara.
Terutama bu Alina dan pak Yoga, sontak dua pasangan paruh baya itu menoleh kearah sumber suara berasal.
Ali dengan berani dan gagahnya maju mendekat dan bersimpuh di hadapan bu Alina dan pak Yoga.
" izinkan saya menikahi putri ibu...." kembali Ali mengulang kata katanya.
Baginya ini adalah takdir yang Allah berikan kepadanya, ini kesempatan yang Allah berikan kepadanya di akhir ketidak berdayaannya.
Hampir saja ia benar benar kehilangan harapan, nyatanya Allah mentakdirkan hal yang berbeda dari yang di rencanakan manusia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Siti Nina
suka bgt dgn ceritanya,,,
2023-11-29
0