Hari yang membuat Ali cemas dan khawatir bahkan tak bisa tidur akhirnya datang juga.
Hari ini hari yang di katakan oleh Mumtaz kepadanya.
Sejak pagi Ali telah bersiap, pukul tujuh ia sudah nampak keluar dari rumah dan mengendarai mobilnya keluar garasi rumah orang tuanya setelah berpamitan kepada ibunya karena ayahnya yang seorang pegawai negri sipil kabupaten telah berangkat pagi pagi sekali.
Tak butuh waktu lama Ali telah memasuki pelataran rumah Mumtaz sahabatnya yang sangat luas,karena rumah Ali dan Mumtaz hanya terpisah satu desa saja sementara kedua desa mereka masih dalam satu kecamatan yang sama.
pelataran rumah Mumtaz yang sangat luas nampak terlihat penuh dengan mobil mobil yang berjajar rapi.
Tenda yang nampak megah dan besar juga telah terpasang lengkap dengan dekornya yang indah.
Ali terus melajukan mobilnya masuk ke pelataran teras rumah, karena memang hanya itu yang kosong. Selain itu ia juga memang diarahkan kesana oleh orang yang mungkin memang sengaja mengatur kendaraan yang datang.
" mas Ali ya.." sapa orang yang tadi meminta Ali untuk terus masuk pelataran teras setelah mengetuk kaca jendela mobil Ali dan Ali menurunkan kaca jendelanya itu.
" masyaAllah pak Dirman...pangling saya, maaf ya...." jawab Ali ketika ia mulai paham siapa orang yang menyapanya.
Pria paruh baya itu tersenyum.
" nggk papa mas...tadi saya udah di peseni sama mas Mumtaz, mas Ali suruh langsung masuk saja mas..." sambung pak Dirma.
" iya iya pak Dirman...terimakasih ya pak..."
" iya mas Ali...kalau gitu saya lanjut lagi ya, monggo...."
" iya iya pak....monggo monggo..." jawab Ali begitu ramah dan sopan.
sepeninggal pak Dirman Ali tak langsung keluar dari mobilnya, ia beberapa kali mengerjap ngerjapkan matanya sembari beruasaha menenangkan hati dan perasaannya yang perih dan sakit tak terlukiskan.
Beberapa menit kemudian, pria tampan berkulit coklat cerah khas warna kulit orang jawa itu nampak keluar juga dari mobilnya.
ia berdiri di sisi mobilnya, entah kenapa tiba tiba ia mendongakkan kepalanya keatas.
Jantungnya semakim berdegup kencang ketika melihat ada seseorang yang berdiri di sana. Sejenak keduanya saling menatap...
Ali memberanikan diri menatap dengan dalam sosok wanita yang berdiri di atas balkon sana.
Namun kemudian seseorang yang berdiri di atas balkon sana yang tak lain adalah Zarima segera masuk kedalam.
Untuk kesekian kalinya Ali menarik nafas dalam dalam dan menghembuskannya dengan berat.
ia perlahan melangkah ke arah pintu rumah, keadaan rumah Mumtaz tak begitu ramai mungkin hanya para saudara saudara saja yang di sana karena jelas keriuhan dan kerempongan acara telah di siapkan tempat sendiri, yakni di depan sana...
" assalamualaikum....." Ali mengucap salam begitu menginjak pintu rumah
" waalaikumsalam...hai brow..alhamdulillah pengusaha muda ini ada waktu juga untuk datang.." sapa Mumtaz yang di jawab Ali dengan mencebikkan bibirya.
Mumtaz kemudian segera melangkah mendekat kearah Ali.
Keduanya bersalaman ala ala mereka.
" masyaAllah Ali...kamu datang juga, ya Allah lama ya kamu sudah nggak pernah main kesini..." sapa bu Alina yang turut mendekat begitu melihat kehadiran sahabat putranya itu.
Sudah lama memang Ali tak pernah bertandang lagi kerumah Mumtaz karena ia sibuk merintis usahanya.
" beda lagi buk...sekarang dia ini orang sibuk, pengusaha dia buk...." sambut Mumtaz sembari merangkul pundak sahabatnya itu.
" jangan dengerin buk..ngawur dia " jawab Ali sembari mencium dengan takzim punggung tangan wanita paruh baya yang berhijab lebar itu.
Bu Alina tersenyum lebar.
" ya gak papa dong...di aminin aja...ya sudah sana masuk kalau mau makan, makan aja ya Ali..." kata bu Alina
" iya buk...nanti saya nyari sendiri " jawab Ali.
" ayo brow...diatas Ardhan sama Ikhsan udah nungguin kamu dari tadi.. " ajak Mumtaz pada Ali.
" bapak kemana Taz...kok gak kelihatan dari tadi ?! " tanya Ali lagi pada Mumtaz sambil mengikuti Mumtaz
" ada di belakang....namuin teman temannya " jawab Mumtaz dengan terus menggeret tangan Ali.
Ali menurut, ia mengikuti langkah Mumtaz. Namun baru ia sampai di ruang tengah ia melihat Zarima tengah berbincang dengan seorang pria yang nampak seumuran dengannya dan terlihat sangat akrab.
Ali tak bisa untuk abai begitu saja, hatinya kembali terasa terhimpit batu besar.
Pria itu terlihat cukup tampan di mata Ali, keduanya juga terlihat akrab.
" siapa dia Taz...calon kakak iparmu kah..." tanya Ali kemudian tak dapat mengendalikan ingin tahunya.
Mumtaz memukul pelan bahu sahabatnya itu..
" ngawur....bukan, itu kakak sepupuku...udah ayo.." jawab Mumtaz dengan terus melangkah. Sementara Ali juga terus melangkah mengikuti Mumtaz. Namun matanya terus melihat kearah Zarima.
" kalau boleh tahu dapat orang mana kakakmu, kerja di mana calonnya..?! " Ali semakin ingin tahu.
" orang mana ya.. Lupa aku, tapi yang jelas anaknya teman bapak dan ibu pengajian, terus orangnya kerja di pelayaran kapal mewah gitu loh..." jelas Mumtaz dan Ali melipat bibirnya rapat rapat mendengar penjelasan sahabatnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments