Dengan jantung berdetak kencang seperti genderang yang di tabuh dengan keras, Ali melangkahkan kakinya yang juga ia rasakan cukup gemetar menuju tempat Zarima mengaji.
Entah kenapa ia tiba tiba merasa gemetar, kakinya berasa tak menyentuh tanah.
Berkali kali Ali memegangi dadanya
jantungan kah aku....ya Allah...desis Ali pelan sembari terus melangkah menembus rintik rintik gerimis.
Untuk pertama kalinya ia akan melangkah berdua saja dengan Zarima.
Seorang gadis yang namanya selalu ia sebutkan dalam setiap doanya.
Tak butuh waktu lama, Ali sampai di tempat yang ia tuju.
Ali dapat melihat dengan jelas sosok gadis yang namanya terukir indah di hatinya tengah berdiri diantara santriwati santriwati lainnya.
Namun....hati Ali mencelos dan terasa sakit ketika melihat Zarima yang tengah nampak berbincang dengan seorang anak laki laki yang juga nampak seumuran dengannya.
Tanpa aba aba dan berkata kata, Ali yang masih merasakan seperti jantungan langsung memayungkan begitu saja payung yang telah ia buka di atas kepala Zarima hingga membuat anak laki laki yang bicara dengan Zarima sedikit menyingkir, begitupun dengan santri santri lain yang berdiri dekat dengan Zarima.
Tak ia hiarukan tatapan mata menghunus dan mengumpat orang orang di sekitar Zarima yang terkena imbas kelakuannya.
Zarima yang merasa di payungi sontak menoleh kearah pemberi payung padanya itu, sesaat mata keduanya bertemu. Jelas Zarima terkejut ketika tahu siapa yang kini datang memayunginya.
" kamu...?! " kata Zarima dengan nada sangat terkejut.
" iya...Mumtaz sedang menyelesaikan tugasnya, dan saat ini gerimis lumayan deras, ibu khawatir kau akan kehujanan " Ali berkata sembari menahan dongkol di hatinya karena perkara tadi tanpa menyematkan kata mbak untuk Zarima yang membuat gadis itu sedikit mengerutkan keningnya.
Kenapa nada bicaranya begitu....nggak sopan. Rutuk Zarima dalam hati.
Zarima menghembuskan nafasnya, kemudian ia menerima payung yang di sodorkan Ali padanya.
" terimakasih...maaf merepotkanmu jadinya..." kata Zarima dengan tulus.
" hmm....tidak masalah.." jawab Ali setenang mungkin menahan detak jantung dan kakinya yang kembali gemetar karena tak sengaja bersentuhan dengan jemari Zarima.
Dan lagi lagi nada bicara Ali yang tanpa menyebutkan kata mbak membuat Zarima jembali sedikit jengekel.
Dasar nggak sopan....umpat Zarima dalam hati sembari sedikit melirik sahabat adiknya.
Ali dan Zarima tak sengaja bersentuhan karena jemari Zarima yang menerima payung dari Ali sedikit menyentuh jemari Ali yang ada di gagang payung.
Ali terkejut, hampir saja ia menjatuhkan payung yang ia pegang karena sangking terkejutnya.
Hanya tak sengaja bersentuhan saja, Ali sudah seperti tersengat listrik di buatnya.
Namun Zarima seakan tak menyadari apapun...kemudian ia nampak berlalu meninggalkan tempat itu begitu saja dan hanya berpamitan kepada teman teman wanitanya saja kemudian ia berjalan berisihan dengan Ali meski dengan payung yang berbeda.
Sejenak Ali sempat melirik kearah santri pria yang tadi bicara dengan Zarima.
Santri itu nampak terus menatap tak berkedip kearah Zarima.
Ali mendengus tak suka....tapi dia bisa apa....namun setitik rasa lega terasa di hatinya mengingat Zarima tak memamitinya tadi.
Seulas senyum tipis tersungging di bibirnya.
Ini adalah hari sabtu, ia berasa sedang kencan saja dengan sosok gadis yang berjalan di sisinya itu meski keduanya hanya saling diam membisu dan terus melangkah.
Semoga ini menjadi sebuah langkah awal menuju halal....monolog Ali dalam hati dengan tersenyum tipis.
Tak ada percakapan sama sekali, keduanya hanya diam.
Namuk tiba tiba wajah laki laki yang tadi berbincang dengan Zarima terlintas jelas di kepala Ali.
" siapa anak laki laki tadi ?! " tanya Ali dengan frontal, ia tak mampu lagi menahan rasa ingin tahunya
Zarima menoleh dengan tatapan aneh kepada Ali tanpa menghentikan langkahnya.
" jangan tersinggung...hanya jaga jaga saja, jika ada berita yang tidak tidak, setidaknya aku ada disana kan tadi. Jika tadi Mumtaz yang datang pasti dia juga akan bertanya hal yang sana dengan ku..." Ali berusaha membenarkan kata katanya.
Zarima kembali membuang pandangannya lurus kedepan.
" tidak akan ada apa apa...kau berfikir terlalu jauh, dia hanya temanku, dan Mumtaz tentu tidak akan bertanya apapun karena dia juga teman Mumtaz dan Mumtaz juga tahu siapa anak laki laki itu...." jawab Zarima santai.
Wajah Zarima terlihat sangat santai dan seakan tak terusik sama sekali dengan pertanyaan Ali barusan.
Meski yang sebenarnya Zarima sangat dongkol dengan nada bicara Ali padanya.
Bagi Zarima..Ali tak ubahnya hanya adik kelasnya saja.
karena Ali memang sahabat adiknya yang juga satu kelas sejak masih duduk di bangku sd dulu hingga Smp. Dan tentunya ia tahu karena mereka memang satu sekolah. Dari sd sampai smp.
Hanya saat ini Ali saja yang kebetulan mondok jadi tidak satu sekolah lagi.
Ali di buat salah tingkah dengan jawaban Zarima itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Siti Nina
bagus ceritanya,,,👍
2023-11-29
0