Sore ini tumben sekali Laura dan Papanya pulang diwaktu yang bersamaan meski dengan kendaraan yang berbeda. Laura masuk terlebih dahulu kemudian disusul sang Papa. Dan momen itu sangat menyenangkan bagi Mama Ayu, jarang-jarang mereka bisa pulang dalam waktu yang sama, apalagi kalau Laura putri semata wayangnya itu sedang dikejar deadline persiapan fashion show pasti bakal lembur sampai malam bahkan kadang menginap di butik.
Mama Ayu menyambut kepulangan suami dan anak gadis tercintanya tepat didepan pintu utama dengan senyum sumringahnya.
“Assalamualaikum Maaa…” ucap anak dan ayah itu bersamaan,
“waalikumsalam.. ya Allah.. senengnya Mama hari ini,. bisa ngeteh sore bareng dan makan malam lengkap..”sambut Mama seraya memeluk dan mencium anak dan ayah yang baru pulang itu bergantian.
“he.e… Mama ini kayak udah seminggu ditinggal keluar kota aja” ledek Papa Bagas Gemas sambil memeluk Mama Ayu dari samping dan berjalan beriringan masuk, diikuti Laura dari belakang yang terus tersenyum memperhatikan keduanya.
“mm.m.. abis Mama suka ngerasa kesepian, coba kalau sudah punya cucu pasti lain cerita yah Pa” ucap Mama sambil cengengesan melirik kearah anak gadisnya.
Tapi sayang yang dilirik pura-pura tidak dengar ”Lau mandi dulu yah Ma.. udah acem..” ucapnya sembari berlalu santai ke lantai atas menuju kamarnya, membuat sang Mama menarik nafas sambil geleng-geleng. Sang suami mengelus punggung istri tercintanya, kemudian mereka tersenyum bersama berusaha memaklumi kemauan putri mereka.
Sore yang cerah, disinilah mereka berkumpul sekarang, di teras belakang sebelah kolam renang yang penuh bunga cantik peliharaan Nyonya yang cantik juga. Sembari minum teh ditemani cemilan dan brownis yang hangat hasil uprek Mama Ayu yang masih hangat. Dia semangat berperang dengan tepung dan kawan-kawannya untuk membuat kue brownis kesukaan putrinya. Dan tidak lupa juga goreng pisang favorit suami tercinta. Lengkap rasanya hidup ini jika bisa berkumpul dengan orang yang kita sayang, bercerita, dan bercanda.
“Lau.. menurut kamu Bayu gimana?” tanya Papa Bagas dengan hati-hati
Laura berfikir sejenak “Kak Bayu… dia baik, tampan, dan mapan, cuma entah ya Lau biasa aja, tidak ada perasaan khusus” jawabnya to the point karena itu pertanyaan yang biasa dilontarkan Papa nya ketika sudah mengenalkan seseorang padanya.
Papanya Cuma tersenyum dan manggut-manggut. Kadang dia heran, standar laki-laki yang masuk kriteria lelaki idaman putrinya seperti apa. Dia berfikir, selama ini laki-laki yang dia kenalkan pada putrinya bukan lelaki sembarang, dia sangat selektif baik dari segi bibit, bebet, maupun bobot. Bahkan keseharian laki-laki yang akan dia kenalkan sudah Papa Bagas selidiki terlebih dahulu biar tidak kecolongan. Tapi ternyata tetap belum masuk kriteria putri kesayangannya.
Papa Bagas terdiam sejenak, dan baru tersadar ketika tangan halus menyentuh lengannya. Istrinya mengusap lengan kokoh itu dan tersenyum mengisyaratkan sabar ya..
Laura tersenyum, dia sebenarnya sudah paham alur pembicaraan mereka sore ini. Kadang kala terbesit rasa bersalah kepada kedua orang tuanya karena belum mampu memenuhi keinginan mereka. Tapi untuk satu hal ini memang dia sendiri juga tidak berdaya.
“Ma.. Pa.. Laura ngerti kok kekhawatiran Mama dan Papa” ucap Laura tenang “untuk saat ini biarkan seperti ini ya.. biarkan Laura sendiri dulu, hingga Lau menyelesaikan masalah perasaan Laura” lanjutnya lagi.
Laura memejamkan matanya sesaat dan mulai berbicara dengan nada serius “Pa.. Laura akan bertahan hingga usia dua puluh lima tahun, jika di ulang tahun Lau yang ke dua puluh lima Lau belum juga melabuhkan hati Laura kepada seseorang” Laura berhenti berucap sesaat kemudian menarik nafasnya berat dan menghembuskannya membuat kedua orang tuanya ikut tegang
“silakan Papa dan Mama pilihkan laki-laki yang menurut kalian tepat untuk jadi pasangan hidup Lau. Lau akan terima dengan Ikhlas” ucapnya kemudian menundukkan kepalanya.
Mama Ayu mendekati putrinya kemudian merengkuhnya kedalam pelukan hangatnya. Dia bisa merasakan keresahan dan kegundahan hati putrinya.
“maafkan Mama ya nak.. maaf kalau selama ini terkesan memaksakan kehendak kami, kami hanya ingin yang terbaik untuk kamu Lau” ucap Mama dengan sesal.
Laura mendekap Mamanya dengan erat, seakan hangatnya pelukan Mamanya meluruhkan sedikit kegundahannya yang menjulang seperti gunung es dihatinya.
Mama Ayu mengusap-usap punggung Lau dengan lembut, selama ini dia sebenarnya tau sumber kegundahan putrinya. Laki-laki yang membuat Laura seperti kehilangan arah dan diam ditempat dalam perkara asmara. Dia tidak bisa menyalahkan siapapun, tidak bisa juga menyalahkan keadaan, mungkin ini menjadi proses pendewasaan putrinya dalam merajut sebuah hubungan.
Cukup lama Laura bersandar dalam dekapan hangat peluk mamanya, sampai belaian lembut dikepalanya membuatnya beranjak duduk. Kemudian dia tersenyum, disambut kekehan Papa nya. Walau sudah 24 tahun Laura tetap seorang putri kecil bagi Mamanya.
“ontyyy.. eyang.. kok peyuk peyuk kayak Teletubbies nda ngajakin Deinan ciii…” suara lengkingan bocah kecil dari arah ruang tengah membuyarkan suasana mellow mereka.
Semua yang sedang santai diteras belakang langsung sumringah mendengar lengkingan itu, mereka sangat hafal dan merindukan suara itu. Bahkan Lau langsung beranjak dari duduknya untuk menyambut tamu spesialnya. Bocah kecil itu adalah Denan, anak sepupu Laura yang baru pulang dari Jepang mengikuti tugas sang Daddy di negeri Sakura hampir setengah tahun lamanya.
Lau merentangkan tangan disambut riang bocah laki-laki berumur lima tahunan itu. “Dei kangen Onty cantik..”ucapnya seraya memamerkan gigi putihnya. “uluhh..uluhh…anak Onty yang ganteng.. Onty juga kangen pake banget sama kamyuu…”sahut Laura sambil memeluk dan mengacak-acak rambut bocah kecil itu gemas.
“Apa Kabar Ren.. betah banget disana sampe setengah tahun baru balik” cibir Lau sambil memajukan bibirnya. Yang dimanyunin malah tertawa gemas kemudin memeluk erat sepupunya itu.
“Namanya juga ngekorin suami Lau, proyeknya baru selesai bulan depan. Ini aja aku minta pulang duluan karena mau daftarin Deinan sekolah, kekeh dia minta sekolah. Kalau nda ya tahun depan baru pulang” jawab Renata sambil terkekeh.
Laura mengajak Rena duduk ditempat tadi dia dan orang tuanya bersantai. Mereka mulai ngobrol ngalor ngidul cuhat karena lama tidak berjumpa, paling hanya lewat video call itu pun lebih banyak didominasi bocil Deinan.
“gimana rasanya hidup di Jepang Ren..” tanya Laura antusias
“lumayan Lau.. seru banyak tempat yang bisa kita kunjungi, tapi senyaman-nyamannya negeri orang tetap nyaman negeri sendiri” ujar Renata sambil tersenyum. Laura menggapi dengan senyum sambil mengangkat alisnya dan mengangguk-angguk setuju.
“tapi Jepang bisa jadi pilihan seru buat bulan madu Lau..” Renata mulai meledek Lau sambil terkekeh yang sukses mendapat lemparan bantal dari sepupu didepannya.
“mulaii.. baru aja itu kami bahas tadi Ren.. mungkin waktunya sebentar lagi” lirih Laura
Renata kaget mendengar penuturannya Laura sampe menegakkan duduknya. “maksudnya.. kamu udah nemuin someone yang klik gitu, atau dia udah kembali” tanya Renata dengan antusias
Lau menggelengkan kepalanya, kemudian menceritakan rencana yang sudah dia sampaikan kepada Mama dan Papanya.
“aku akan selalu dukung apapun pilihan yang kamu pilih Lau” ucap Renata seraya merentangkan tangannya hendak memeluk adik sepupunya yang hanya beda dua tahun itu. Mmm.. renata menyambut pelukan sepupunya. Dia bersyukur orang-orang terdekatnya selalu mendukung apapun itu pilihannya. Tidak pernah menghakimi apalagi menyalahkannya.
“Onty Lauuu… kok pelukan nda ajak Dei lagi sih.. mau peluk juga Mommy” teriak bocah kecil itu dari arah dapur sambil membopong kue nastar kesukaannya, yang berhasil mengundang tawa gemas semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments