Mengawali senin dengan semangat, minggu ini Lau dan karyawannya tengah disibukan dengan persiapan fashion show yang akan mereka gelar minggu ini. Seluruh persiapan sudah sekitar delapan puluh persen, demi kesempurnaan acara kali ini Laura kerap lembur bersama karyawan yang menjadi team inti di “Lau Boutique”
“Mba boss Chan.., semuanya sudah eike masukin ye.. tinggal nunggu tiga gaun lagi yang masih tahap finishing aja yang belum dimasukin ya Mba boss” lapor Jihan dengan gemulainya. Dia lembut melebihi jenis aslinya. Nama aslinya Johan, tapi selalu ingin dipanggil Jihan. Salah satu karyawan andalan Laura di butik pusat selain Desi, Anggun, dan Santo alias Santi sekretarisnya yang sama gemulainya dengan Jihan.
Di butik pusat tempat Lau merancang dan memproduksi seluruh gaun dan pakaian Wanita milik brand nya, sedang butik cabang hanya sebagai tempat penjualan. Seluruh produksi ada di butik pusat. Tidak tanggung-tanggung ada gedung priduksi yang cukup luas dibelakang butik sebagai tempat produksi pakaian Wanita yang dia rancang.
“Okee Cin,,, ini tinggal dikit lagi, semoga dua hari lagi kelar” ucap Laura dengan senyum mengembang yang menular ke karyawannya menambah semangat bekerja.
“Boss Chan.. udeh waktunya makan siang nih.. mau eike pesenin apa buat maksi nihh” ucap Santi semangat.
“mmm.m.. bentar lagi Santo..” sahut Laura meledak, dan benar saja Santi menyahut dengan sedikit decakan sebal.
“ihh.. bu boss Chantik.. not Santo.. but.. San,,tii… yeh,,,” ucap Santi yang mengundang gelak tawa semua orang
“ha.a… iya Santii, kadang suka lupa sorry ya” ledek Laura sambil menghapus air mata yang keluar karena tertawa melihat tingkah sekretarisnya.
”kamu pesenin aja buat semua, terserah mau makan apa. Saya mau makan diluar udah ada janji dengan Papa” sambung Laura.
Dia mengemas tasnya untuk siap-siap makan siang bareng papa yang kebetulan habis ketemu klien dekat butik Laura. Dia tersenyum melihat aktifitas karyawannya yang kadang akur kadang ribut dan semua itu adalah hiburan tersendiri bagi Laura dari awal dia merintis butik.
“oke girls.. pergi dulu yes…” pamit Laura..
“hati-hati Mba Lau…” balas Desi bersamaan dengan yang lain kompak. Dibalas dengan senyuman manis Laura.
Semuanya menatap kepergian Laura hingga mobil merah itu melesat di jalan raya dan menjauh.
“Ciiin,,, kira-kira siapa yah yang bakal beruntung dapetin hati Mba Bos Chantik kita” ucap Jihan mulai membuka acara gossip siang ini.
“iya yah, eike juga kadang mikir gitu. Banyak bingit yang ngejar dese.. tapi Mba Boss tolak dengan cara yang sangat elegant. Kadang eike kasian sama itu laki yang ditolak ama Mba Bos, jadi gegana…” curcol Santi yang sudah hafal gimana cara boss nya menolak laki-laki yang hendak mendekatinya.
“padahal ihhh,, harusnya kenalin aja laki itu sama kita yee ciinn,,, kan pasti kita gak akan nolak yee cint..” ucap Jihan cekikikan dan dibalas anggukan Santi sambil tertawa ngakak.
“haa.ha,, yang ada itu cowok langsung kabur sebelum dikenalin” ledek Desi sambil melempar gulungan benang kearah Santi dengan gemas.
“yee,,, namanya juga usaha yee kan Jihan, kali aje tu laki khilaf..” bela Santi sambil mengibaskan tangan ala princes yang mengundang gelak tawa rekan-rekannya.
Disisi lain Lau sudah sampai di restaurant tempat dia janjian dengan Papa tercintanya, dia heran karena Papanya tidak sendiri. Mereka duduk bertiga, dengan posisi dua orang membelakanginya.
Laura mulai mencium aroma jodoh menjodohkan. Selama ini Papanya gencar mengenalkan rekan bisis ataupun anak-anak sahabatnya. Padahal Laura sudah menyampaikan dengan halus kalau dia tidak suka dijodoh-jodohkan seperti itu, namun Papanya selalu berdalih hanya mengenalkan, siapa tahu jodoh.
Laura tersadar dari lamunannya saat Papanya memanggil lewat telfon dan melambaikan tangannya sambil tersenyum. Laura mendekat mengucap salam dan salim mencium tangan papanya, kesan pertama yang luar biasa bagi dua orang dihadapannya. Sesuatu yang langka, kalau dijadiin calon istri pasti kelak bakal jadi ibu yang sangat baik untuk anak-anaknya. Seperti itu kira-kira kata yang terangakai di otak salah satu pria itu.
“Nak.. ini Om Hendra temen papa dan ini putranya Nak Bayu” ucap Papa Bagas mengenalkan dua orang didepannya.
“saya Laura..” ucapnya tersenyum, dan sukses membuat laki-laki yang Bernama Bayu itu terpana.
Ekhmm… Papa Bagas secara tidak langsung menyadarkan Bayu yang sedang terpesona akan senyuman Laura.
“Nak Laura hebat ya, masih muda sudah bisa menghandle butik dengan sukses gitu, sering ngadain fashion show juga ternyata.. keren.. sungguh membanggakan anak mu Gas” puji Om Hendra dengan antusis, yang ditanggapi dengan senyuman Papa Bagas.
“he.e.. Om berlebihan memuji laura” Laura tersenyum membalas ucapan teman Papanya, “alhamdulillah berkat do’a mama dan papa semua dimudahkan dan minggu ini Insyaallah butik Lau mau ngadain fashion show untuk rancangan terbaru kami Om”
“wow.. keren. Bayu anak Om ini juga bergelut didunia entertaint, perusahaannya biasa menangani event-event besar, kali aja lain kali bisa join project bareng” sahut Om Hendra.
“Oh perusahaan Kak Bayu yang waktu itu menyelenggarain fashion show untuk designer muda itu ya, pantas kayak pernah ketemu gitu” ungkap Laura sambil tersenyum antusias.
Dia teringat ajang pentas untuk designer muda, dan saat itu Laura baru setahun merintis butiknya. Awalnya dia ragu mengikuti ajang itu, tapi berkat dukungan orang tuanya dan kerja team yang luar biasa dia akhirnya mengikuti ajang tersebut, dan berhasil mendapat penghargaan sebagai desiner muda berbakat dua tahun yang lalu.
“mm.. kamu ikutan juga kan ya Lau..” ucap Bayu dan berhenti nampak berfikir
“Laura Queen Hardikusuma.. desainer muda berbakat, betul yah?” tanya Bayu yang dibalas anggukan dan senyuman Laura.
Masya Allah, begitu luar biasa Engkau ciptakan perempuan hamba ini.. Cantik, pintar, baik, dan rendah hati.. Bayu terus membatin dan memuji Laura dalam diam. Dan senyumnya ituu loh…
Maka Nikmat Tuhanmu yang manakan yang kamu dustakan… begitulah kira-kira inti pikiran Bayu.
Mereka melanjutkan perbincangan dengan hangat sambil menikmati makan siang mereka, Laura pribadi yang humble dan supel menjadikannya orang yang menyenangkan diajak ngobrol walau dalam waktu yang lumayan lama,
Hingga akhirnya mereka saling berpamitan, Papa Bagas kembali ke kantor, begitu juga Om Hendra dan Bayu yang kembali ke kantor mereka masing-masing. Awalnya Bayu bersikeras menawarkan diri mengantar Laura kembali ke butiknya, namun sayang Lau membawa kendaraan sendiri. Ada sedikit rasa kecewa, tapi dia berfikir untuk melakukannya lain waktu, atau dia akan berkunjung ke butik milik Laura lain waktu sebagai aksi pendekatan.
Laura akui Bayu lumayan tampan dengan lesung pipi yang menghiasi senyumnya, seperti seseorang dihatinya yang memiliki lesung pipi seperti laki-laki itu. Bayu juga terhitung mapan dengan perusahaan yang dia pimpin meski tidak sebesar perusahaan Papanya, tapi untuk ukuran pria berusia 31 tahun itu sudah luar biasa.
Tapi hati laura masih terkunci seperti biasa. Kunci gembok itu entah dimana keberadaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Taki
Ga nyesel banget deh kalo habisin waktu buat habisin baca cerita ini. Best decision ever!
2023-11-05
1