Rintik sisa air hujan menyisakan sebuah kenangan bahwa hujan deras baru saja berlalu. Seperti kenangan
kenangan dimasa lalu yang tersusun begitu rapi dalam ingatan, akan selalu
teringat meski masa telah berlalu. Hujan deras yang baru saja reda itu juga
kembali mengingatkan nya akan kenangan bersama seseorang.
“Huufft… “ Laura mengembuskan nafas kasar. Teringat pembahasan tadi siang bersama para sahabat. Kalau dikulik kembali hingga saat ini dia memang belum pernah mencicip apa itu pacaran tepatnya merasakan cinta yang bersambut dan menyatu.
Jatuh cinta yang teramat rumit, ketika mencintai tanpa kepastian. Menyiksa memang.. pikirnya.
“apa kabarmu Bang.. apa sesulit itu kamu memberiku kabar” desisnya. ”sesulit aku yang tak bisa menghapus senyummu dari ingatan ku, sampai memenuhi seluruh ruang dihati ini. Hingga sulit sekali menerima hati yang baru”.
Laura menatap langit setelah hujan dibalkon kamarnya, menerawang jauh ke masa lalu. Masa indah saat empat semester awal kuliah.
Saat itu hujan turun dengan derasnya tepat ketika Laura meluncur keluar pintu gerbang kampus dengan motor
matic merahnya sehingga terpaksa melipir ke sebuah minimarket karena kalau puter balik ke Gedung kampus lumayan jauh dari pintu gerbang. Tak seperti hari biasanya hari itu dia memilih mengendarai motor, padahal Papa Bagas sudah mengingatnya untuk bawa mobil saja mengingat hari sering hujan. Tapi ya sudahlah… hujan sudah meluncur dengan derasnya.
Padalah tadi tadi para bestienya sudah menawarkan diri untuk mengantarnya pulang, tapi dia tolak
dengan alasan hujan belum turun dan rumahnya dekat dari kampus. Memang diantara
tiga sahabatnya, rumah Laura paling dekat jaraknya ke Kampus mereka.
Hujan tak kunjung reda, angin terus berhembus. Laura menggosok-gosokan tangannya untuk menghilangkan hawa
dingin.
Sreeettt…mmm,m,,, hangat… eh…. Laura tersentak kaget ketika sebuah jaket disampirkan kepundaknya dengan
lembut, dengan pelan kepalanya menolah.. DEG..DEG…DEG…. rasa marathon jantungnya…
“Bang Rian…” ucapnya lirih menahan jantungnya yang rasanya mau lompat. Gimana nda jedag jedug, selama ini
Laura bisa dibilang selalu dibuat baper abis sama Abang ganteng disebelahnya.
Adrian Reifan Narendra, Kakak sepupu dari Kareen bestienya. Semasa kuliah Adrian tinggal di rumah besar
keluarga Kareen. Karena keluarganya lebih sering berada di Negara Pamansam sana untuk urusan bisnis.
Yang dipanggil tersenyum manis, nambah bikin eneng klepek-klepek. Selalu semanis gitu kadarnya tidak
pernah berkurang ketika ketemu Laura. Konsisten. Eaaa… padahal Adrian termasuk
tipe cowok cool kecuali ke keluarga dan orang yang dianggap special baru dia
akan hangat sehangat sweeter wool dimusim hujan. Hangat dan lembut.
Sejak awal pertemuan mereka, Adrian memang selalu memberi perhatian lebih kepada Laura ketimbang ke sahabat Kareen yang lainnya. Menurutnya Laura itu berbeda, cantiknya bikin hati adem, membuat rasa ingin selalu dekat dan menciptakan senyum manisnya. Itu yang Adrian rasakan ketika mengingat gadis cantik disampingnya itu.
“ujannya kayaknya lama Lau.. lagian tumbenan banget make motor”ucap Adrian.
“lagi pengen aja Bang, sesekali, pikir sore ini nda bakalan hujan he.e…” jawaban sekenanya untuk
menghilangkan canggung.
Adrian terus mengajak Laura ngobrol ngalor ngidul, dengan mata yang selalu tertuju pada gadis menggemaskan
disampingnya yang tampak malu-malu.
Hingga dering telfon menghentikan mereka, Laura memberi isyarat untuk mengangkat panggilan, dibalas
dengan anggukan oleh Adrian.
“assalamualaikum Pa….iya………….. ini Lau lagi berteduh… bentar lagi jalan pulang…………. Oke…..
waalikumsalam…”
“Papa Kamu Lau?” tanya Adrian
“iya Bang.. Lau pulang duluan ya…takut Papa khawatir he.e..” pamitnya sambil mulai menghidupkan motor.
Ada sedikit tersirat rasa tak rela, tapi tak kuasa menahan si eneng untuk tidak pergi. Adrian menarik nafas
dan menghembuskan dengan sedikit berat lalu tersenyum manis.
“okee.. hati-hati Lau..” pesannya sambil menepuk lembut kepala Laura. Aww.. meleleh hati adek Bang.
Adrian menatap Laura yang berlalu menjauh dengan senyum.. “cantik….” Ucapnya tanpa sadar.
“assalamualaikuummm… Lau pulaaang.. Ma.. Pa…” Laura berseru sambil berlalu ke Kamarnya.
“waalikumsalam…” jawab sepasang orang tua yang masih segar bugar itu kompak.
Laura tersenyum mendekat pada Papa yang sedang santai menemani mamanya menonton drakor. Hihii.. lucu memang, orang tua Laura termasuk yang suka dengan film korea, lebih tepatnya Mamanya
yang suka efek ketularan Laura. Kalau papanya hanya ingin nyenengin Mamanya
saja dan quality time bareng istri sekalian bermanja mumpung libur.
Dia menyalimi keduanya mencium tangan mereka dan cupika cupiki seperti biasanya. Laura sangat Bahagia
melihat kedua orang tuanya yang tetap romantis dan harmonis. Dia juga menginginkan kehidupan seperti mereka, mendapat pasangan yang selalu menjaga, saling menyayangi, saling melengkapi, dan yang pasti saling setia.
Laura terus tersenyum sambil merebahkan tubuhnya dikasur selepas membersikhan diri. Dia terus menatap jaket
yang tadi dipakainya. Masih terasa seperti ada kupu-kupu ketika mengingat Babang ganteng yang minjemin jaket itu.
Saat Laura dan LAKE the gank masuk kuliah, Adrian sudah masuk semester lima, dua tahun diatas mereka. Sejak
awal Adrian sudah menunjukan ketertarikannya pada Laura lewat segudang perhatiannya. Yang selalu bisa menghangatkan hatinya, menyentuh hatinya, bahkan mungkin telah memonopoli seluruh hatinya, hingga saat ini.
Tiba masa akhir kuliah Adrian berpamitan untuk melanjutkan study nya di Belanda menyusul kedua orang tuannya
sekaligus belajar mengelola Perusahan keluarganya. Berpamitan tanpa kejelasan hubungan, padahal setahun terakhir mereka sangat dekat, mereka terlihat saling menjaga, saling perhatian. Adrian hanya menyampaikan dia akan pulang paling lama lima tahun.
Dan kini tanpa kabar berita…Tanpa pesan…
Tapi kenyataannya namanya masih terpatri indah dihati Laura…
Hufftttt…. Laura menghembuskan nafasnya dan tersenyum getir… “nda terasa sudah empat tahun berlalu.. apa kamu masih mengingatku Bang.. atau kamu sudah ada hati yang lain…atau sudah waktunya juga aku membuka hatiku untuk yang lain…” gadis cantik itu bermonolog sendiri.. kemudian tertawa getir menyadari mungkin dia takkan mampu melakukannya. Kembali menatap langit memeluk tubuhnya sendiri menikmati semilir angin sore.
Entahlah, ternyata rasa dihati Laura tidak berubah sedikitpun meski tergilas waktu yang tidak sebentar. Empat tahun, dan hampir lima tahun. Setelah lima tahun, akankan dia kembali sesuai dengan yang dia sampaikan saat berpamitan pada Laura kala itu.
Tapi sudah selama ini dia tidak memberi kabar. Sebenarnya bisa saja gadis itu menanyakan kabar Adrian
pada sahabatnya Kareen, yang jelas-jelas sepupu laki-laki itu. Tapi Laura menahan diri, dia ingin laki-laki itu sendiri yang memberinya kabar. Tak ingin ngoyo dan memaksakan diri, karena sebuah ikatan itu terbentuk dari kerelaan dua belah pihak. Tapi masih berharap bahkan selalu berharap dia kembali untuk Laura.
Laura semakin larut menyelami kenangan masa itu. Kadang dia butuh saat seperti itu untuk melepas sesak
dihatinya. My time untuk hati yang terlanjur tertambat tapi tanpa kepastian dan lebih parahnya masih berharap adalah mengenang masa lalu yang indah yang membuatnya kadang tersenyum, kadang menitikkan air mata.
Kadang dia berfikir apakah dia perlu pergi ke psikolog untuk sekedar berkonsultasi tentang perasaanya.
Walaupun hidupnya normal-normal saja selama ini.
Gadis itu memejamkan sambil mengusap-usap lengannya sendiri merasakan semilir angin yang lama-lama terasa
sangat dingin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Aya hana
cinta pertama yang rumit.. huh.. lanjut Thor...
2023-11-03
1