"Sebutkan nomer telpon dan alamat lengkap rumah lu!" titah Ramos.
Sungguh, semua ini di luar dari prediksi Adel. Gadis itu mengira jika Ramos akan langsung to the point mengatakan apa yang harus dilakukan sebagai pengganti kerusakan mobilnya. Namun, ternyata tidak. Ramos malah memberikan teka-teki hingga membuat Adel merasa terkejut.
"Ha-hahh? Bu-buat apa nomor telpon dan alamat rumah? Ja-jangan bilang ka-kau Debt Collector?" tanya Adel, spontan.
Ramos yang tidak terima atas perkataan Adel membuat tangan refleks menyentil dahinya tanpa perasaan, sehingga terdengar suara seperti kelereng yang beradu.
"Awshh ... Sakit, bo*doh!" pekik Adel menatap tajam.
"Gak peduli! Cepat berikan atau urusan berakhir di kantor polisi?"
Ramos menatap lekat wajah gadis tersebut sambil tangannya merogoh saku celana untuk mengeluarkan ponsel. Kemudian, dia membuka kontak untuk mencatat setiap ucapan yang akan dikatakan oleh Adel.
Kalo aja si Entog gak ngambek, udah gua bejek-bejek si muka pan*tat panci, sumpah! Kenapa sih, Tuhan menciptakan makluk seperti dia. Apa gak sebaiknya tuh, orang dimusnahi aja dari muka bumi ini? Dengan begitu gue yakin semua orang yang tidak suka sama si tremos akan merasa merdeka!
Begitulah isi hati Adel saat kesal. Tidak ada cara lain, dia harus tetap menuruti semua itu demi terbebas dari tuntutan yang kelak akan membuatnya berpisah dengan sang ibu.
Setelah mendapatkan semua itu, Ramos segera pergi menuju bengkel khusus untuk memperbaiki kerusakan yang ada pada mobil kesayangannya. Tidak sedikit pun dia merasa kasihan melihat keadaan motor tua yang sudah hancur. Dengan seenaknya pria tersebut meninggalkan Adel yang sedang meratapi nasib si Entog.
"Aduh, Tog, Tog. Kenapa sih, lu pake acara ngambek segala. Jadi begini 'kan, hasilnya. Udah tuh, laki gak punya hati, lu juga samanya. Bisanya ngambek mulu, tahu gini kemarin gua tuker tambah sama gerobak lulahh!"
Bukannya menangisi si Entog, Adel malah memarahinya habis-habisan. Anehnya si Entog seakan-akan mengerti dengan apa yang dikatakan oleh majikannya dan langsung membunyikan klakson.
Trett ... Trett ...
Adel spontan sedikit memundurkan tubuhnya akibat terkejut, "Sumpah, motor almarhum Bapak keramat banget, cok. Masa iya, si Entog bisa jawab gue? Nj*irr, hebat juga lu, Tog. Salut sih, gue. Ya, walaupun lu tua, udah turun mesin, suara klakson mendem kaya ken*tut di air, tapi percayalah, Tog. Lu itu tetap cinta pertama gua, suer, deh. Gak bohong!"
Hueekk ... Adel muntah di dalam hati ketika mengetahui sikapnya yang sedikit berlebihan pada motor tuanya.
Entog tidak menjawab, tetapi malah meneteskan air mata melalui bensin, "Nj*ir, lu orang apa kendaraan sih, Tog. Sumpah baper banget lu, baru dibilang begitu udah cengeng. Dasar tua-tua keladi, makin tua makin jadi!"
Adel terkejut bukan main, sungguh ini pertama kali dia bisa menyaksikan betapa rapuhnya si Entog. Bukannya meratapi nasib motor yang rusak, tetapi dia malah sibuk sendiri mencari sesuatu.
Dengan tergesa-gesa Adel mencoba untuk menadangi bensin si Entog menggunakan alat seadanya. Setelah semua terisi di dalam botol, wajah Adel sedikit berseri. Setidaknya jika Entog tidak dapat digunakan, tetapi bensin masih laku untuk dijual.
Itulah Adel, segala sesuatu dapat dijadikan penghasilan. Dia bukan tipe wanita yang lemah untuk menangisi apa yang sudah terjadi. Dengan bantuan orang tidak di kenal, mbak sayur membawa si Entog menggunakan mobil pick up untuk pulang ke rumah.
Bukannya menerima sambutan sapu terbang dari sang ibu, Adel malah mendapat pelukan hangat penuh kasih sayang. Ibunya lebih peduli akan nasib sang anak daripada si Entog, hingga suasana inilah yang selalu membuat mbak sayur itu kuat untuk menghadapi setiap ujian lantaran didukung penuh oleh sang ibu.
...💜💜💜...
1 minggu berlalu, Adel dan ibunya hanya mengandalkan jualan sayur di rumah dari pagi sampai siang. Selebihnya dari jam 7 sampai jam setengah 11 malam mereka berjualan nasi kuning, nasi uduk, dan gorengan. Semua itu mereka lakukan bermodalkan uang sisa tabungan demi mencari tambahan untuk membeli motor.
Tak ada kata nyerah untuk kedua wanita kuat dan tangguh itu. Mereka terus melawan semua rintangan yang menghadang selagi kesuksesan berada di tangan sendiri. Namun, kemarin Adel mendapatkan sebuah panggilan melalui ponsel yang tidak lain dari Ramos.
Sedikit aneh, tetapi Adel tidak mampu membantah asalkan semua itu tidak menjerumuskannya ke dalam jurang atau kejahatan. Pertama kali Adel mencoba menaiki mobil Ramos membuat dia merasa mual.
Di tengah jalan Adel meminta Ramos meminggirkan mobil. Baru juga mobil berhenti, dia yang tidak biasa menaiki mobil mewah langsung membuka pintu dan memuntahkan semua isi perutnya.
"Menjijikkan!" Satu kata itu keluar dari mulut Ramos sambil memalingkan wajah supaya tidak melihatnya. Selesai mengeluarkan semua itu, Adel membersihkan mulut menggunakan tisu yang ada di mobil.
"Bersihkan sisa racun perutmu yang mengotori mobil gue!" titah Ramos dengan kesal, membuat Adel mencibirkan mulut dan segera membersihkan sedikit sisa muntahan yang terkena badan mobil.
"Kalo gini caranya gue balik pulang!" Baru Adel ingin turun dari mobil, Ramos menahan tangan dan menariknya untuk tetap masuk ke dalam serta menutup pintu juga menguncinya.
"Diam diam di situ atau gue akan---"
"Terah lu, gue udah pasrah! Sumpah, rasanya gue pengen ma*ti mencium aroma stella di mana-mana. Gue kira naik mobil mewah enak, ternyata lebih enakan angkot. Walaupun, banyak polusi apalah itu yang penting gue nyaman!"
Baru kali ini ada orang yang berani mencibir Ramos selain adiknya sendiri. Sungguh, menarik. Namun, saat ini Ramos hanya mampu bersabar menghadapi wanita kaleng rombeng seperti Adel.
Dengan segala pertikaian, akhirnya semua stella atau pengharum ruangan dibuang oleh Adel. Untuk membuat nyaman mbak sayur, Ramos membuka atas mobil hingga membuatnya merasa terkejut.
"Dasar gadis katro!" ucap Ramos dengan suara kecil dan kembali menjalankan mobilnya.
Sementara Adel tertawa menikmati udara segar sambil merentangkan tangan. Teriakan suara itu membuat telinga Ramos tidak nyaman, tetapi dia tetap terdiam dan tersenyum miring.
Apa pun caranya gue harus bisa menaklukkan semuanya! Tidak ada yang tidak mungkin, selagi uang berbicara!
Seperti itulah suara batin Ramos saat ini. Sampah akhirnya mereka sampai di sebuah butik ternama. Mereka turun dari mobil membuat Adel terpana dengan semua busana yang ada di dalam toko.
Gadis penjual sayur itu langsung curiga atas perlakuan Ramos kepadanya. Namun, bukan Ramos namanya apabila dia tidak mampu membungkam mulut Adel. Dengan pasrah Adel mengikuti semua arahan pria menyebalkan di dalam hidupnya.
Kurang lebih sekitar 2 jam, akhirnya Adel keluar dari tempat persembunyian dan menemui Ramos yang sedang fokus memainkan ponselnya.
"Maaf, Tuan Ramos. Apakah ini sudah cukup? Atau, masih ada yang kurang?" tanya pelayan butik sambil tersenyum.
Mendengar perkataan pelayan tersebut, Ramos mema*tikan ponsel dan menaruhnya di dalam saku jas. Selepas itu kedua mata langsung menatap ke arah kaki Adel yang tenggelam di dalam gaun cantik.
Seperti itulah penampilan Adel sekarang yang sudah disulap oleh bebrapa pelayan butik sesuai keinginan Ramos. Perlahan mata pria itu mulai naik memperhatikan bentuk tubuh Adel yang sangat bagus. Sungguh, dia tidak percaya apa yang dilihatnya saat ini.
Kedua mata Ramos tercengang menatap indahnya makluk Tuhan yang sangat cantik ini. Dibalik kesederhanaan Adel, ternyata tersimpan sebuah aset berharga yang sangat mahal. Sehingga hanya baru dialah yang dapat melihat semua itu secara gratis.
"Ckk, sebenarnya lu mau bawa gue ke mana sih, kenapa ribet amat pake beginian segala. Sumpah, gua gak nyaman, cok. Mana bajunya kurang bahan lagi, emang gak ada baju yang ketutup gitu?" tanya Adel sedari tadi melekuk-lekukkan tubuhnya akibat tidak nyaman dengan gaun tersebut.
Ramos yang hampir terpanah akan kecantikan Adel, langsung berdiri tepat di depannya dan menjawab, "Ada!"
"Mana?" tanya Adel kembali. Wajah mereka menatap satu sama lain dengan jarak satu langkah.
"Baju jubah, mau?" sahut Ramos, cuek. Entah mengapa jantungnya mulai berdetak tidak karuan ketika mata itu terus menatapnya.
"Boleh, itu malah jauh lebih bagus. Jubah warna hitam dengan menutup kepalanya, sekalian bawakan sebuah sabit besar biar gue bisa langsung cabut nyawa lu detik ini juga!"
Jawaban Adel kali ini mampu membuat semua orang menelan air liurnya secara kasar. Hanya Adel satu-satunya orang yang berani mengatakan semua itu tanpa rasa takut. Sementara Ramos sendiri terkejut akan tingkah konyol dari gadis penjual sayur ini.
Tanpa menjawab apa pun, Ramos langsung menggandeng tangan Adel dan pergi meninggalkan butik. Gadis tersebut kesulitan berjalan karena gaunnya yang panjang dan sepatu heels dengan diameter kurang lebih 5 sentimeter.
Ramos mengemudikan mobil dan membiarkannya mengoceh tanpa henti. Sesampainya di sebuah gedung, pria itu turun dan membuka pintu untuk Adel. Sehabis mbak sayur keluar dari mobil dengan wajah kesal, tiba-tiba tubuh Ramos menahan tubuh mbak sayur hingg menyandar di samping mobil dalam keadaan pintu sudah tertutup.
"Catat baik-baik yang gue ucapkan ini! Mulai hari ini hutang lu 200 juta gue lunasin dan gue akan kirim motor ke rumah sebagai gantinya. Tapi, dengan syarat. Apa pun yang akan gue katakan nanti lu hanya cukup menjawab, ya. Ngerti?"
"Lo-loh, ke-kenapa be-begitu?" tanya Adel, gugup.
"Terserah, lu mau atau tidak! Semua keputusan ada di tangan lu. Jika lu mau, gandeng tangan gue. Jika tidak, balik sono, kita ketemu di kantor polisi!"
Ancaman Ramos membuat Adel bingung. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Setelah beberapa detik tidak ada jawaban, Ramos berbalik dan berjalan selangkah demi selangkah. Hingga akhirnya apa yang sudah diprediksi olehnya tepat pada sasaran.
Adel menggandeng tangan Ramos sesuai keinginannya. Tidak lupa dia meminta gadis itu untuk selalu tersebut dan bersikap angun pada semua tamu yang hadir.
Banyak pasang mata yang terkejut melihat pemandangan di depan mereka yang mana Ramos dan Adel berjalan di atas karpet merah yang sangat panjang layaknya seorang pangeran dan putri kerajaan.
Adel tidak menyangka gedung mewah dan megah itu ternyata sedang merayakan hari ulang tahun Ramos yang ke 30 tahun. Mereka berjalan perlahan mendekati sebuah meja panjang yang terdapat kue ulang tahun berukuran sedang.
Semua orang tercengang melihat Adel berdiri tepat di samping Ramos. Pertanyaan demi pertanyaan langsung terlontar membuat keluarganya meminta kepastian kepada sang anak siapa wanita yang sudah dibawanya ini.
"Haahh, baiklah. Saya akan menjawab semua pertanyaan kalian mengenai wanita yang ada di samping saya ini!" ucap Ramos dengan sedikit menghelaan napas panjang.
Suasana yang tadinya ramai akan musik, kini menjadi sangat sunyi. Semua mata tertuju pada Ramos dan Adel. Tidak hanya mereka yang merasa jantungan, gadis itu sendiri pun ikut senam jantung menunggu jawaban darinya.
"Bertepatan di hari kelahiran saya yang ke-30. Dia Adelia Kusuma adalah kekasih saya. Hanya dia wanita paling beruntung di antara kalian semua yang mampu bersanding dengan saya. Di hari ini juga saya tidak hanya memperkenalkan Adel sebagai kekasih, tetapi saya akan menjadikan Adel sebagai tunangan saya!"
Degh!
Tidak ada satu kata pun terlontar dari siapa pun. Termasuk Adel dan keluarga Ramos. Semuanya hanya terdiam dalam keadaan syok. Namun, setelah beberapa detik suasana kembali ramai akibat seorang MC mengalihkan para tamu undangan untuk ikut merayakan kebahagiaan mereka.
Mulut Adel terasa kaku dan tidak dapat berbicara seperti biasanya. Ditambah melihat Ramos menarik tangan perlahan mengarahkan gadis penjual sayur itu untuk berada di depan meja supaya semua orang mampu melihat adegan tersebut.
Ramos berlutut di hadapan Adel, mengeluarkan kotak kecil yang berisikan cincin berlian asli dengan harga yang sangat fantastis. Tangan pria tersebut mulai memasangkan cincin tepat dijari manis mbak sayur.
"Apakah kamu ingin menjadi tunanganku, Sweety?" tanya Ramos dengan hati yang gugup. Semoga Adel tidak merusak semua yang sudah dia rencanakan ini.
Si*alan ini orang, bisa-bisanya dia jebak gue. Tahu gini, gua gak mau damai, mendingan gua dipenjara bisa makan enak, tidur nyenyak, gak mikirin beban pula. Wohh, asem! Liat aja lu, gue akan hancurin semua rencana ini dengan mengatakan TIDAK biar lu malu di depan semua. Hahah!
Begitulah suara jahat hati Adel yang merasa dikhianati oleh pria menyebalkan ini. Dengan tekad yang kuat, Adel menjawab semua itu secara lantang.
"Ya, aku mau!"
E,ehh ... Bangke! Kenapa lu malah bilang mau, cok! Wahh, asem ini mulut, sumpah gak konsisten banget nj*irr! Niat mau bales dendam malah gua yang ikutin alur tuh, pan*tat panci. Mam*pus dah, lu, Del! Punya mulut gini amat, gak punya mulut serem, woo ... Kambinglah!"
Semua bertepuk tangan dibalik penderitaan Adel. Hatinya begitu panas melihat kebahagiaan di wajah semua orang, apalagi Ramos. Pria iru menundukkan wajahnya sekilas, tersenyum miring setelah misinya berjalan lancar dan berdiri memeluk Adel.
Thanks, hutang lu lunas. Sekarang waktunya lu ikutin semua arahan gua atau gua bisa dengan mudahnya mengeluarkan lu dari kampus!
Tubuh Adel menegang setelah mendengar bisikan Ramos yang tidak main-main dengan ancamannya. Selagi uang berbicara semua pun akan tunduk. Ibaratkan lu punya uang, lu punya kuasa!
Anehnya, kenapa cincin tersebut ukurannya benar-benar pas di jari Adel? Bukannya Ramos tidak pernah mengetahui ukuran lingkaran jari gadis itu? Entahlah, ini sebuah kebetulan atau tidak dia sendiri pun terkejut. Dikira ukuran cincin kebesaran untuknya, tetapi tidak. Seakan-akan Tuhan seperti merestui hubungan mereka.
Dibalik kebahagiaan mereka semua, terdapat seseorang yang menatap tajam dengan mata sudah memerah penuh amarah. Kedua tangan mencekam kuat menandakan bahwa dia tidak menyukai semua kebahagiaan ini.
Apa yang udah lu rebut dari gua, akan gua ambil kembali. Lihat saja nanti, tunggu tanggal main gue!
...*...
...*...
...*...
...💜>Bersambung<💜...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Erina Munir
wadduhh siape tuuh
2024-06-30
0
Adelia Rahma
wah siapa tuh yg sakit hati dn ingin ngerebut apa yg di miliki Ramos
2023-11-04
1