"Ini kaki bukan karet ban, cok!"
Suara teriakan mbak sayur yang diselimuti oleh rasa sakit membuatnya kesal. Mobil anak majikan Bi Odah dengan sengaja melindas kaki kiri Adel, meskipun baik-baik saja tetap rasanya begitu ngilu.
Gadis itu langsung duduk di aspal dan mengangkat kaki kiri yang terlindas dan mengelusnya secara perlahan sambil sesekali meniup-niup persis seperti tukang balon.
"Fiuhh ... Uhh, uhh ... Sumpah, ini rasanya sakit banget. Andaikan gue punya mobil, langsung gue lindas tuh, batang lehernya biar kapok!"
Bi Odah langsung melihat kondisi kaki Adel yang terlihat sedikit memerah. Bukannya merasa kasihan, pembantu itu malah memarahinya membuat mbak sayur semakin kesal.
"Makanya, kalo mau naruh motor itu yang bener baru ditinggal. Udah tahu majikan Bibi oangnya kaya gitu, malah cari masalah. Masih untung kakimu gak putus, coba kalo putus mau ganti pake kaki apa? Sapi?"
"Bibi!" rengek Adel layaknya anak kecil yang sudah tidak sanggup menahan rasa kesal. Bi Odah terkekeh kecil, kemudian menolong mbak sayur berdiri. Selepas itu, gadis tersebut perlahan pergi meninggalkan komplek menuju komplek sebelah.
Sementara pengemudi mobil yang sudah berada jauh 100 meter dari rumah, terlihat sangat panik dan tergesa-gesa sampai tidak mengetahui jika ban mobil telah melindas kaki Adel. Untung saja semua aman, seandainya remuk atau patah tulang sudah pasti gadis penjual sayur tidak akan mengampuninya.
...💜💜💜...
Sore hari di sebuah perusahaan besar tepatnya di pusat perkotaan sedang merasakan kesi*alan. Satu kerja sama dengan perusahaan besar sudah dibatalkan sepihak. Semua itu karena Presdir tampan terlambat datang saat meeting besar dilakukan.
"Si*al, meleset semuanya, meleset. Akhhh!" teriak Presdir tampan yang tidak lain bernama Ramos. Meskipun dia tampan, tetap saja sifat dingin dan mulut pedasnya itu mampu melukai orang tanpa memikirkan perasaannya.
"Ini semua karena cewek sia*lan penjual sayur. Lihat aja nanti, seandainya ketemu lagi, pasti akan kubalas apa yang udah dia lakukan!"
Kekesalan Ramos yang begitu mendalam terhadap seseorang, berhasil mengacak-ngacak seisi ruang kerja. Tidak ada satu pun orang yang berani mendekat, meskipun sekretaris atau asisten pribadinya mendengar suara kegaduhan di dalam ruangan sang atasan.
Ramos Andreas adalah seorang Presdir tampan berusia 29 tahun. Dia bekerja di perusahaan keluarga untuk menggantikan sang ayah. Tidak ada satu wanita pun yang berani mendekat lantaran dia yang sering mendapatkan julukan Presdir Killer.
Tatapan tajam penuh arti, senyuman tipis yang nyaris tidak terlihat membuat Ramos selalu dipandang buruk oleh orang-orang disekitarnya. Tidak ada satu orang pun yang pernah melihat pria ini tersenyum lebar seperti orang pada umumnya.
Jangankan orang lain, bahkan keluarga sendiri saja sudah lama sekali tidak menyaksikan Presdir tersebut kembali mengukir senyuman manis. Terakhir kali mereka melihat Ramos tersenyum saat usianya menginjak 18 tahun. Lebih dari itu, semua menghilang dan tergantikan oleh sifat yang cenderung menyendiri, dingin, dan bermulut pedas.
Sumpah serapah yang dikatakan Adel ternyata sangat manjur. Kondisi kaki Adel sudah jauh lebih baik ketika sang ibu membalutkan kaki anaknya menggunakan beras kencur untuk meredakan bengkak.
Tepat pukul 5. Ramos bersiap-siap ingin pulang ke rumah, tetapi sang adik malah meneleponnya dan minta dijemput akibat motor kesayangan mogok entah kenapa. Sungguh, malang sekali nasib Ramos. Hanya karena sumpah serapah yang dikatakan Adel berhasil membuat hidupnya tertekan seharian ini.
Sesampainya di sebuah tempat, Ramos langsung menghubungi adiknya. Tak lama dia datang dengan wajah senangnya, lalu berpamitan dengan teman-teman dan memasuki mobil.
"Hai, Kak. Thanks udah jemput gue," ucapnya menoleh ke arah Ramos.
"Nyusahin!" jawab Ramos, dingin.
"Mana ada, dari kantor ke rumah itu satu arah lewatin kampus gue, ya. Kalo gak juga, tadi gue udah ikut sama si kunyuk!" sahut sang adik, tidak ingin kalah.
"Jual tuh, motor butut. Mobil di rumah banyak gak usah kaya orang miskin!" titah Ramos tanpa menatap adiknya.
"Mendingan lu aja yang jual mobil butut lu ini, gak guna juga, 'kan? Toh, harganya masih jauh bawah harga motor gue," celetuk sang adik tak terima.
"Bimantara Adreas!"
"Ramos Andreas!"
"Kau!" ucap Ramos penuh penekanan menatap tajam adiknya.
"Apa?" tanya Bima seolah-olah menantang sang kakak.
"Ckk!"
Ramos hanya mendengus kesal lantaran percuma meladeni Bima, semua tidak akan ada ujungnya. Bima hanya tersenyum membuka kaca jendela mobil penuh kemenangan. Hanya sang adiklah yang mampu membuat Ramos tak berkutik selain mengelus dada.
Bimantara Andreas merupakan adik dari Ramos yang berusia 25 tahun. Ketampanan tak kalah dengan sang kakak membuat Bima menjadi idola para mahasiswi di kampus. Tidak hanya itu, Bima juga salah satu senior Adel yang sangat baik dan ramah.
Senyuman dengan sedikit lesung pipi membuat Bima semakin manis di mata wanita. Ditambah tatapan penuh cinta kasih diselimuti senyuman manis membuat beberapa wanita selalu salah mengartikannya.
Tidak perlu berlama-lama, Ramos segera mengemudikan mobilnya. Namun, baru satu meter dia melajukan mobil, seketika matanya melihat seseorang yang sangat dikenal. Pria itu segera menghentikan mobil, lalu menoleh bersamaan dengan kaca mobil yang terbuka setengah. Melihat ada keanehan Bima langsung mengikuti arah pandangan sang kakak.
Dia bukannya tukang sayur tadi pagi, 'kan? Ko-kok bisa ada di kampus mahal ini, duit dari mana? Apa jangan-jangan dia jual diri? Ckk, ckk ... Dasar wanita murahan!
Begitulah isi hati Ramos saat ini. Akan tetapi, Bima mampu membaca semua itu dan mengatakan sesuatu yang membuat sang kakak langsung menoleh ke arahnya.
"Kakak kenal sama Adel?" tanya Bima.
"A-adel?" tanya balik Ramos, bingung.
"Ya, itu loh, gadis yang kakak liat namanya Adel. Dia juniorku, sebentar lagi dia akan lulus S1. Dia juga mahasiswi yang sangat pintar, walaupun dari orang tidak berada Adel mampu masuk ke kampus ini dengan prestasinya dan mendapatkan beasiswa S1. Kalo saja gadis itu mampu memecahkan rekor IQ tertinggi kemungkinan dia bisa lanjut sampai S2 atau S3. Semua tergantung kepintaran dia. Cuma, aku yakin sih, dia bisa. Wanita mandiri, cerdas, penolong, ramah, baik, dan cantik seperti Adel sangatlah langka."
Bima menceritakan semua tentang Adel yang diketahuinya penuh senyuman. Ramos yang awalnya tidak tahu nama mbak sayur itu, seketika tahu semua hanya dari mulut sang adik. Namun, pantang untuk Ramos menunjukkan sisi keingintahuan sehingga jawabanya membuat sang adik kesal.
"Terus, gue peduli? Gak usah sotoy. Gue lagi liat itu cowok kaya temen gua, nyatanya bukan!" sahut Ramos.
"Oh!" jawab Bima kesal.
Ramos kembali melajukan mobilnya pergi meninggalkan kampus. Tanpa disangka-sangka, dibalik kesia*lan seharian ini, dia malah mengetahui siapa mbak sayur sebenarnya. Pria itu tersenyum miring seperti sedang merencanakan sesuatu di dalam pikirannya.
...💜💜💜...
3 hari berlalu, Adel merasa begitu senang karena hari ini dia mendapatkan jatah libur, sehingga bisa berjualan dari pagi sampai sore sesuka hatinya. Sementara sang ibu yang baru mulai sehat tidak diperbolehkan bekerja sampai benar-benar pulih.
Pagi hari menjelang siang, dagangan Adel sudah mulai berkurang sedikit demi sedikit. Wajah mbak sayur itu terlihat senang karena pendapatannya sudah lumayan lebih dari modal yang dikeluarkan.
Akan tetapi, dibalik kesenangan terdapat kesedihan yang cukup mengejutkan. Di mana ketika Adel melewati salah satu jalan perkampungan yang menanjak, tiba-tiba saja dia salah mengoper gigi motor dengan baik hingga membuat motor mendadak mati dan hilang kendali.
Adel refleks mendadak lompat dari motor yang berjalan mundur. Motor tersebut meluncur ke bawah dan menabrak sebuah mobil yang ada di belakangnya.
Duaaak!
Semua dagangan Adel hancur berantakan, begitu juga dengan motor tua yang sudah bertahun-tahun bersamanya. Adel berlari kencang dalam keadaan sedikit pincang serta luka ringan di lengan dan kakinya yang lecet.
"Huaa ... Motor Entogku!"
Adel meneriaki motor yang bernama Entog. Nama itu diberikan oleh Adel masih kecil lantaran jalannya sama persis seperti hewan Entog. Hewan ini hampir sama dengan itik, bebek yang sering ada di sawah atau banyak orang memanggilnya Entog.
Semua udah hancur ludes tak tersisa, Adel menangisi motor kesayangannya dan memeluk bagaikan benda hidup. Namun, pemilik mobil yang melihat mobil sudah pasti lecet dan hancur langsung keluar dalam keadaan marah.
"Kau bisa naik motor gak sih, hahh!" teriaknya ketika melihat depan mobil kesayangan rusak begitu saja.
"Ma-maafkan saya, Tuan. Saya tidak ... E,ehh. Ka-kau?" Adel terkejut melihat pria yang di hadapan ini ternyata adalah anak majikan Bi Odah yaitu, Ramos.
"Kau lagi? Akhh ... Kenapa sih, gue sial banget ketemu sama lu mulu. Sumpah, lu gak ada kerjaan apa selain bikin hari gue si*al terus, hahh?" pekik Ramos.
Adel langsung berdiri tepat di depannya sambil bertolak pinggang dengan sedikit mendongak untuk menatap kedua manik mata Ramos.
"Ehh, ngaca dulu kalo ngomong. Di sini tuh, yang si*al mulu gue ye, bukan lu! Sebelum gua ketemu lu kehidupan gue aman, tapi pas muka lu yang kek pan*tat panci nongol di mata gue baru hidup gue udah kaya di neraka!" pekik Adel.
"Neraka kok, ngomong neraka! Udahlah, gue gak mau tahu, lu ganti semuanya atau gue bawa semua kasus ini ke jalan hukum?"
Hanya dengan satu gertakan Ramos mampu membuat Adel tak berkutik. Semua itu bukan karena dia takut, tetapi mbak sayur menyadari kesalahannya yang salah mengoper gigi motor sehingga semua kecelakaan ini terjadi.
"Hahh, dasar pengaduan! Berapa yang harus gua ganti?" tanya Adel dengan percaya diri.
"200 juta!" jawabnya spontan menbuat Adel tercengang mendengar nominal ganti yang sangat mengejutkan.
"Cu-cuma penyok begitu aja sampai du-dua ratus juta?" tanya Adel, tak percaya.
"Kenapa? Gak punya duit? Makanya jangan sok!" ucap Ramos, kesal.
"Kuranginlah, jangan banyak-banyak. 500 ribu deh, gue kasih uangnya besok janji. Tapi, jangan bawa semua ini ke polisi. Gue gak masalah dipenjara, tapi Ibu di rumah kasihan gak ada yang bantuin. Gue mohonlah, ayo, 500 ribu pertama, nih!"
"Lu kira mobil gua apaan, hahh! Kalo gak mampu bayar, kita berurusan di kantor polisi!" sahut Ramos, pergi begitu saja dengan tampang yang sangat datar.
"Oke, oke. Gue akan bayar 200 juta sesuai permintaan lu, tapi kasih tahu gue gimana caranya dapetin uang itu?"
Ramos yang baru saja ingin masuk ke dalam mobil, langsung tidak jadi dan kembali berbalik menatap Adel dengan penuh arti.
"Caranya gampang!"
"Apa?"
Adel begitu tegang melihat wajah Ramos. Jika benar pria itu berbesar hati ingin memberikan solusi. Lantas dengan cara apa Adel dapat membayarnya? Jawaban itu hanya Ramos yang tahu, sementara mbak sayur hanya menunggu saran dari Presdir Killer.
...*...
...*...
...*...
...💜>Bersambung<💜...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Adelia Rahma
caranya gampang jadi pacar boongan dia
2023-11-03
1
Desilia Chisfia Lina
jadi pacar gua 😂😂
2023-11-03
1
Bunda HB
Lucu cerita novel thor.Lanjut...😁😁💪💪👍👍
2023-11-02
2