Bab 18

Pagi pun menjelang, bahkan sinar matahari pun berhasil menerobos jendela yang ada di kamar presidential suite itu.

Waktu pun sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, William yang sudah bangun dari jam sembilan pun kini tengah duduk di atas sofa singel yang letaknya berhadapan dengan tempat tidur.

Saat ini ia masih menggunakan jubah mandi, ia pun sesekali menyesap kopi dan sesekali melihat ke atas tempat tidur, yang dimana istrinya itu masih terlelap dalam tidurnya.

William pun tersenyum kecil saat ia mengingat momen panas semalam, ia pun menggelengkan kepalanya saat mengingat kejadian semalam.

Tak lama William melihat istrinya itu menggeliat, dan pada saat itu pula istrinya terbangun.

"Isssss, kenapa badan gua pada pegal-pegal ya," ucap Senja dengan suara serak khas bangun tidur.

Ia pun mengubah posisinya menjadi duduk dan bersandar di kepala ranjang, dan tanpa sadar pula selimut yang menutupi tubuh polosnya melorot, sehingga menampilkan dua buah dadanya.

"Kau sudah bangun," ucap William, ia pun tak sengaja melihat ke arah dada istrinya itu yang terekspos.

Ia pun terus menatap ke arah itu, yang dimana semalam ia pernah mencicipinya dan juga memainkannya.

"Sh***it," batin William. Lantaran si jagonya sudah beraksi padahal ia hanya membayangkannya saja, tapi si jagonya sudah memberontak.

Senja yang mendengar suara dari suaminya pun melihat ke arah suaminya, ia pun melihat suaminya yang sedang menatap ke arah dadanya.

Dan seketika Senja pun melihat ke arah dadanya, dan ...

"Akhhhh!!" teriaknya, ia bahkan langsung bersembunyi di balik selimut.

William yang mendengar teriakan istrinya juga menoleh ke samping, sungguh betapa bodohnya ia yang terus melihat ke arah dada istrinya itu.

"Cepatlah mandi, saya akan menunggu di balkon," ucap William seraya beranjak dari duduknya, kemudian ia pun melangkah ke balkon kamar yang ada di hotel itu.

Senja yang tidak lagi mendengar suara langkah kaki suaminya itupun, mulai mengintip di balik selimutnya.

Setelah ia memastikan bahwa suaminya sudah tidak ada di kamar, ia pun buru-buru bangun dan membungkus tubuhnya dengan selimut.

Perlahan ia pun mulai pergi ke kamar mandi.

"Ohhh astaga kenapa sakit sekali, sssttt," ngeluhnya.

Senja pun perlahan melangkahkan kakinya, hingga ia pun masuk kedalam kamar mandi.

Senja pun langsung berendam air hangat yang sudah ia siapkan di dalam bathtub.

Sementara itu, William yang kini berada di balkon kamar hotelnya, saat ini ia tengah menghubungi asistennya itu.

"Bagaimana?" tanyanya saat sambungan telepon itu terhubung.

" ... "

"Nanti saya akan melihat rekaman cctv itu di kantor, sekarang kamu kirimkan baju untuk Senja kemari."

" ... "

"Hm, saya tunggu secepatnya."

Tut. Panggilan itu pun diputus oleh William.

Ya, William menyuruh John untuk membawakan pakaian untuk istrinya itu, lantaran gaun semalam sudah ia rusak.

William pun masuk kedalam, lantaran mendengar suara pintu diketuk.

Kemudian ia pun membuka pintu itu, dan ternyata salah satu pelayan hotel yang mengetuk.

Pelayan itu pun membawa troli makanan.

"Permisi tuan, saya membawakan pesanan anda," ucap pelayan itu.

"Hm, taruh di sana," ujarnya.

Pelayan itu pun masuk kedalam, dan mulai menata makanan yang dipesan William ke atas meja.

Setelah itu, pelayan itupun keluar dari kamar William dan Senja.

Bertepatan itu pula, Senja keluar dari kamar mandi, dengan hanya menggunakan jubah mandinya, dan rambutnya ia tutupi dengan handuk.

"Kita sarapan lebih dulu, sebelum kembali pulang," ucap William pada istrinya itu.

Senja pun berjalan menuju meja yang sudah banyak makanan di sana.

"Apa masih sakit?" tanya William saat melihat istrinya itu jalan seperti pinguin.

"T- tidak terlalu sakit," jawabnya dengan gugup.

Pasalnya jika ia mengingat kejadian semalam, maka membuat pipi Senja menjadi merah semerah tomat.

William pun menarik kursi untuk istrinya itu.

"Terima kasih," ucapnya, seraya duduk di kursi.

"Hm." William pun duduk di kursi yang berhadapan dengan istrinya itu.

Mereka pun mulai menyantap sarapan mereka, dengan tenang.

"T- tuan," panggil Senja ketika mereka sudah menyelesaikan sarapan mereka.

"Hm, ada apa?" tanyanya.

"Tuan bagaimana saya memakai baju, sementara pakaian saya sudah ... "

Perkataan Senja pun terputus saat mendengar suara pintu di ketuk.

"Kau tunggu disini, biar saya saja yang buka pintunya," ujar William.

Senja pun menurut, dan William pun beranjak dari duduknya, serta membuka pintu kamarnya.

Yang ternyata adalah asisten pribadinya, yakni John.

"Selamat pagi tuan, maaf mengganggu. Ini saya membawakan pakaian anda dan juga pakaian nyonya Senja," ucap John, seraya menyerahkan dua paper bag, pada bos nya itu.

"Hm, kamu boleh tunggu di bawah," ujarannya, seraya mengambil paper bag itu dari asistennya, sekaligus menyuruh asisten sekaligus sahabatnya menunggu di bawah.

"Baik, kalau begitu saya permisi."

"Hm."

William pun kembali menutup pintu kamarnya, setelah John sudah pergi dari sana.

"Ini, pakai pakaian mu," ucap William saat ia sudah kembali, ia pun menyerahkan satu paper bag yang berisi pakaian istrinya itu, pada sang istri.

"Terima kasih," ujar Senja, ia pun beranjak dari duduknya dan melangkah ke kamar mandi seraya membawa paper bag bersisi pakaian untuknya.

Sementara William, saat ia melihat istrinya itu sudah masuk kedalam kamar mandi, ia lebih memilih memakai pakaiannya di dalam kamar.

Tak lama pintu kamar mandi pun dibuka, dan menampilkan Senja yang sudah rapi dengan gaun pendek sebatas lutut itu.

Begitu pula dengan William sudah rapi dengan setelan kerjanya.

"Sudah?" tanya William, saat istrinya itu keluar dari kamar mandi, dan Senja pun mengangguk.

"Kalau begitu ayo kita pergi dari sini," ucapnya.

Mereka pun akhirnya keluar dari kamar itu, dan pergi dari hotel itu.

"John, kita pergi ke panthouse saya lebih dulu," pinta William pada John.

Saat ini mereka sudah berada di perjalanan.

"Baik tuan." John pun melajukan mobilnya menuju panthouse milik bos sekaligus sahabatnya itu.

Tak lama mereka pun sampai di depan gedung tempat panthouse William berada.

"Kamu istirahat saja, saya dan John akan pergi ke kantor," ucap William pada istrinya.

"Loh, tapi saya juga mau kerja."

"Sudah jangan membantah, kamu istirahat saja."

"Baiklah."

Mau tak mau Senja pun turun dari mobil suaminya.

"Jalan John," pinta William saat istrinya itu sudah keluar dari mobil dan masuk kedalam lobby.

John pun menjalankan kembali mobilnya menuju perusahaan w company.

Sementara itu, Senja pun terus menggerutu saat berjalan menuju unit panthouse suaminya itu.

"Padahal gua kan cuman sakit sedikit, tapi kenapa dia malah melarang gua kerja sih," gerutunya.

Saat ini Senja sudah berada di dalam lift.

Tak lama lift pun terbuka, Senja pun keluar dari sana dan mulai melangkah ke arah unit panthouse suaminya itu.

Saat sudah berada di depan pintu panthouse, Senja pun langsung masuk kedalam setelah memasukkan password.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!