Bab 2

"Lepaskan tangan kotor anda dari tangan wanita ini," ucap pria itu, yang sedari tadi diam.

Pria itu pun bahkan melepaskan pergelangan tangan pria tua itu dari lengan Senja dengan menghempaskannya secara kasar.

"Hey kau!! Berani-beraninya kamu ikut campur masalah ku dengannya, kamu tidak berhak ikut campur," ucap pria tua itu.

"Saya tau, dia adalah sekretaris anda, dan anda tidak perlu mengatakannya berkali-kali. Tapi jika ada seorang wanita yang ingin dilecehkan saya tidak akan tinggal diam. Jadi sebaiknya anda tidak usah mengganggu wanita ini tuan," ucap pria itu dengan dingin.

"Cih. Memangnya siapa kamu? Berani-beraninya kamu melarang saya untuk tidak menggangu dia. Seterah saya jika saya ingin memerintahkan pegawai saya!"

"Saya tau itu hak anda sebagai bos, untuk memerintahkan apapun kepada pegawainya, tapi tidak dengan menghangatkan ranjang anda. Lagipula, mana ada seorang bos memerintahkan pegawainya untuk bekerja di jam malam begini," ucap pria itu.

"Oh ya, dan satu hal lagi. Perkenalkan nama saya William Narendra, pasti anda tidak asing dengan nama itu bukan? Walaupun saya yakin mata anda sedikit rabun," lanjutnya dengan meledek di akhir kalimatnya.

Pria tua itu pun memicingkan matanya, dan seketika ia pun menjadi gemetaran, saat ia melihat wajah William dari dekat.

Siapa yang tidak kenal dengan sosok pria yang bernama William Narendra, seorang pebisnis yang terkenal dikalangan pebisnis.

Apalagi William dikenal sebagai seorang pria yang berhati dingin.

"Kenapa? Kamu sudah mengenali saya?" tanya William saat ia melihat pria tua itu gemetaran.

"T- tuan maafkan saya, saya tidak tau bahwa ini adalah anda," ucapnya seraya berlutut di hadapan William.

"Sekarang kamu sudah tau siapa saya, jadi sebaiknya pergi dari sini!" ujarnya.

"Ba- baik." Pria tua itu pun berdiri, ia pun kemudian pergi dari sana.

"Terima kasih tuan, terima kasih atas bantuannya. Jika tidak ada anda, saya tidak tau apa yang akan terjadi pada saya nantinya," ucap Senja ketika bos nya itu telah pergi.

"Hm, sebaiknya kamu segera pulang ke rumahmu, tidak baik seorang wanita pergi malam-malam begini," ujar William dengan dingin.

"Baik, kalau begitu saya permisi. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih."

Setelah mengatakan itu, Senja pun pergi dari hotel itu.

Saat di luar hotel, Senja masih mencari ojek online, maupun taksi online, namun sayang tidak ada yang mau mengantarkannya pulang, lantaran hari sudah malam.

"Ck, kenapa tidak ada yang mau nganterin gua sih," gerutu Senja.

Ia pun terus mondar-mandir seraya menggigit ibu jarinya.

Tak lama ada sebuah mobil mewah berwarna hitam, berhenti di depan Senja.

"Ayo, masuklah kedalam," ucap seorang pria yang tak lain ialah William.

Ya, tadi saat William hendak pergi, ia tak sengaja melihat Senja yang tengah berdiri di sisi jalan.

"Eh," ujar Senja lantaran terkejut, saat melihat pria yang menolongnya itu.

"Kenapa diam saja, ayo cepat masuk," ucap William, dengan nada dinginnya.

"Tapi ... "

"Cepat," sela William.

Senja pun mau tak mau segera masuk kedalam mobil yang dikendarai oleh William itu.

William pun mulai melajukan mobilnya setelah Senja duduk di kursi yang ada di sampingnya.

"Dimana alamat mu?" tanyanya masih dengan nada dingin.

"Di jalan xxx," jawab Senja.

William pun melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi ke alamat yang di sebutkan oleh Senja tadi.

Tak butuh waktu lama, mobil milik William pun sampai di depan rumah Senja dan neneknya.

Tempat tinggal Senja sendiri ialah tempat yang padat penduduk.

"Terima kasih sudah mengantar saya sampai rumah, dan terima kasih karena sudah menolong saya dari pria bangkotan itu," ucap Senja sebelum ia turun dari mobil itu.

"Hm."

Senja pun membuka sabuk pengamannya, dan mulai membuka pintu mobil.

Namun sebelum ia benar-benar membuka pintu mobil, tiba-tiba William merasa matanya kelilipan.

"Tuan anda kenapa?" tanyanya.

"Entah, tiba-tiba mata saya kelilipan," jawab William.

"Biar saya bantu anda." Senja pun mulai membantu meniup mata William.

Sementara itu di kejauhan, para warga yang tengah melakukan ronda tersebut melihat ke arah mobil William.

"Wah lihat mobil siapa itu? Dan sedang apa mereka didalam mobil itu? Pasti sedang melakukan hal yang tidak-tidak," ucap salah satu warga yang melihat mobil William bergoyang.

"Ayo kita segera ke sana," ujar salah satu nya lagi.

Mereka pun mulai berjalan ke arah mobil William.

Sementara di dalam mobil, setelah berhasil membantu William tidak kelilipan lagi, keduanya saling menatap satu sama lain.

Semakin lama mereka menatap, dan entah siapa yang memulai, kini kedua bibir mereka telah menyatu, mereka pun berciuman.

William pun semakin menekan tengkuk Senja, namun tak lama jendela mobil William di ketuk dari luar, dan ada beberapa warga yang berteriak menyuruh mereka untuk keluar dari dalam mobil.

"Hey keluar kalian!!!"

"Apa yang sedang kalian lakukan di dalam? Kelian sedang berbuat mesum ya, cepat keluar!!"

Para warga pun terus menggedor jendela mobil William.

"Astaga, apa yang terjadi," ucap Senja setelah ciuman ia dan William terlepas.

Sementara William ia hanya diam, tapi ia keluar dari dalam mobil.

"Ada apa?" tanyanya dengan santai seperti tidak melakukan kesalahan, dan seperti biasa ia berbicara dengan nada nya yang dingin.

"Apa yang tengah kalian lakukan?" tanya salah satu warga.

"Bapak-bapak anda salah paham, kami tidak melakukan apapun," jawab Senja yang juga ikut keluar.

"Alah kalian pasti alasan kan, jawab saja kalian tengah melakukan hal yang tidak senonoh."

"Saya berkata jujur, saya dan dia tidak melakukan hal yang tidak senonoh."

"Bohong! Jika tidak melakukan apapun kenapa mobil itu goyang-goyang?"

"I- itu, karena aku tengah membantu dia yang tengah kelilipan," jawab Senja.

"Alah alasan saja kalian, saya tadi lain kalian tengah berciuman," ujar salah satu dari mereka.

Dan hal itu berhasil membuat Senja tidak bisa mengelak.

Lantaran memang benar, tadi mereka tengah berciuman, dan hal itu membuat Senja mengkerutuki dirinya sendiri.

Bisa-bisanya ia terlena dengan seseorang yang baru saja ia kenal, sungguh bodoh.

"Benar kan apa yang saya katakan, kalian tadi sedang berciuman."

"Benar tadi kami sedang berciuman, lalu mau kalian apa?" saut william tiba-tiba.

"Nah kan benar. Ayo lebih baik kita usir wanita ini dari kampung kita, jangan sampai wanita ini membawa kesialan pada kampung kita, karena perbuatannya yang tidak senonoh itu!"

"Tidak saya mohon jangan usir saya," ucap Senja memohon.

Mereka pun berbondong-bondong menghakimi Senja.

"Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian ingin mengusir wanita ini dari rumahnya? Memangnya siapa kalian yang beraninya menghakimi sendiri?" tanya William dengan nada tegas.

"Ini memang sudah menjadi kebiasaan kampung ini, jika ada seseorang yang terciduk sedang melakukan hal yang tidak senonoh, maka dia akan diusir dari kampung ini. Masih mending diusir, daripada kalian di arak keliling kampung dengan bertelanjang," jawab salah satu warga.

"Tapi tidak dengan cara menghakimi sendiri."

"Kami tidak menghakimi sendiri."

"Lalu apa?!!" tanya William yang sudah mulai emosi.

"Sudah-sudah, sebaiknya kita bawa mereka ke rumah pak RT, agar pak RT yang memutuskan apa yang harus dilakukan pada mereka. Haruskah kita mengusir Senja dan neneknya dari kampung ini, atau menikahkan mereka berdua," potong salah satu dari mereka.

"Ya benar itu, ayo sebaiknya kita bawa mereka ke rumah pak RT."

"Lepas, saya bisa jalan sendiri," ucap William saat para warga menggiring dirinya dan juga Senja.

Mereka pun akhirnya pergi ke rumah pak RT.

Sementara disisi lain, salah satu warga tadi, pergi ke rumah Senja dan neneknya.

Pria itu pun memberitahukan pada nenek Senja, bahwa kini Senja tengah dibawa ke rumah pak RT untuk diadili, lantaran sudah kepergok tengah berciuman di dalam mobil, di depan rumah nenek Senja.

"Permisi nek!! Nek!!" ucap seorang pria yang tengah mengetuk pintu rumah Senja.

Tak lama, pintu pun dibuka, dan muncullah nenek Senja.

"Ada apa ini Bon?" tanya nenek Senja pada pria yang bernama Boni itu.

"Begini nek, cucu nenek ... "

"Ada apa dengan cucuku Bon?" potong sang nenek dengan nada khawatir lantaran takut terjadi sesuatu pada cucu semata wayangnya.

"Senja tadi kepergok sedang berciuman dengan seorang pria di dalam mobil itu," jawab Boni seraya menunjuk ke arah mobil William yang tengah terparkir di depan rumah nenek Senja.

"Astaga! Kamu yang bener Bon?"

"Saya bener nek."

"Lalu dimana sekarang cucuku?"

"Saat ini, Senja dan pria itu dibawa ke rumah pak RT untuk diadili."

"Ya ampun cucuku, Senja. Bon ayo antar nenek ke sana."

"Iya nek.

Nenek dan Boni pun langsung pergi ke rumah pak RT.

...###...

Jangan lupa follow akun noveltoon ku ya🙏

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 🤗

Terima kasih, dan selamat membaca 💚

Terpopuler

Comments

Buk Yuli

Buk Yuli

penasaran dgn crtanya, lanjut toor

.

2024-03-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!