Keesokan harinya, di sebuah rumah berlantai dua namun tidak begitu megah.
Terdapat sepasang suami istri yang tengah melakukan sarapan.
"Mas apa kamu tau tentang putri kandungmu itu?" tanya seorang wanita yang sudah memasuki usia 37thn, dengan penampilan glamor.
"Kenapa memangnya?" tanya balik seorang pria yang sudah memasuki umur 40thn.
"Aku dengar putri kandungmu itu dipergoki oleh warga saat berciuman dengan seorang pria di dalam mobil, padahal semalam teman ku melihat bawah dia tengah berada di sebuah hotel dengan bos nya," jawabnya.
"Kalau kamu tidak percaya, ini aku ada foto-fotonya, yang dikirim oleh temanku itu," lanjutnya seraya memperlihatkan foto-foto Senja yang masuk kedalam hotel, dan masuk kedalam sebuah kamar.
Ya, kedua manusia itu adalah ayah kandung dari Senja, dan juga ibu tiri Senja bisa dibilang pelakor yang merebut sang ayah dari Senja dan mendiang ibunya.
"Anak ini benar-benar sudah mempermalukan aku, apa neneknya tidak bisa mendidiknya dengan benar, sungguh membuatku malu," geram ayah Senja yang bernama Aditama.
"Kan sudah aku katakan, bahwa putri kandungmu itu adalah seorang wanita liar," ujar ibu tiri Senja yang bernama Sarah.
"Huh, sudahlah aku mau berangkat kerja dulu," ujar Aditama atau yang sering dipanggil dengan sebutan Tama.
Pak Tama pun pergi setelah berpamitan pada istrinya itu.
"Heh lihat saja, tidak akan aku biarkan kamu dekat dengan putri kandungmu itu. Akan aku buat kamu membenci putrimu itu, dengan begitu aku dan putriku bisa menguasai harta warisan mu, ya meski tidak banyak. Tapi setidaknya kamu memiliki sebuah perusahaan yang cukup berkembang," gumam Sarah, setelah suaminya pergi dari sana.
Ya, yang membuat ayah Senja tidak mau menemui Senja yang notabenenya adalah putri kandungnya sendiri, lantaran ulah Sarah yang terus mempengaruhi ayah Senja, Sarah memfitnah Senja bahwa Senja bukanlah anak yang baik-baik.
Jadi oleh karena itu, ayah Senja tidak perduli dengan putri kandungnya sendiri lantaran ia tak ingin nama baiknya tercoreng karena perbuatan sang anak.
Dan untuk pekerjaan ayah Senja sendiri, ialah ayahnya memiliki sebuah perusahan furniture yang cukup berkembang, padahal perusahaan itu didirikan menggunakan uang mendiang ibu Senja kala ibu Senja pergi bekerja di luar negri sebagai TKI.
Mungkin Sarah tidak tau, bahwa perusahaan itu atas nama Tama dan juga mendiang ibunya Senja.
Otomatis Senja pun berhak atas perusahaan itu.
...###...
Tiga hari kemudian.
Sudah tiga hari, dan Senja pun sudah berhenti dari tempat kerjanya yang dulu, yang dimana bos nya itu ingin melecehkannya.
Dan hari ini, ia mencoba untuk pergi ke perusahaan William, seorang pria yang sudah menolongnya dari mantan bos nya itu.
Hari ini ia akan melakukan interview kerja.
Senja pun sudah rapi dengan pakaiannya, pagi ini ia memakai kemeja berwarna putih dengan celana bahan hitam, dan sepatu sneaker, tak lupa ia menguncir rambutnya seperti ekor kuda agar terlihat rapi.
Senja pun menghela nafasnya, kemudian ia pun masuk kedalam gedung tinggi yang berada di hadapannya itu.
"Permisi," ucapnya pada seorang wanita yang menjaga meja resepsionis.
"Iya ada apa?" tanyanya, dengan tatapan sini.
"Saya ingin bertanya, ruang HRD ada dimana ya?" jawab Senja sekaligus balik bertanya.
"Oh jadi kamu salah satu pelamar yang ingin bekerja disini?"
"Iya benar."
"Kamu tinggal lurus dan belok ke kiri, di sana ruangan HRD berada, di sana juga sudah ada beberapa orang yang ingin melakukan interview kerja," ucap wanita itu.
"Terima kasih, permisi."
Senja pun pergi ke tempat yang di tujukan oleh wanita tadi.
Di sana ia dapat melihat orang-orang yang akan melakukan interview kerja mungkin sekitar sepuluh orang yang akan melakukan interview kerja.
Senja pun duduk di salah satu kursi yang kosong.
Sesi interview pun dimulai, semua orang pun dipanggil untuk masuk kedalam rungan HRD.
Saat semua orang sudah masuk kini tinggallah Senja, ia pun masuk kedalam ruangan.
"Baik nanti saya akan hubungi anda melalui pesan atau telepon," ucap kepala HRD itu setelah ia selesai men-interview Senja.
"Terima kasih pak, kalau begitu saya permisi," ujar Senja seraya berjabat tangan.
"Sama-sama."
Senja pun keluar dari sana, dan pergi untuk pulang ke rumahnya.
Sepeninggalan Senja, kepala HRD itu pun segera menghubungi atasannya, yang tak lain William.
"Halo tuan, saya sudah melaksanakan perintah anda," ucapnya saat sambungan telepon itu terhubung.
" ... "
"Baik tuan."
Sambungan telepon itu pun terputus oleh William.
...###...
Malam harinya, kini Senja dan sang nenek tengah makan malam bersama.
"Bagaimana hubunganmu dengan tuan William?" tanya sang nenek setelah mereka selesai makan malam.
"Entah," jawabnya.
"Loh kok entah, memangnya kamu tidak membicarakannya dengan tuan William?"
"Bagaimana aku mau bicara dengannya, punya nomor ponselnya saja tidak."
"Astaga Senja! Bagaimana kamu tidak meminta nomornya?" tanya sang nenek dengan gemas.
"Aku malu, masa iya aku yang memintanya duluan, harusnya kan dia dulu yang memintanya."
"Huffstt. Kali ini kesampingkan rasa malu mu, bicaralah padanya, dan katakan padanya mau dibawa kemana hubungan kalian. Lantaran nenek tidak ingin, kamu mendapatkan status tidak jelas," jelas sang nenek.
"Baik nek, jika nanti aku bertemu dengannya, aku akan berbicara dengannya," ucap Senja.
Tak lama, terdengar suara notifikasi dari ponsel Senja, ia pun mengambil ponselnya di atas meja. Ia pun melihat pesan dan betapa bahagianya ia mendapatkan pesan bahwa ia diterima bekerja.
"Nenek! Nenek! Aku sangat senang nek," ucapnya dengan gembira bahkan ia loncat-loncat saking bahagianya.
"Ada apa?" tanya sang nenek, setelah cucunya itu memeluknya dengan sangat erat.
"Nenek aku mendapatkan kabar bahagia, aku ... Aku diterima kerja nek, aku diterima sebagai sekertaris, dan besok aku mulai bekerja," jawabnya.
"Benarkah?"
"Iya nek."
"Selamat ya sayang," ucap sang nenek dengan tulus.
"Terima kasih nenekku sayang," ujarnya dengan mencium kedua pipi neneknya.
Keesokan paginya, kini Senja sudah berada di perusahaan w company.
Senja pun diantar oleh asisten pribadi William, yang bernama John.
Senja diberitahukan apa yang harus ia kerjakan.
Setelah Senja mengerti, Senja pun mulai mengerjakan pekerjaannya, ia ditempatkan di depan ruangan CEO.
Yang dimana ruangan suaminya berada.
Waktu jam istirahat pun tiba, Senja pun membereskan berkas-berkas agar tidak berantakan.
Ia pun pergi ke ruangan CEO, ia ingin membicarakan masalah tentang hubungan dirinya dan juga William.
Tok, tok, tok. Senja pun mengetuk pintu, ia pun masuk kedalam saat sudah mendapatkan izin untuk masuk keruangan.
"Maaf mengganggu, tapi ... Bisakah kita bicara berdua?" ucap Senja.
"Hm, duduklah," ujar William menyuruh Senja untuk duduk di sofa yang ada di ruangan itu.
"Ada apa?" tanya William setelah mereka duduk di sofa.
"Mmm begini ... Aku ingin membahas mengenai hu- hubungan kita berdua," jawabnya.
"Lalu?"
"Aku hanya ingin mengatakan, mau dibawa kemana hubungan kita berdua ini? Jika memang anda tidaka mau melanjutkan hubungan ini maka sebaiknya ceraikan saja saya tuan, saya juga ingin melanjutkan hidup normal, yang tidak terus terikat dengan hubungan tidak jelas ini," jelasnya.
Belum sempat William melontarkan ucapannya, tiba-tiba ponsel Senja berdering.
"Maaf, aku akan mengangkat telepon ku dulu," ucap Senja, ia pun kemudian mengangkat telepon dari salah satu tetangganya.
"Halo."
" ... "
"Apa!!! Baik saya akan segera pulang."
Senja pun menutup teleponnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments