Klein merasa senang mendengar itu, tapi hatinya merasa tidak nyaman. Dia merasa ini adalah saat yang tepat karena hanya ada mereka berdua. Dia memutuskan untuk berbicara dengannya.
Pandangan klein beralih ke kaki gadis itu yang terluka parah dan dibalut. Begitu juga dengan tubuhnya yang lain, perban putih berserakan di tubuhnya yang kurus.
"Um, aku risih kalau kamu melihat tubuhku seperti itu!" Dia protes pada klein.
"Ah, maaf aku hanya melihat lukanya," klein menjelaskan padanya.
"Oh, begitu, oh ya aku belum tahu namamu! Namamu siapa?" Gadis itu bertanya pada klein.
"Namaku? Namaku Klein, Klein Lewinston. Sekarang, bolehkah aku tahu namamu, nona?" Klein menjawab gadis itu.
"Klein ya ... nama yang keren ya!" Dia berkata dengan senyum lebar. "Oh ya, namaku Maria Oriana ... panggil saja aku Maria"
"Maria ya, nama yang cantik ..., senang bertemu denganmu, Maria," dia berkata pada Maria.
Dengan senyum manisnya dia berkata, "Ya, senang bertemu denganmu juga," Maria berkata pada klein sambil mengayunkan tangannya kepadanya untuk mengajaknya berjabat tangan.
Klein ragu untuk berjabat tangan. Sebenarnya dia belum pernah ngobrol dengan wanita mana pun selain sahabat-sahabat dekatnya. Dia takut tangannya akan gemetar nanti, atau bahkan tanpa sengaja mengepal tangan Maria dengan keras.
Tapi melihat Maria menawarkan jabat tangan duluan. Klein takut suasana menjadi canggung karena dia tidak menyambut jabat tangannya. Akhirnya dia memutuskan untuk menerima jabat tangan Maria sambil menutup mata dan tersenyum seperti orang bodoh.
Maria yang melihat senyum kaku klein langsung sedikit tertawa. Walaupun sudah ia tahan, namun melihat senyum klein yang kaku itu membuat maria tidak bisa menahan tawanya.
hal ini tidak bisa dihindari, karena klein tidak pernah tersenyum lagi sejak dirinya di umur 5 tahun.
Apa lagi yang bisa kulakukan, itu satu-satunya cara yang bisa kulakukan. Pikir klein.
Untungnya jabat tangan berjalan lancar selama beberapa detik.
Klein merasa bodoh berpikir keras hanya karena hal sepele seperti ini. Tapi bagaimana lagi, ini memang dirinya yang sebenarnya. Seorang pengecut yang suka berbohong.
Setelah sesi jabat tangan yang hanya berlangsung selama 3 detik selesai. mereka kehabisan topik dan mereka berdua terjebak dalam malam yang sunyi.
mereka berdua merasa canggung satu sama lain. Tapi suasana canggung itu tidak berlangsung lama.
"U-um Klein, apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa kamu ada di kamarku?" Maria berkata pada klein.
Di dalam hati klein, ia bersyukur bahwa Maria bukan orang yang pendiam seperti dirinya. Karena kalau dia seperti dirinya, tidak akan ada lagi topik pembicaraan seperti ini lagi.
"Aku? Aku ada di ruang tunggu di sana," dia menunjuk ke ruang tunggu di depan kamar. "Aku datang ke kamarmu karena kamu berteriak tadi. Karena aku khawatir, aku memutuskan untuk melihat ke dalam dan bertemu denganmu," klein menjelaskan pada Maria.
"Oh, begitu, lalu aku harus berterima kasih padamu ya?" Dia berkata sambil tersenyum padanya.
Kata-kata itu sebenarnya membuat klein bahagia. Tapi di sisi lain, hatinya terasa terluka oleh kata-kata manis itu. Dia ingin minta maaf padanya sekarang juga, karena dari awal dialah yang membuatnya seperti ini.
Tapi sebelum klein selesai mengumpulkan tekadnya untuk minta maaf. Maria berbicara lagi padanya, "Terima kasih Klein, meskipun aku orang asing bagimu, kamu tetap mengulurkan tanganmu untukku."
Kata-kata itu benar-benar menusuk hati nurani klein. Karena sebenarnya dia bukan tipe orang yang akan menolong orang lain yang tidak dia kenal. Dia mendekatinya saat itu karena dia merasa bersalah padanya. Tidak ada sedikit pun perasaan seperti ingin menolong dengan tulus di hatinya.
"Klein adalah orang yang baik ya? Andai saja semua orang di dunia seperti kamu," dia melanjutkan memujinya dengan kata-kata manisnya.
Kalau manusia di seluruh dunia menjadi seperti dia. Klein sangat yakin dengan segenap hatinya bahwa dunia akan hancur dengan sendirinya di tangan umat manusia itu sendiri.
Klein sadar akan sifat dan kebiasaan buruknya sebagai manusia.
Dia adalah orang yang malas yang penuh percaya diri pada dirinya sendiri. Dia bahkan sering menganggap pendapat orang lain itu salah. Bukan berarti pendapatnya selalu benar, tapi dia sering menipu dirinya sendiri dengan berpikir bahwa pendapatnya selalu benar. Dia bisa dikatakan sebagai perwujudan dari manusia yang sangat keras kepala.
"Ngomong-ngomong, apa yang kamu lakukan di rumah sakit ini? Apakah kamu menunggu keluargamu yang sakit?" Maria bertanya pada klein.
"...," klein terdiam sambil memikirkan apa yang harus dia katakan padanya sekarang. Dia tidak tega menghancurkan ekspektasi Maria Yang begitu besar padanya dengan mengaku bahwa dialah yang menabraknya. Dia mencari alasan lain yang terlihat masuk akal.
"Aku sedang menjaga adik perempuanku yang sakit, kebetulan kamarnya sama dengan kamarmu sekarang," klein berbohong pada Maria.
Maria percaya pada kebohongannya dan tersenyum. Ini adalah jalan yang terbaik bagi klein, ia tidak ingin terlihat buruk di depannya.
Maria menoleh ke sana-sini dengan rasa penasaran seolah-olah dia sedang mencari sesuatu di kamar itu.
klein menyadari itu dan bertanya padanya, "Maria, apa yang kamu cari?"
"Oh, aku sudah mencari ponselku yang hilang. Kamu tahu di mana ponselku? Aku butuh ponselku ...," dia berkata pada klein.
gadis itu sebelumnya juga sedang mencari ponselnya tadi, sampai-sampai dia mencoba berdiri dengan kakinya yang terluka.
"Kayaknya ada di resepsionis tadi," klein berkata.
"Kok kamu tahu ponselku ada di sana?" Maria merasa curiga padanya.
"Kamu dibawa oleh ambulans yang sangat ribut tadi. Semua orang melihat proses kamu dibawa ke ruang perawatan, termasuk aku," klein menjawab pada Maria.
Untungnya bagi Maria, alasan klein masuk akal dan bisa dipercaya. klein menghela napas lega karena itu.
"Kamu mau aku ambilkan ponselmu?" Klein bertanya pada Maria.
"Iya, tolong dong!" jawab gadis itu.
Klein akhirnya meninggalkan ruang perawatan Maria dan berjalan ke tempat resepsionis berada.
Di tengah perjalanan, klein bertemu dengan dua paman berjas hitam sebelumnya. Mereka berdua berjalan dan tidak menyadari keberadaan klein di sana.
Melihat mereka berdua lagi membuat klein sadar bahwa dia belum menanyakan tentang dua paman itu pada Maria. Dia seharusnya menanyakan Maria tentang dua paman itu sebelum dia pergi mengambil ponselnya.
Tapi klein merasa tidak ada masalah dengan hal itu, akhirnya dia melanjutkan perjalanannya untuk mengambil ponsel Maria di resepsionis.
Setelah berhasil meyakinkan orang yang bekerja di resepsionis. Akhirnya klein berhasil kembali dengan ponsel Maria di tangannya.
Tapi tiba-tiba ketika klein berada di depan pintu kamar Maria. Ada suara tembakan yang sangat keras dari dalam kamarnya. "bang, bang ... bang ..."
3 suara tembakan terdengar di telinga klein saat itu.
Klein penasaran dan berlari ke arah kamar Maria. Pintu kamarnya terbuka lebar, ketika dia melihat ke dalam dia terkejut.
Dua paman berjas hitam yang sebelumnya sekarang sedang mengangkat tubuh Maria yang tergeletak. Klein juga melihat luka tembak di kepala Maria dan bercak darah di lantai.
Pak Rambut Panjang sedang mengangkat tubuh Maria saat itu. Sementara Pak Gundul berdiri sambil memegang pistol berjenis desert eagle di tangannya.
Klein yang berdiri di depan pintu yang terbuka langsung tertangkap dan akhirnya Pak Gundul juga menembaknya beberapa kali.
"seharusnya Kamu nggak usah lari ke arah sini, nak," Pak Gundul berkata pada Klein yang sudah terjatuh di lantai dengan darahnya yang telah mengalir di lantai.
Sakit ... sakit ... sakit ... argghh ... Apakah aku akan mati di sini? Klein berpikir.
Klein sebenarnya tidak terlalu peduli dengan kematian yang menantinya. Tapi entah kenapa, dia merasa tidak bertanggung jawab meninggalkan masalah ini begitu saja. bahkan Dia menyesal belum sempat minta maaf pada Maria atas dosanya padanya.
Tapi karena rasa sakit yang tak tertahankan. Dia memutuskan untuk menutup mata dan menyerah. Tidak ada lagi yang bisa dia lakukan lagi saat ini.
Kesadarannya hilang dan organ-organ tubuhnya berhenti bekerja. Dia sangat yakin bahwa dia sudah mati dan merasakan kehampaan di sekitarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
bobi
lah kok mati, kukira bakal jadi permulaan kisah cinta /Frown/
2023-11-08
1