Suka Semua Makanan.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷

...HAPPY READING......

.

.

"Nenek sama Kakek tidak perlu khawatir, dia sudah bilang mau tinggal di sini bersama kita." jawab Reyvano mengambil keputusan sendiri. Dia terpaksa melakukan hal tersebut demi menjaga nama baik keluarga Atmaja.

"Sudah larut malam. Bahkan ini sudah menjelang pukul satu pagi. Kamu istirahatlah! Begitu juga Axel," ujar Nyonya Ellena sambil menguap. Gara-gara Rey baru pulang, akhirnya membuat pasangan suami itu terbangun dari tidur mereka.

"Ya, Nenek dan Kakek juga istirahat. Maaf sudah mengganggu kalian berdua." Rey berdiri dari sofa lalu menatap ke arah Axel dan berkata.

"Om, ayo istirahatlah! Jika aku sudah menikah Om boleh cuti selama 3 hari." Rey tergelak setelahnya. Dia memang sudah menganggap pria tersebut seperti mana Devan ayahnya.

"Axel, pergilah istirahat di kamarmu. Jangan dengarkan apa yang dikatakan oleh Rey," ujar Nyonya Ellena karena Axel walaupun lagi liburan bersama keluarganya, tetap saja masih memantau keadaan Reyvano.

"Baik, Nyonya.' Tuan besar, Saya istirahat dulu," pamit Axel dengan sopan.

"Nenek, Kakek. Rey ke kamar dulu ya," sekarang barulah Rey berpamitan untuk kedua kalinya. Namun, sebelum benar-benar naik ke lantai atas dia memberikan ciuman Selamat malam pada keduanya.

"Ayah, apakah Rey serius mau menikah?" tanya Nyonya Ellena pada suaminya. Sampai umur mereka sama-sama tua, dia dan Ayah Dion selalu bermesraan dan menggunakan sebutan ayah dan ibu.

"Entahlah! kita tunggu saja keputusannya dalam beberapa hari kedepan. Namun, kita tidak usah memberi tahu pada Devan dan Zizi dulu." jawab Tuan Dion yang disetujui oleh istrinya. Lalu pasangan suami istri tersebut pun kembali ke kamar mereka untuk melanjutkan tidur.

Sementara itu di lantai atas. Yaitu kamar tidur Reyvano yang sudah dirombak sejak dia mulai tumbuh dewasa.

"Gadis kecil yang berani." ucap Rey tersenyum sambil menatap kartu identitas miliki Sisil. "Kenapa aku merasa senang ya, melihat dia marah tidak jelas. Seperti suara kaleng yang dipukul." lanjutnya lagi.

Ketahuilah Rey yang dulu saat masih kecil begitu ramah. Akan tetapi setelah besar, yaitu ketika hubungan dia dan kekasihnya kandas, pemuda tampan itu mulai bersikap dingin pada siapapun. Rey selalu menyibukkan diri untuk bekerja dan bekerja. Padahal perusahaan Devan Atmaja ayahnya tidak kalah maju di ibukota Y. Mereka adalah keturunan keluarga kolongmerat.

Hampir selama setengah jam pemuda yang merupakan seorang direktur di perusahaan kakeknya itu memikirkan gadis yang sudah dijebak bersamanya malam ini. Sampai terasa mengantuk barulah Rey mulai memejamkan mata. Akan tetapi dia tidak menganti pakaian dan masih tidur dalam keadaan memakai jas mahal. Karena tadi sebetulnya Rey habis menghadiri sebuah acara penting.

*

Suara burung yang berkicau dan sinar matahari yang masuk lewat celah jendela kamarnya membuat Rey terbangun.

"Sudah jam setengah enam, hari ini aku ada janji untuk bertemu gadis itu. Lalu setelahnya berangkat ke perusahaan untuk bekerja." baru saja membuka mata akan tetapi Rey sudah ingat semua jadwal kegiatannya hari ini tanpa harus diingatkan oleh Axel sebagai tangan kanan sekaligus juga sekretaris pribadi maupun sekertaris perusahaan.

Pemuda tersebut turun dari atas tempat tidur dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Hampir lima belas menit kemudian dia pun sudah selesai. Berlanjut memakai pakaian yang telah tersusun rapi di dalam lemari pakaiannya.

Namanya juga masih lajang, jadi Rey sudah terbiasa mengurus dirinya sendiri. Tugas para pelayan hanyalah menyiapkan semua barang keperluannya pada tempat yang sudah ditentukan.

Sejak kecil Rey sudah terbiasa bangun pagi karena pada saat itu ibunya seorang penjual kue. Hal itu ternyata berlanjut menjadi kebiasaan untuk dia hidup mandiri. Tidak seperti Zelio adik bungsunya, sejak lahir hidup dalam bergelimpangan harta dan dipenuhi kasih sayang dari kedua orang tuanya. Sedangkan saat Rey kecil harus bertahan hidup dalam serba kekurangan.

"Sayang, kamu sudah turun. Nenek baru saja mau ke atas untuk memanggilmu," ucap Nyonya Ellena karena Rey sudah turun dengan mengenakan baju kameja putih berlengan panjang.

Sungguh sangat tampan. Akan tetapi sayang sekali Rey begitu sulit untuk digapai oleh gadis-gadis terhormat sekalipun. Berbeda dengan ayahnya dulu ya merupakan Casanova.

"Iya, Nek. Rey pagi ini mau bertemu... gadis itu," jawabnya jujur.

"Rey, nama kekasihmu itu siapa? kenapa kau selalu menyebutnya gadis itu?" tanya Tuan Dion yang baru saja menyusul ke meja makan. Dibelakangnya juga ada Exel yang akan ikut sarapan bersama mereka.

Semenjak pria itu diangkat menjadi sebagai tangan kanannya. Rey selalu memaksa agar mereka sarapan bersama. Jadi kesannya seperti pada om nya sendiri.

"Namanya... nanti Nenek dan Kakek bisa berkenalan sendiri." jawab pemuda itu asal.

"Rey, kenapa kamu bisa lupa namanya. Bukankah tadi malam sudah membaca kartu identitas gadis itu."

Rutuk Rey pada dirinya sendiri. Sungguh dia benar-benar lupa nama gadis yang akan dia nikahi.

"Axel!" Tuan Dion menatap pada sekertaris cucunya.

"Nama kekasih Tuan Muda adalah Sisilia, Nyonya," kata Axel yang lebih hafal semua yang bersangkutan dengan Reyvano.

"Wah, nama yang cantik. Nenek jadi tidak sabar untuk bertemu dengannya," Nyonya Ellena tersenyum.

"Sebelum Kakek dan Nenek datang ke ibukota Y untuk melamarnya. Rey akan membawa Sisil menemui kalian."

"Baiklah! Nenek akan mempersiapkan penyambutan calon cucu menantu Atmaja. Kamu sebutkan saja makanan apa yang menjadi kesukaannya,"

"Dia suka berbagai macam makanan, Nek. jadi tidak perlu repot-repot untuk menyambut kedatangannya." lagi-lagi Reyvano menjawab asal.

"Tuan muda, kenapa Anda harus terlibat masalah seperti ini. Kelihatannya memang masalah sepele. Namun, yang Saya takutkan akan menyusahkan Anda di masa depan."

Gumam Axel karena apapun itu tentu dia yang akan sibuk sendiri. Karena Reyvano taunya terima beres. Kecuali bila masalah perusahaan.

"Oke, jika begitu Nenek akan membuatkan kue seperti kesukaanmu saja. Agar nanti setelah kalian menikah Sisil bisa belajar untuk membuatnya. Jadi di saat suatu hari nanti Nenek sudah tidak ada di dunia ini, Sisil bisa membuatkannya untukmu."

"Nenek tidak akan pergi ke mana-mana dan tidak boleh meninggalkan Rey sendirian." kata pemuda tersebut karena dia memang selalu membantah bila nenek dan kakeknya membahas tentang kematian.

"Tapi Rey, Nenek dan Kakek ini sudah tua, Nak. tidak mungkin pisan menemanimu untuk selama-lamanya." imbuh Nyonya Ellena.

"Bu, sudahlah tidak usah membahas sesuatu yang kita sendiri belum tahu kapan akan terjadinya." Tuan Dion mengelengkan kepalanya kearah sang istri. Tidak ingin perasaan cucu mereka menjadi bersedih. Seperti itulah sayangnya Tuan Dion pada Reyvano.

"Axel, ayo tambah lagi! Kamu selalu sibuk dari pagi sampai malam, jadi harus bisa menjaga kesehatanmu," Nyonya Ellena pun tidak membahas kematian lagi dan mengalihkan pembicaraan pada sekertaris cucunya.

... BERSAMBUNG... ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!