"Sudah cepat lakukan!" Perintah Ibu wali kelas. Pinky menoleh ke arahku. Iya seperti menaruh dendam padaku. Terserah deh, bodoh amat.
...****************...
pov: Kania
Aku anak baru di sekolah favorit ini. Baru satu hari masuk disini sudah diterpa musibah. Sekolah ini memang sangat elit. Tapi penghuninya amburadul. Sebenarnya, Aku lebih suka dengan sekolahku yang dulu. Meskipun elitnya dibawah sekolah ini, tapi penghuninya berkualitas. Aku banyak teman di sekolahku yang lama. Mereka semua ramah dan baik kepadaku. Berbeda dengan disini. Siswanya pada sok. Mereka suka membentuk geng dan suka bully sama yang lemah. Aku tidak suka itu.
Kalau bukan karena orang tuaku yang minta untuk Aku sekolah disini, Aku ga akan pernah mau untuk sekolah disini.
.
.
Jam pulang sekolah pun telah tiba. Lumayan capek juga berlama-lama berdiri dengan berjemur. Panas juga rasanya. Tapi, ga apa-apa.. hitung-hitung olahraga diet.
Aku dan juga geng Pinky pun selesai menjalani hukuman. Terlihat Pinky dan teman-temannya yang loyo. Ya, iyalah kelihatan loyo.. Karena dikasih diskon hukuman sama Ibu wali kelas.
"CEDUT, urusan kita belum selesai.. Awas kamu!" Pinky mengancam Aku. Dan Aku pun menantang ancaman tersebut.
"Ok, siapa takut.." Pinky kelihatan marah dan penuh dendam. Aku pun berlalu dari mereka.
...****************...
Sesampainya di rumah, Ibuku sudah duduk di sofa dan menunggu Aku pulang sekolah. Ibuku bertanya.
"Bagaimana disekolah pertama kamu hari ini? Sekolah baru, pasti senang kan?" Ujar Ibuku. Aku mendengus kesal sembari sedikit melempar tas ku ke sofa. Aku langsung menghempaskan bokongku ke sofa. Aku berkata kepada ibuku.
"Hari ini sangat menjengkelkan sekali Bu.. Aku tidak suka sekolah di tempat itu.." Ungkap ku kesal. Ibuku terkejut dan menaikkan alisnya yang sebelah.
"Loh.. kenapa gitu?" Tanya Ibu.
"Temannya ga ada yang asik.. pada gesrek semua." Ucapku cemberut.
"Hem.. gesrek gimana maksud kamu?" Ibu penasaran.
"Aku dibully di sekolah Bu.. dan yang lebih parahnya lagi.. Aku melakukan melakukan perlawanan di panggil ibu wali kelas. Karena mereka yang membully Aku memutar balikkan fakta. Jadi Aku kena hukum deh, sama Ibu wali kelas.. padahal Aku baru masuk pertama loh.. di sekolah itu.." Kataku pada ibu.
"Terus.. kamu diam saja gitu ketika kamu difitnah? Terus yang kena hukuman cuma kamu saja? mereka tidak?" Tanya Ibu.
"Ya.. Aku membantah fitnah mereka lah Bu.. Dan akhirnya, Ibu wali kelas menghukum kami semua.. Ah.. pokoknya Aku ga mau sekolah di sana!" Aku menolak untuk sekolah di tempat yang mengerikan itu.
"Kenapa harus tidak betah sih? Jangan karena bully kamu tidak betah di sana.. Kalau kamu dibully, ya lawan dong.. asal jangan kamu duluan.. masalah dipanggil sama wali kelas ataupun siapa, ya ga masalah.. daripada kamu babak belur? Kamu harus tetap sekolah di sana.. Karena itu sudah menjadi keputusan papa kamu.." Ujar Ibu. Aku hanya menganggukkan kepala. Dan Aku pun langsung beranjak dari sofa. Aku pun masuk ke dalam kamar Aku.
...****************...
Papa memanggilku untuk masuk ke dalam ruang kerjanya. Entah mengapa papa memanggilku. Aku segera menuju ke ruang kerja papa.
Terlebih dahulu Aku mengetuk pintu ruangan. Dan papa mempersilahkan Aku masuk ke dalamnya. Wajah papa terlihat sangat datar dan sulit di tebak. Ada apa sebenarnya, apa Aku buat salah lagi?
"Ada apa pa?" Tanyaku pelan.
"Kania! Apa yang sudah kamu lakukan di sekolah barumu?" Tanya papa serius. Aku mengernyitkan kening dengan pertanyaan papa.
Memangnya Aku kenapa pa?" Tanyaku pada papa.
"Kania.. papa menyekolahkan kamu di sana.. supaya belajarmu lebih semangat lagi. Karena di sana sangatlah elit. Dan aturannya juga tidak main-main. Kamu harusnya belajar yang benar di sana.. bukan malah jadi jagoan.. kamu itu perempuan.." Aku semakin tidak mengerti apa yang diucapkan papa. Apa karena kejadian tadi siang?
"Maksudnya apa pa? Sok jagoan bagaimana?" Tanyaku.
"Buat apa kamu berantem di sekolah? Buat apa kamu membully teman-teman kamu di sekolah? Itu tidak terpuji Kania.." Aku melongo dengan perkataan papa.
"Papa tau dari mana kalau Aku berantem?" Tanyaku.
"Tau darimana itu ga perlu. Yang jelas. kamu sudah membuat kesalahan Kania.. ingat, mereka itu anak orang.. jangan kamu bully.."
"Ya, ga bisa begitu dong pa.. Aku ga akan berantem kalau Aku tidak diusik. Mereka duluan yang mulai.. Aku yang dibully.. memangnya salah kalau Aku melakukan pembelaan?" Jawabku. papa pun diam setelah mendengar jawabanku. Kemudian berucap lagi.
"Tapi, ga perlu berantem juga binar.. Hindari saja mereka.. jangan diladeni.."
"Aku sebenarnya malas mau meladeni mereka pa.. karena terpaksa, ya Aku lawan aja mereka.. daripada Aku babak belur karena dikeroyok.. apa sekolah mau bertanggung jawab?" Papa hanya diam lagi. Aku sebenarnya malas untuk bahas ini. Tapi karena papa tidak mengerti.
Sebenarnya siapa yang telah melaporkan informasi palsu itu kepada papa. Apakan Ibu wali kelas yang melaporkannya? Tapi kalau Ibu wali kelas sepertinya tidak mungkin. Karena tadi kan Ibu wali kelas sudah tau sendiri siapa yang salah. Apa mungkin Pinky? Ah, rasanya tidak mungkin dia. Kenal aja baru tadi pagi. Apa mungkin ibu ya.. yang memberi tahu papa? Tapi ga mungkin juga lah ibu. Masak ibu tega memberikan informasi palsu?
Tapi ya, sudahlah.. biarin saja. Yang penting Aku sudah menjelaskan semuanya kepada papa. Semoga papa mengerti.
"Ya, sudah.. sekarang kamu kembali ke kamarmu. Jangan lupa belajar." Ujar papa akhirnya.
"Ok.. siap pa.." Aku pun langsung keluar daripada ruangan papa.
Aku tidak sengaja berpapasan dengan ibu. Hampir saja kami tabrakan. Kenapa ibu tiba-tiba berada di depan ruangan papa? Apa iya nguping pembicaraan kita?
"Aish.. Aku ga boleh suudzon pada ibu. Karena ibuku adalah Ibu yang baik."
Meskipun bukan Ibu kandung, tetapi iya baik padaku. Iya memperlakukanku seperti iya memperlakukan anak kandung sendiri. Ibu Maria adalah sosok ibu tiri idaman. Dulu, Aku sangat takut memiliki ibu tiri. Aku takut tentang Ibu tiri yang jahat. Seperti cerita teman-temanku dulu. Mendengar cerita mereka yang memiliki Ibu tiri sangatlah miris.
Tapi, survei membuktikan bahwa tidak semua Ibu tiri itu jahat. Kadang yang jahat adalah kita sendiri. Karena terlalu suudzon sama Ibu tiri.
Papaku sudah lama menikah dengan Ibu tiriku. Selama tinggal satu rumah dengan Ibu tiri, Iya belum pernah berbuat kasar padaku. Malah iya memberiku sebuah motivasi dan tentang keberanian. Jadi ga mungkin sekali bahwa Ibu tiriku memfitnahku di depan papa.
Malah, selama ini yang selalu menyalahkan Aku adalah papa. Malah papa yang mendesak ku harus mengikuti kemauannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments