Hari ini Graduation day di kampus Florencia kuliah digelar. Seluruh mahasiswa nampak bahagia dengan keberhasilan mereka menamatkan kuliah di kampus itu. Sebagian dari mereka ada yang berencana akan bekerja, adapula yang ingin melanjutkan ke jenjang magister atau S2. Florencia sendiri sudah memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya. Dia lebih memilih tetap tinggal di Amerika daripada harus pulang ke Jakarta dan ikut mengurus perusahaan milik almarhum papanya.
Bagi Florencia, lebih baik otaknya pusing memikirkan materi mata kuliah daripada pusing mengurusi bagaimana menjalankan perusahaan dan tetap mendapatkan keuntungan. Hidup Florencia tidak ingin dibuat pusing dengan hitungan untung rugi perusahaan, hingga ia selalu menghindar jika diminta untuk ikut membantu Gadis mengurus Bintang Departement Store yang sekitar tiga tahun ini dipimpin Gadis dengan bantuan Gagah.
"Selamat, Kak. Akhirnya jadi sarjana juga ..." Setelah acara wisuda selesai, Gadis memberikan ucapan selamat kepada Florencia atas keberhasilan sang kakak mendapat gelar Bachelor of Economy.
"Kamu juga yang semangat kuliahnya. Jangan pacaran melulu, biar tidak malu-maluin, masa CEO tidak punya gelar sarjana," sindir Florencia kemudian melirik ke arah Haikal yang juga ikut hadir dalam acara itu. Jika ada kesempatan ia memang sering mencuri pandang mengangumi ketampanan Haikal.
"Punya pacar itu jadi moodboaster, Kak. Bikin kita semangat menjalani hidup karena ada yang menemani, berbagi cerita. Makanya, Kak Flo buruan cari pacar, dong!" Setiap beradu argumen, Gadis selalu saja menyelipkan anjuran agar Florencia cepat mempunyai kekasih. Karena jika Florencia punya kekasih, kemungkinan Florencia cepat menikah akan lebih besar. Dan itu akan membuatnya tidak harus menunggu lama untuk menikah dengan Haikal.
"Ck, itu lagi, itu lagi yang dibahas." Florencia mengibas tangan ke udara. Dia bosan selalu disinggung tentang hal yang sama berulang-ulang. "Kita cari makan saja, yuk!" Mencoba menghentikan pembahasan soal urusan jodoh, Florencia mengajak adiknya, Farah dan juga Haikal untuk mencari restoran untuk mengisi perut mereka.
***
Malam harinya ketika Gadis dan Haikal pergi menikmati suasana malam hari kota New York, Farah justru memilih berbincang dari Florencia. Farah ingin membujuk putri sulungnya itu kembali ke Indonesia membantu mengurus perusahaan Papanya. Karena Florencia sudah memutuskan ingin menetap di New York dan melanjutkan program Magister.
"Flo, Mama berharap kamu mau pulang ke Jakarta, dan kita akan berkumpul kembali di sana." Tak henti Farah berusaha membujuk Florencia,
"Ma, Flo sudah bilang kalau Flo ingin melanjutkan kuliah di sini. Flo belum siap untuk mengurus perusahaan Papa," sanggah Florencia beralasan.
Sebenarnya Florencia tidak ingin satu kantor dengan Gagah, sebab ia masih belum menghilangkan rasa sukanya pada pria yang dulu menjadi orang kepercayaan Papanya.
"Lagipula di sana ada Gadis, ada Kak Gagah dan ada Haikal juga. Keberadaan aku di sana tidak akan berpengaruh. Tanpa aku pun perusahaan tetap mendapatkan kenaikan laba yang cukup signifikan." Florencia berkeras hati, tak ingin mengikuti apa yang diinginkan sang Mama.
"Tapi Mama ingin kamu juga ikut terlibat dalam pengurusan BDS, Flo. Mama tidak ingin dianggap pilih kasih karena hanya Gadis yang mempunyai jabatan penting dalam perusahaan Papa." Sebagai sebagai pemilik saham dan jabatan sebagai CEO, tentu saja uang yang diterima Gadis dari perusahaan sangat besar. Sementara Florencia hanya mendapatkan sebagian kecil dari keuntungan perusahaan, karena ia hanya berposisi sebagai pemilik saham.
"Aku tidak menganggap Mama pilih kasih. Malah enak aku, tidak kerja tapi tetap dapat uang tiap bulan." Florencia terkekeh.
Farah mendengus kasar. Terasa sulit baginya menaklukan anak sulungnya itu. Florencia memang tidak seperti Gadis yang lebih penurut terhadapnya. Banyak hal yang selalu bertentangan antara dirinya dengan Florencia. Bukan saja soal kuliah dan pekerjaan, tapi juga soal masalah calon pendamping hidup.
"Flo, Mama berharap kamu bisa berpikiran dewasa. Kamu tidak bisa hanya memikirkan tentang kesenangan dan kesenangan semata. Sudah saatnya kamu memikirkan tentang masa depan kamu. Apalagi kamu tinggal jauh dari Mama dan keluarga di Jakarta." Farah bangkit dari sofa. "Kamu telepon adikmu, Flo. Jangan terlalu malam pulangnya karena besok jadwal penerbangan pagi, biar tidak telat bangun." Farah kemudian melangkah meninggalkan Florencia menuju kamarnya dan menuntaskan percakapan mereka.
***
Mobil Florencia memasuki basement apartemennya setelah ia mengantar keluarganya yang akan kembali ke Indonesia ke bandara John F. Kennedy. Setelah turun dari mobil, ia berlari menuju arah lift sebab ia melihat pintu lift hampir tutup.
Florencia mendengus saat pintu lift itu benar-benar akan tertutup dan ia harus menunggu giliran selanjutnya karena lift yang lain sedang dalam perbaikan. Namun, tangan seseorang dari dalam lift menahan pintu, hingga pintu lift itu kembali terbuka.
Ketika pintu lift terbuka lebar, Gadis mendapati seorang pria tampan pemilik tangan kokoh yang tadi menahan pintu agar ia bisa ikut masuk ke dalam lift itu.
"Thank you ..." ucap Florencia, merasa perlu mengucapkan terima kasih atas batuan pria di dalam lift itu.
"It was not big deal," jawab pria itu dengan aksen Amerika latin yang begitu kental seraya mengibaskan tangannya. "Which floor?" tanyanya dengan tangan bergerak ke arah tombol angka lantai yang berjejer di sisi pintu lift.
"Fourth," sahut Florencia, "Thanks you ..." Florencia kembali berucap terima kasih sebab pria tadi menekan tombol angka empat yang ia tuju.
"You live here?" tanya pria itu.
"Ya ..." jawab Florencia dengan menganggukkan kepala.
"Daniel ..." Pria itu tiba-tiba mengulurkan tangan dan menyebutkan namanya mengajak berkenalan.
Florencia memperhatikan tangan kokoh pria berwajah tampan di sampingnya saat ini. Ini bukan pertama kali, entah sudah berapa puluh pria yang bertemu dengannya selalu mengajaknya berkenalan,
"I'am a good guy." Mendapati Florencia terlihat ragu menerima perkenalannya, Daniel pun mengatakan jika dia bukanlah pria jahat.
"Flo ..." Akhirnya Florencia pun menerima perkenalan dari Daniel dan menerima uluran tangan Daniel.
Ketika mereka saling berjabat tangan, tiba-tiba mereka merasakan guncangan dalam lift, bahkan lampu dalam lift pun berkedip, seperti ada masalah dengan lift yang membawa mereka.
"Astaghfirullahal adzim! Ya Allah ..." Florencia seketika panik bahkan ketika ia menyadari ada masalah dengan lift yang membawanya menuju lantai apartemennya berapa.
"O my God ...!" Sama seperti Florencia, Daniel pun tersentak ketika merasakan lift tiba-tiba mati. Dia pun langsung menekan tombol alarm dan menekan tombol panggilan untuk meminta pertolongan pada petugas.
"Somebody help us, We're stuck in an elevator!" Dengan nada tinggi Daniel berteriak berbicara melalui tombol bergambar telepon.
Sementara Florencia nampak syok. Dia merapat ke dinding lift bagian belakang. Tubuhnya gemetaran, dadanya sesak hingga membuatnya sulit untuk bernafas. Lututnya pun seketika terasa lemas hingga ia terduduk di lantai lift. Ini pengalaman terburuknya selama tinggal di apartemen itu.
*
*
*
Bersambung ....
Happy Reading ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
gia nasgia
Akhirnya pengganti Gagah hadir juga 😍
2024-12-07
0
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
wah cwo ganteng nya sudah nongol ini si Daniel
2024-02-16
1
Elisanoor
Asek bakal ada cinta beda agama ini, seru ke nya 😅
2023-12-01
2