Setelah mengangkhiri percakapan dengan Mamanya, Florencia mencoba menghubungi Gadis. Dia ingin meyakinkan agar adiknya tidak perlu merasa tidak enak hati apalagi sampai merasa bersalah, hanya karena Gadis ingin menikah lebih dulu darinya
Bagi Florencia, pernikahan Gadis nantinya justru membuat beban di pundaknya terlepas. Karena sang Mama sudah mendapatkan menantu, dan kemungkinan besar akan segera mendapatkan cucu. Setidaknya dirinya tidak terlalu dikejar-kejar untuk segera menikah, hingga ia bebas menikmati masa mudanya lebih lama.
Florencia mencari kontak telepon milik sang adik. Ketika ia sudah menemukan kontak Gadis, barulah ia menyambungkan panggilan telepon dengan adiknya yang ada di Jakarta.
"Halo, Assalamualaikum, Kak Flo." Suara Gadis terdengar di telinga ketika sambungan telepon mereka terhubung.
"Waalaikumsalam, sedang apa kamu, Dis? Sedang sama Haikal, ya?" tanya Florencia, mengira adiknya itu saat ini masih bersama sang kekasih, sebab Farah tadi menceritakan jika keluarga Haikal baru pulang dari sana. Tapi, dia menduga jika Haikal tidak langsung ikut pulang, karena di Jakarta saat ini adalah Malam minggu, dan jam belum menyentuh angka sepuluh malam.
"Aku baru masuk kamar, Kak." jawab Gadis.
"Cieee, yang baru didatengin calon mertua ... jadi kapan janur kuning akan melengkung di rumah, nih?" ledek Florencia menggoda Gadis sambil terkekeh.
"Kak Flo tahu dari mana?" Nada bicara Gadis terdengar terkejut saat Florencia menyindir soal kedatangan keluarga Haikal.
"Mama baru saja telepon aku," sahut Florencia, "Jadi kapan kalian akan menikah, Dis?" tanya Florencia kembali.
"Aku tunggu Kak Flo nikah dululah ..." jawab Gadis, seperti yang diceritakan oleh Farah tadi, jika Gadis tidak ingin melangkahi Florencia dalam urusan pernikahan.
"Ngapain tunggu aku nikah? Kalau kamu sudah siap nikah, nikah saja duluan. Kakak tidak masalah kalau kamu ingin mendahului Kakak, Dis!" Florencia mencoba menasehati Gadis agar jangan ragu jika memang sudah siap melepas masa lajang untuk mengarungi bahtera rumah tangga dengan Haikal. Karena saat ini usia Haikal sudah sangat matang. Dia justru khawatir Haikal merasa jenuh menunggu Gadis terlalu lama.
"Tidak, Kak. Pamali kalau aku duluan yang nikah. Kak Flo saja duluan, deh. Lagipula aku masih muda, baru dua puluh tahun." Namun, ternyata Gadis juga tidak mudah dipengaruhi oleh Florencia. Gadis tetap pada pendiriannya yang menghormati sang kakak dan akan menikah setelah kakaknya menikah.
"Kamu memang masih muda, tapi Haikal? Umur Haikal berapa sekarang? Dua puluh tujuh, kan? Kalau kamu tetap bersikukuh tunggu Kakak nikah, sementara Haikal didesak keluarganya untuk cepat-cepat menikah juga, yang ada kamu akan ditinggal Haikal, lho, Dis! Siapa tahu nanti Haikal cari cewek lain yang sudah siap dia ajak menikah." Florencia berusaha menakuti dan mempengaruhi adiknya agar Gadis berubah pikiran.
"Iiih, Kak Flo jahat banget, deh! Masa doainnya seperti itu!?" keluh Gadis memprotes sikap sang kakak, "Kak Flo saja yang cepat cari jodoh terus menikah. Jangan maksa aku nikah duluan." Gadis malah menyuruh kakaknya untuk segera mencari pasangan.
"Kalau yang menikahi Kak Gagah, Kakak tidak akan nolak." Florencia mengucapkan kalimat yang membuat sang adik langsung beristighfar.
"Astaghfirullahal adzim! Move on dong, Kak! Hari gini masih saja mengharapkan suami orang," sindir Gadis, menganggap Florencia belum bisa melupakan Gagah. Padahal Gagah sudah bahagia dengan istrinya. "Kak Gagah sudah bahagia, jangan diusik-usik, Kak. Apalagi sekarang Kak Airin sedang hamil lagi," sambungnya menceritakan soal rumah tangga Gagah.
"Tidak usah cerita soal itu, deh! Bikin badmood saja!" protes Florencia seraya memutar bola matanya.
"Lagian, Kak Flo pakai nyinggung soal Kak Gagah segala," balas Gadis menyalahkan Florencia yang lebih dahulu menyinggung soal Gagah.
"Kamu sendiri, kenapa buru-buru pacaran dulu?" Florencia tak mau kalah, ganti menyalahkan Gadis.
"Ketemu cowok ganteng dan baik, rajin ibadah pula, rugi banget kalau didiamkan saja. Daripada diambil orang, mending digaet duluan, deh." Dibarengi dengan tawa, Gadis beralasan.
"Oh ya, Dis. Nanti kamu temani Mama ke sini, ya! Kamu harus datang di acara wisuda Kakak bulan depan." Florencia berharap keluarganya bisa hadir di acara wisudanya nanti.
"Oke, Kak. Oh ya, Kak Flo mau lanjut kuliah Magister?" tanya Gadis kemudian.
"Hmmm ... entahlah, Dis. Mungkin nanti lanjut Magister, tapi Kakak akan istirahat dulu," sahut Florencia, merasa perlu mengistirahatkan otaknya beberapa waktu dari urusan perkuliahan.
"Kak Flo pulang saja ke Jakarta, bantu aku mengurus perusahaan Papa, Kak." bujuk Gadis. Gadis ingin Florencia juga ikut berperan serta dalam mengurus dan membesarkan perusahaan peninggalan almarhum Papa mereka. Sebab mereka hanya dua saudara wanita, tak ada laki-laki di keluarganya. Terpaksa mereka yang harus memegang tongkat estafet melanjutkan bisnis retail milik Papa mereka.
Florencia mendesah, dia belum berani terjun langsung mengurus perusahaan besar milik Sang Papa. Berbeda dengan Gadis yang sudah mulai terjun langsung bekerja di kantor BDS sejak usia tujuh belas tahun. Setidaknya, Gadis tidak hanya belajar secara teori saja, namun sudah menjalankan prakteknya hampir tiga tahun ini dengan bimbingan dan pengawasan Gagah.
"Kamu pikir mudah berada dalam satu kantor dengan Kak Gagah?" Florencia beralasan soal Gagah.
"Hmmm, aku biasa saja berada dalam satu kantor dengan Kak Gagah. Bahkan menyenangkan, kok. Kak Gagah banyak mengajariku banyak hal soal perusahaan," sahut Gadis mengomentari perkataan sang kakak.
"Kamu tidak menyimpan rasa suka pada Kak Gagah, makanya kamu bisa bicara seperti itu." Florencia membalas.
"Makanya Kak Flo move on, dong! Pria di dunia ini banyak, kok. Yang lebih dari Kak Gagah juga pasti banyak. Tapi, Kak Flo belum ketemu saja dengan orangnya." Gadis selalu menasehati Florencia. Meskipun usianya lebih muda dua tahun dari kakaknya, Gadis tak segan menasehati Florencia.
"Eh, kalau istri Kak Gagah itu punya adik cowok berapa orang, sih?" Tiba-tiba Florencia menanyakan soal adik ipar Gagah selain Haikal. Siapa tahu Haikal masih punya saudara laki-laki lain, pikirnya
"Kenapa memangnya tanya-tanya itu, Kak? Kak Haikal tidak punya saudara laki-laki lain. Kak Haikal hanya dua bersaudara dengan Kak Airin." Gadis menjelaskan seputar keluarga kekasihnya.
"Kamu tahu, Dis? Kalau saat itu Kakak yang bekerja di BDS, Haikal itu tidak mungkin jadi pacar kamu, tapi jadi pacar kakak. Hahaha ..." Florencia iseng meledek adiknya. Namun, ia juga sempat berpikir seperti itu. Mungkin jika saat itu dia yang mengambil alih pekerjaan di BDS, bukan tidak mungkin dia lah yang akan dekat dengan Haikal.
"Idiiiihhh, pede banget, sih, Kak!? Yang namanya jodoh itu tidak mungkin tertukar. Walaupun bukan aku yang kerja di BDS, belum tentu Kak Flo akan menjadi pacar Kak Haikal. Sebab, Tuhan itu sudah menggariskan kalau Kak Haikal itu jodoh milik aku!" tegas Gadis, sangat percaya diri jika Haikal dengan Florencia tidak mungkin berjodoh, sebab Haikal memang sengaja Tuhan kirimkan hanya untuknya.
*
*
*
Bersambung ...
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
gia nasgia
Jadi kepo dgn yg namanya Gagah 🤔
2024-12-07
0
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
hahaha
2024-02-16
0
👸 Naf 👸
Flo ga usah aneh² deh mikirmyaa, bener kata Gadis tuh jodoh ga akan tertukar, mending move on dr Gagah dan mulai buka hati buat pria lain
2023-11-26
0