"Memangnya apa yang sedang kami lakukan? Kami tidak melakukan apa-apa," jawab Laras yang berusaha agar tetap tenang.
"Kenapa kamu masih pura-pura tidak tahu. Lagipula mana ada maling ngaku, kalau ngaku penjara penuh!" pekik Ayumi dengan nada sombongnya.
"Aku memang tidak mengerti sungguh," tambah Laras. Ia merasa bingung dengan ulah Ayumi. Apa yang sebenarnya mereka tuduhkan.
"Ah kalian jangan bohong, kalian pasti sudah melakukan hal yang tidak-tidak kan?" tuduh salah seorang warga yang sebelumnya sudah Ayumi bayar untuk memfitnah Laras.
"Tidak, itu semua tidak benar. Semua itu fitnah!" pekik Laras.
"Iya benar, kami memang tidak melakukan apa-apa. Laras sejak tafi berada di dapur melakukan pekerjaannya, sedangkan aku sejak tadi duduk diteras meminum kopi," tambah Raka.
"Ah itu hanya alasan kalian saja! Mereka tidak akan mengaku!."
Lagi-lagi Ayumi memfitnah Raka dan Laras. Namun mereka berdua tidak mengerti dan tidak merasa melakukan apa-apa. Akan tetapi Ayumi dan beberapa orang yang dibawanya terus menyudutkan mereka berdua.
Tak berapa lama kepala desa datang karena mendapatkan laporan dari warga. Tanpa mendengar penjelasan dari Laras dan Raka ia pun menuruti apa yang dikatakan anaknya. Ditambah beberapa orang yang terus saja memprovokasi membuat suasana semakin panas.
Laras mulai merasa bingung dan takut. Laras dan Raka hanya saling memandang satu sama lain.
"Sekarang begini, bagaimana kalau kita nikahkan saja mereka berdua. Sudah beberapa hari pria ini berada disini, mereka pasti sudah melakukan hal yang tidak-tidak," celetuk salah seorang warga.
"Benar itu benar. Kita tidak ingin jika kampung kita terkena sial hanya karena ulah mereka berdua!" tambah salah seorang warga.
"Betul itu betul,aku juga setuju!" tambah Ayumi.
Beberapa warga pun bersorak agar mereka berdua segera dinikahkan. Sementara Ayumi merasa sangat puas melihat Laras yang terus saja menangis karena kejadian ini.
"Apa yang kalian katakan, kami tidak pernah melakukan hal seperti yang kalian tuduhkan," lirih Larasati sambil terisak.
"Benar, kami tidak pernah berbuat yang macam-macam. Bahkan besok aku juga akan segera pergi dari sini," timpal Raka.
"Tidak bisa, kamu tidak bisa pergi begitu saja dari sini. Kalian harus dinikahkan secara paksa." tegas Ayumi.
"Tidak, aku tidak mau menikah. Apa yang sudah kalian bicarakan. Kalian sungguh tidak masuk akal," ucap Laras lagi.
"Ayo segera bawa mereka ke penghulu, kita nikahkan mereka secara paksa!"
Larasati terus saja menangis. Dia merasa sangat sedih karena orang-orang terus saja memfitnahnya.
"Ibu dimana, tolong Laras," gumam batin Laras.
Sementara orang-orang langsung membawa Laras dan juga Raka menuju balai desa. Mereka berdua dibawa dengan paksa untuk melakukan pernikahan. Raka yang tidak bisa berbuat apa-apa juga hanya bisa pasrah atas perlakuan para warga terhadapnya.
Laras juga hanya bisa menangis dan tidak bisa berbuat apa-apa. Meski ia memohon tapi tidak ada yang menghiraukannya.
"Aku mohon, tolong jangan seperti ini. Aku tidak seperti apa yang kalian pikirkan," lirih Laras. Tangannya diringkus seperti orang yang akan diadili. Begitupun dengan Raka, ia mendapatkan perlakuan yang sama.
"Tolong hentikan, ini semua tidak benar. Ini semua tidak seperti yang kalian pikirkan," tegas Raka.
Akan tetapi semua warga juga tidak ada yang menggubrisnya. Mereka tidak mau tahu dengan apa yang dikatakan Laras dan juga Raka. Setengah jam kemudian tibalah mereka dibalai desa.
Laras dan Raka diseret dan mereka dinikahkan secara paksa. Laras hanya bisa menangis saat semua ini terjadi. Sedangkan Ayumi tertawa jahat karena rencananya berjalan lancar.
"Hahaha ini yang aku tunggu-tunggu Laras. Aku memang ini membuatmu menderita," gumam batin Ayumi.
Kepala desa, pak penghulu dan warga segera menyelesaikan ritual pernikahan sebagaimana mestinya.
"Bagaimana para saksi sah?" ujar pak penghulu.
"Sah.." jawab semua warga serempak.
Setelah pernikahan itu terjadi semua warga membubarkan diri. Termasuk Ayumi yang merasa sangat bahagia karena memang inilah yang dia inginkan. Ayumi memang ingin membuat Laras sedih.
Tak berapa lama Ayumi, kepala desa dan yang lainnya pergi meninggalkan Laras dan Raka. Raka yang melihat keadaan Laras merasa tidak tega. Dia merasa bingung harus berbuat apa.
Raka mencoba mengambil nafas panjang. Ia berusaha menenangkan dirinya. Kini ia harus mencoba menghibur Laras.
"Sudahlah Laras jangan menangis terus, mungkin ini semua memang takdir kita ," ucap Raka sambil memegang pundak Laras disampingnya.
"Aku tahu tapi aku tidak mau menikah secara paksa seperti ini," lirih Laras sambil mengusap air mata yang terus saja mengalir dipipinya.
"Aku juga tahu, tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa. Sekarang kamu jangan nangis lagi ya," ucap Raka yang segera menghapus air mata Laras.
"Aku akan mencintaimu dan menyanyagimu Laras," tambahnya.
"Tapi kita kan tidak saling mencintai, bagaimana kamu akan menyanyangiku?" tanya Laras sambil menautkan kedua halisnya.
"Sebenarnya sudah sejak awal aku menyukaimu Laras. Kamu begitu cantik dan juga penyanyang. Kamu juga begitu perhatian Laras," tambah Raka.
"Ah kamu bisa saja," ucap Laras yang tersipu malu hingga pipinya memerah. Mendengar penuturan Raka membuat Laras merasa lega. Ia tidak pernah mengira jika Raka akan mengatakan semua itu. Padahal Laras juga merasakan hal yang sama. Ya Laras mulai menyukai Raka saat pertama kali mereka bertemu.
Kejadian ini membuat mereka sadar satu sama lain jika mereka memang saling mencintai. Meski awalnya Laras merasa sakit hati karena ini semua memang sebuah fitnah. Tapi kini ia hanya bisa pasrah, menerima semua kenyataan hidup.
Setelah saling berbicara akhirnya mereka berdua segera pulang. Akan tetapi setibanya dirumah Laras merasa terkejut karena ibunya sudah berada dirumah.
"Laras, Raka darimana saja kalian berdua? Apa yang sebenarnya sudah terjadi?" tanya Bu Ayu yang melihat putrinya sayu karena terus saja menangis.
"Begini bu, biar saya jelaskan didalam rumah. Sebaiknya kita masuk dulu, ibu istirahat dulu," jawab Raka yang mencoba bersikap tenang dan masuk ke dalam rumah.
Bu Ayu yang merasa lelah pun segera masuk ke dalam rumah. Bu Ayu segera mendengar penjelasan Raka.
"Apa? Jadi semua itu karena memang ulah Ayumi!" geram Bu Ayu yang merasa sangat tidak suka saat mengetahui yang sebenarnya.
"Seenaknya saja mereka menikahkan kalian berdua seperti ini hah! Awas saja akan ibu buat perhitungan dengan mereka semua!" tambah Bu Ayu.
"Sudahlah bu, biarkan saja mereka. Mungkin ini semua sudah menjadi takdir kami," timpal Laras sedih.
"Tapi nak, walau bagaimanapun ibu tidak rela kamu diperlakukan seperti ini!"
Sebagai seorang ibu tentu saja mendengar cerita itu membuat Bu Ayu merasa sangat sedih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments