4. Sekolah? Atau Menjadi Sampah.

"Apa yang mendorong bu Mina menembak pak Jonie hingga empat kali? Itu sangat kejam Bu," tanya penyidik menatap Mina yang duduk dengan raut sendu dihadapannya.

Mina terdiam sejenak, mengambil nafas berat yang menghimpit dalam dadanya sebelum memberi jawaban atas pertanyaan pak polisi. Sementara Yani dan Ludfie, sang ketua RT duduk dengan tenang ikut mendengarkan, karena keduanya diminta oleh Mina untuk menemaninya selama pemeriksaan itu berlangsung, tanpa diperkenankan berkata apapun.

"Pistol yang saya gunakan menembak mas Jonie, adalah pistol miliknya, yang sering ia todongkan pada saya Pak."

"Ibu tahu, dari mana mendiang pak Jonie mendapatkan pistol itu?"

Mina menggeleng. "Saya tidak tau Pak." sahut Mina pelan.

"Subuh itu, setelah Shera saya suruh pergi dari rumah, mas Jonie murka. Dia memukul, menendang, dan membenturkan kepala saya kedinding hingga beberapa kali, lalu menyeret saya menuju dapur. Disana, saya melihatnya meraih pisau dapur."

"Saya mengambil sapu, dan sekuat tenaga memukulkan gagang sapu ke tangan mas Jonie hingga pisau dapur itu terlepas dari tangannya. Melihat mas Jonie kesakitan mèmegangi tangannya, dengan segenap tanaga yang tersisa, saya buru-buru berlari kedalam kamar, dimana Tio dan Noya masih tertidur."

"Saya ketakutan, saat mas Jonie menggedor-gedor pintu kamar kami. Saya tiba-tiba teringat pistol yang sering ia gunakan untuk mengancam saya bila tidak melakukan apa yang ia inginkan."

"Tanpa pikir panjang, setelah menemukan pistol itu, saya langsung memegang pelatuknya dan mengarahkan kepintu. Karena, bila bukan saya yang mati, mas Jonie-lah yang harus mati."

Sambil mendengarkan keterangan Mina, polisi itu terus mengetikan apa yang ia dengar. Bisingnya suara mesin ketik merek 'brother' itu tidak membuat Mina kehilangan konsentrasinya dalam memberi keterangan.

"Lalu, kenapa ibu Mina begitu tega, sampai-sampai membantu suami mengikat putri kandung Ibu yang bernama Shera, anak dari mendiang suami pertama ibu?"

Mina kembali mengambil napas dalam, berasa berat dan begitu sesak.

"Itulah kesalahan terbesar saya Pak polisi. Tapi saya benar-benar tidak tahu harus melakukan apa, saya terpaksa," Mina menangis penuh penyesalan.

"Malam itu, itu kali kedua mas Jonie meniduri Shera setelah beberapa minggu lalu." ungkap Mina masih menangis.

"Mas Jonie menenggelamkan Noya, putri saya yang berumur 3 tahun kedalam bak kamar mandi kami. Sebelumnya ia menenggelamkan Tio kedalam gentong yang ada didapur, karena Tio terus berontak akhirnya gentongnya rebah hingga airnya membanjiri dapur."

"Saya tidak tega melihat anak-anak balita saya yang tidak berdaya diperlakukan ayahnya serupa itu, jadi saya terpaksa--,walau harus mengorbankan putri sulung saya yang baru berumur 14 tahun itu," Mina terus menangis sepanjang menerangkan kejadian yang sangat menyakitkan itu.

"Apa ada penyesalan dihati ibu Mina setelah menembak mendiang pak Jonie hingga membuat suami ibu Mina itu meninggal dunia?" tanya pak polisi itu lagi.

"Tidak! Saya tidak menyesal! Saya justeru menyesal, kenapa saya tidak menembaknya dari dulu, sebelum ia merenggut kegadisan putri saya!" lantang Mina dengan wajah berapi-api.

...🍓🍓🍓...

"Saya tidak tahu, kalau bibi adalah tetangga Shera," Fhilip mendudukan dirinya di kursi tamu berbahan kayu rotan, begitu dirinya dan pak Jonggon dipersilahkan masuk. Memang sudah 4 hari ini Yani tidak masuk berkerja di rumah orang tua Fhilip, dengan alasan keperluan keluarga.

Memang tidak banyak yang tahu kasus yang menimpa Shera, karena hanya dimuat di koran-koran lokal, dan hanya menggunakan inisial huruf nama depan dan tanpa foto, mengingat ini kasus pembunuhan, dan pemerkaosan anak dibawah umur, supaya tidak membuat anak yang menjadi korban merasa malu.

"Maaf tuan muda, saya tidak berterus terang, walau saya tahu tuan muda satu sekolah bahkan satu kelas dengan nak Shera, nak Shera yang melarangnya, dia malu," terang Yani, sembari mempersilahkan anak sang majikan dan sopirnya minum.

"Dua hari yang lalu saya hendak kemari, setelah mendengar semua yang terjadi pada Shera, tapi pak ketua RT mengatakan kalau Bibi sedang ke rumah sakit, menemani Shera visum," Fhilip menatap asisten rumah tangga keluarganya itu.

"Iya tuan muda, itu benar. Pihak kepolisian yang menangani kasus ini memintanya. Dan tadi pagi, saya dan pak ketua RT membawa anak-anak ibu Mina ke dinas sosial, karena tidak ada satupun pihak keluarga yang mau menampung anak-anak dari ibu Mina selama dirinya dipenjara dengan alasan ekonomi."

"Termasuk Shera?" tanya Fhilip memastikan.

"Anak itu tidak mau, dia lebih memilih ikut dengan saya. Katanya ingin membantu mencarikan biaya untuk menebus adik-adiknya yang dititipkan di panti asuhan. Setelah ayah kandungnya meninggal, nak Shera memang sering membantu ibunya menjajakan kue para tetangga. Tapi--, dia tidak mau bersekolah lagi," Yani menunjukan raut sedihnya diakhir kalimatnya.

"Sekarang Shera dimana?"

"Didapur, Tuan muda."

"Apa-, apa boleh saya bertemu dengannya?" pinta Fhilip sedikit ragu. "Saya kemari karena diminta oleh ibu Karunia dan Bapak kepala sekolah. Karena 4 hari ini Shera tidak masuk tanpa keterangan, dan terancam dikeluarkan dari sekolah." lanjutnya.

"Silahkan Tuan muda, saya akan antar ke belakang," Yani bangkit dari duduknya.

"Tidak perlu Bibi, saya ingin bicara empat mata dengannya,"cegah Fhilip sembari ikut berdiri.

"Tapi..." Yani nampak khawatir, ia ragu membiarkan anak majikannya itu menemui Shera seorang diri.

"Tapi kenapa Bi," Fhilip menangkap raut keraguan dari asisten rumah tangganya itu.

"Nak Shera , dia--, dia sekarang agak kasar bila bicara dengan seseorang, saya khawatir nanti dia bersikap kasar pada Tuan muda,, walau Tuan muda temannya. Mungkin saja karena apa yang telah menimpanya," ungkap Yani, masih dengan mode khawatirnya. Karena sempat beberapa kali ia melihat Shera bersikap kasar pada polisi ataupun dokter yang menanyai hal-hal yang terlalu pribadi padanya.

"Saya sudah terbiasa diperlakukan kasar oleh Shera di sekolah Bi."

Yani seketika membekap mulutnya dengan kedua tangannya, tidak percaya pada apa yang ia dengar. Bagaimana mungkin anak seperti Shera yang selalu patuh pada ibunya dan terkenal baik dilingkungan mereka memiliki sikap kasar di sekolah.

"Bibi tunggu disini saja bersama pak Jonggon, saya hanya sebentar, hanya menyampaikan pesan dari ibu Karunia dan Bapak kepala sekolah saja," setelah mengatakan itu, Fhilip melangkah menuju dapur, menyibak kain gorden didepannya.

Langkah Fhilip terhenti didekat meja makan, saat melihat Shera memberi tatapan tidak bersahabatnya. Remaja perempuan itu berdiri diambang pintu menuju pekarangan samping sambil menenteng dua ember besar berisi air yang ia ambil dari kolam samping rumah.

"Ngapain kesini?" ketus Shera sambil meletakan ember yang terasa berat.

"Hanya ingin memberikan ini," Fhilip menunjukkan amplop putih yang ia keluarkan dari ranselnya.

"Apa itu?" tanya Shera dengan raut tak berminat, melihat amplop yang masih dipegang Fhilip.

"Surat peringatan dari guru wali kelas dan Bapak kepala sekolah. Bila besok kamu masih tidak ke sekolah, sekolah akan mengeluarkanmu dari daftar murid SMP Negeri 2 Mulawarman."

Shera mendengus.

"Aku sudah tidak berminat sekolah lagi, jadi tidak perlu repot-repot memberi surat seperti itu."

Fhilip melangkah maju, mendekati Shera yang masih berdiri diambang pintu, diantara dua ember berisi air kolam.

"Apa yang bisa kau harapkan dalam hidup ini bila tidak memiliki ijazah? Tetap mau jadi orang miskin yang melarat seperti sekarang ini? Tanpa sanak saudara yang perduli? Ibumu di penjara, dan adik-adikmu dititipkan dipanti asuhan? Padahal kau masih bisa berjuang mengubah nasib? Jangan bodoh Shera. Meratapi nasib tidak akan membuat hidupmu lebih baik. Jangankan menebus adik-adikmu dari panti asuhan, membiayai hidupmu sendiri saja kamu tidak akan mampu bila kamu tidak mau sekolah."

Shera mengatup bibirnya, hanya bola matanya yang memerah, menahan agar air matanya tidak keluar, mengingat nasib malang yang menimpanya, ibu, dan adik-adiknya. Dan sekarang, ia bahkan menjadi beban tante Yani, teman ibunya, tanpa ada hubungan darah.

"Kamu tidak punya pilihan selain sekolah, Shera. Kamu beruntung tidak membayar sekolah seperti murid-murid lainnya. Gunakan beasiswa prestasimu dengan baik. Ingat, kesempatan baikmu bersekolah seperti sekarang ini belum tentu datang dua kali."

"Kalau kamu tidak datang ke sekolah besok, itu artinya kau menyia-nyiakan perjuanganmu selama ini. Bersiaplah, kau akan menjadi salah satu sampah masyarakat di negeri ini," Fhilip meraih tangan Shera dengan paksa dan meletakan surat peringatan yang ia pegang sejak tadi ke telapak tangan remaja perempuan itu, lalu berbalik dan pergi tanpa bicara apapun lagi.

Bersambung...👉

Terpopuler

Comments

Aprilia

Aprilia

Bagus bgt thor ceritanya😍

2024-01-01

1

Syhr Syhr

Syhr Syhr

Fhilip seketika dewasa. Keren kamu fhilip

2023-12-28

2

Syhr Syhr

Syhr Syhr

Mantab. Setelah itu jangan kawin lagi, ya bu

2023-12-28

1

lihat semua
Episodes
1 1. Aku, Shera
2 2. Lepasin Aku Om
3 3. Ke Rumah Shera
4 4. Sekolah? Atau Menjadi Sampah.
5 5. Jangan Ge-er!
6 6. Mual Dan Muntah
7 7. Aku Hamil
8 8. Keguguran
9 9. Berkerjalah Padaku
10 10. Pria Dewasa Berseragam SMP
11 11. Pekerjaan Baru
12 12. Bukan Budak
13 13. Panti Asuhan
14 14. Di Balikpapan
15 15. Berselancar Di Tengah Lautan
16 16. Menjaga Kamu Seperti Pria Dewasa
17 17. Aku Pegang Janji-mu
18 18. Dua Berandalan Kecil
19 19. Kecupan Maura
20 20. Rencana ke Jerman
21 21. Shera, Dia Wanitaku
22 22. Satu Kartu Keluarga Yang Sama
23 23. Hadiah Ulang Tahun.
24 24. Terulang Lagi
25 25. Ikatan Batin Fhilip-Shera
26 26. Bertamu
27 27. Pernyataan Andrew
28 28. Cinta Tidak Merampas Apalagi Merusak
29 29. Ide Arsoni
30 30. Throne, Wealth, and Love
31 31. Di Rumah Sakit Jiwa
32 32. Ketahuan
33 33. Rencana Pernikahan
34 34. Tragedi
35 35. Di Kamar Hotel
36 36. Berita Duka
37 37. Keras Kepala
38 38. Menjahit Mulut Yang Suka Berbicara Asal.
39 39. Shamuel Sebagai Pengganti
40 40. Dia Bukan Pria Satu-Satunya
41 41. Tiba-Tiba Muncul
42 42. Mencemaskan-mu
43 43. Cemburu
44 44. Marry Me
45 45. Terhalang Restu
46 46. Keputusan Besar
47 47. Berpamitan
48 48. Shamuel Atau Cek
49 49. Amarah Fhilip
50 50. Menyesal?
51 51. Fhilip Sadar
52 52. Marah
53 53. Mencintai Dengan Cara Yang Berbeda
54 54. Di Klinik
55 55. Kebahagiaan Maria vs Kesedihan Miere
56 56. Menginap
57 57. Cemas & Panik Melanda
58 58. Melahirkan
59 59. Andreas Danson
60 60. Kostum Bayi
61 61. Menggigit Karena Jijik
62 62. Kepedulian Maria
63 63. Mendapatkan Kabar Calon Menantu
64 64. Kesepakatan Dengan Pria Kecil
65 65. Masih Menunggu Restu
66 66. Panggil aku, Sayang
67 67. Kembali
68 68. Tamu
69 69. Permohonan Bernard
70 70. ART-mu Itu Genit
71 71. Aku Cemburu
72 72. Kakak Paling Baik
73 73. Masih Sebatas Harapan
74 74. Di Klinik
75 75. Bayi Nakal
76 76. Aku Bukan Monster
77 77. Pengakuan Miere
78 78. Pasti Gara-Gara Kamu
79 79. Apa Karena Shamuel?
80 80. Ingin Hidup 1000 Tahun Lagi
81 81. Obrolan Berat
82 82. Saya Tidak Bisa
83 83. I'm Really Late
84 84. Bertemu Ibu
85 85. Geram Yang Mereda
86 86. Misi Khusus
87 87. Sang Mentor Bocil
88 88. Pemberkatan Nikah
89 89. Om Pacar
90 90. The End
Episodes

Updated 90 Episodes

1
1. Aku, Shera
2
2. Lepasin Aku Om
3
3. Ke Rumah Shera
4
4. Sekolah? Atau Menjadi Sampah.
5
5. Jangan Ge-er!
6
6. Mual Dan Muntah
7
7. Aku Hamil
8
8. Keguguran
9
9. Berkerjalah Padaku
10
10. Pria Dewasa Berseragam SMP
11
11. Pekerjaan Baru
12
12. Bukan Budak
13
13. Panti Asuhan
14
14. Di Balikpapan
15
15. Berselancar Di Tengah Lautan
16
16. Menjaga Kamu Seperti Pria Dewasa
17
17. Aku Pegang Janji-mu
18
18. Dua Berandalan Kecil
19
19. Kecupan Maura
20
20. Rencana ke Jerman
21
21. Shera, Dia Wanitaku
22
22. Satu Kartu Keluarga Yang Sama
23
23. Hadiah Ulang Tahun.
24
24. Terulang Lagi
25
25. Ikatan Batin Fhilip-Shera
26
26. Bertamu
27
27. Pernyataan Andrew
28
28. Cinta Tidak Merampas Apalagi Merusak
29
29. Ide Arsoni
30
30. Throne, Wealth, and Love
31
31. Di Rumah Sakit Jiwa
32
32. Ketahuan
33
33. Rencana Pernikahan
34
34. Tragedi
35
35. Di Kamar Hotel
36
36. Berita Duka
37
37. Keras Kepala
38
38. Menjahit Mulut Yang Suka Berbicara Asal.
39
39. Shamuel Sebagai Pengganti
40
40. Dia Bukan Pria Satu-Satunya
41
41. Tiba-Tiba Muncul
42
42. Mencemaskan-mu
43
43. Cemburu
44
44. Marry Me
45
45. Terhalang Restu
46
46. Keputusan Besar
47
47. Berpamitan
48
48. Shamuel Atau Cek
49
49. Amarah Fhilip
50
50. Menyesal?
51
51. Fhilip Sadar
52
52. Marah
53
53. Mencintai Dengan Cara Yang Berbeda
54
54. Di Klinik
55
55. Kebahagiaan Maria vs Kesedihan Miere
56
56. Menginap
57
57. Cemas & Panik Melanda
58
58. Melahirkan
59
59. Andreas Danson
60
60. Kostum Bayi
61
61. Menggigit Karena Jijik
62
62. Kepedulian Maria
63
63. Mendapatkan Kabar Calon Menantu
64
64. Kesepakatan Dengan Pria Kecil
65
65. Masih Menunggu Restu
66
66. Panggil aku, Sayang
67
67. Kembali
68
68. Tamu
69
69. Permohonan Bernard
70
70. ART-mu Itu Genit
71
71. Aku Cemburu
72
72. Kakak Paling Baik
73
73. Masih Sebatas Harapan
74
74. Di Klinik
75
75. Bayi Nakal
76
76. Aku Bukan Monster
77
77. Pengakuan Miere
78
78. Pasti Gara-Gara Kamu
79
79. Apa Karena Shamuel?
80
80. Ingin Hidup 1000 Tahun Lagi
81
81. Obrolan Berat
82
82. Saya Tidak Bisa
83
83. I'm Really Late
84
84. Bertemu Ibu
85
85. Geram Yang Mereda
86
86. Misi Khusus
87
87. Sang Mentor Bocil
88
88. Pemberkatan Nikah
89
89. Om Pacar
90
90. The End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!