"Tolong Bu! Lepasin Shera Bu! Shera Takut!" raung gadis berusia 14 tahun itu. Ia meronta begitu hebatnya, berusaha melepaskan diri dari sergapan ibu kandung dan ayah tirinya.
"Pegang yang kuat perempuan BODOH!" Apa kau mau aku menganiaya kedua anakmu itu lagi? Hah!" bentak Jonie pada isterinya.
Mina terpaksa patuh sambil menangis. Sebagai ibu, ia merasa sangat berdosa karena tidak dapat melindungi darah dagingnya sendiri dari nafsu biadab suami keduanya.
"Jangan ikat Shera Bu, Tolong jangan ikat Shera! Shera takut!" tangis gadis belia itu semakin nyaring, ia memohon dengan air mata berlinang. Tubuhnya gemetar hebat, membayangkan hal buruk yang akan menimpanya lagi.
"Sekarang kau pergi dari sini! Aku akan bersenang-senang dulu." usir Jonie mendorong kasar tubuh Mina, setelah isterinya itu berhasil membantu dirinya mengikat kaki dan tangan Shera pada ke-empat sudut dipan kayu yang beralaskan kasur kapuk, hingga posisi tubuh gadis belia itu membentuk huruf X bila dilihat dari tampak atas.
"Tapi Mas. Bukankah kau telah berjanji setelah hari itu tidak akan melakukan ini lagi pada Shera?" Mina menangis tersedu, hatinya begitu hancur mendengar lolongan memilukan putri sulungnya yang menangis ketakutan, sama seperti kejadian beberapa minggu yang lalu.
"Janji? Lupakan! Aku tidak berkewajiban menepati janji pada perempuan bodoh sepertimu! Pergi!" usir Jonie. Pria itu kembali mendorong tubuh Mina dengan kasar, hingga tubuh kurus itu terjerembab menghantam dinding kamar.
"Akh!" Mina meringis kesakitan, ia mengusap dahinya yang terasa nyeri karena terbentur pada dinding kamar, ada cairan berbau amis keluar dari sana.
"Ibu!!!" Tio dan Noya berlari memeluk ibunya, kedua balita itu ikut menangis ketakutan melihat cairan merah merembes dari dahi ibunya.
"Mas Jonie." Mina merayap dan kembali beringsut mendekati suaminya, sementara kedua balita itu ikut merangkak dibelakang sang ibu.
"Aku mohon jangan lakukan itu pada Shera lagi. Aku mohon Mas," Mina bergelayut dikaki Jonie, laki-laki itu kembali mendorong sambil menendangnya kasar.
"Pergi sana! Bawa dua bocah yang merepotkan ini dari sini!" Jonie menenteng Tio dan Noya pada kerah baju bagian belakang keduanya dan membawanya keluar dari kamar dengan kasar.
"Sakit Ayah! Leher Tio sakit!" anak laki-laki berusia 4 tahun itu menjerit kesakitan sambil menahan kerah baju bagian depannya yang seakan mencekik leher kecilnya akibat tentengan sang ayah.
Sedangkan Noya, gadis kecil berusia 3 tahun itu hanya bisa menangis ketakutan sambil memegangi leher bajunya, sambil terbatuk-batuk dengan napas megap-megap.
"Jangan sakiti mereka Mas! Mereka masih kecil! Mereka itu darah dagingmu Mas!" Mina mengejar suaminya, berusaha merebut kedua balitanya sambil terus menangis.
"Bawa mereka! Jangan ganggu aku!" Jonie melempar kedua balita itu bak boneka tak bernyawa kearah Mina, dengan cekatan perempuan itu menangkap kedua balitanya supaya tidak jatuh bebas menggelinding kelantai.
BRUAK!!!
Mina terkaget, begitu juga dua balitanya yang terus menangis dengan suara nyaring. Ketiganya menatap pintu kamar yang telah dibanting paksa oleh Jonie.
"Om! Shera mohon, jangan lakukan itu pada Shera lagi! Shera nggak mau! Shera takut!" gadis itu masih meraung-raung ketakutan diatas kasur kapuk, menghiba dengan tubuh yang gemetar melihat Jonie mulai menanggalkan pakaiannya sendiri satu persatu.
Dengan tubuh bu gilnya, Jonie mendekat sambil memainkan gunting ditangannya. Seringai laki-laki itu sangat menyeramkan pada pemandangan Shera yang semakin ketakutan.
"Shera mohon Om! Jangan sakiti Shera lagi," gadis itu terus menghiba pilu dengan airmatanya yang menganak sungai. Ia berusaha melepaskan kain pengikat pergelangaan kaki dan tangannya, namun tidak membuahkan hasil karena ikatannya terlalu kuat.
"Tidak Sayang, Om tidak akan menyakitimu," laki-laki gempal itu semakin mendekat, menciptakan rasa takut yang teramat sangat pada Shera yang makin gemetar.
"Om bahkan akan membawamu terbang ke awan-awan, menikmati nikmatnya surga dunia ini, kek-kek-kek-kek-kek," tawanya.
Besi penggunting di tangan Jonie mulai melakukan tugasnya, menggunting pakaian tidur bagian atas Shera, tidak perduli pada tangis gadis itu yang memohon belas kasihannya.
Mata laki-laki itu membelalak lebar penuh binar, memandangi dua daging kenyal montok yang begitu memukau walau ukurannya belum terlalu besar.
Melihatnya saja, sudah membuat kejantanannya mengacung tegak dibawah sana. Pria itu menjilat bibirnya sendiri, merasakan hasrat yang perlahan membuat kewarasannya menghilang.
"Om jangan, Om," Shera terus menangis saat gunting besi itu kembali menggunting pakaian bagian bawahnya.
Jonie menelan salivanya dengan mata makin membelalak, memandang penuh hasrat pada pemandangan dihadapannya.
Bibir tebal dan hitam milik Laki-laki itu segera menyambar bibir mungil Shera. Merasa jijik, dengan sekuat tenaga Shera menggigitnya.
"Awhh! Owh sial!" Joni memegang bibirnya yang berdarah akibat gigitan Shera.
PLAK! PLAK!
Dengan marah Jonie menampar pipi kiri dan kanan Shera hingga meninggalkan jejak lebam dan sudut bibir gadis itu sedikit pecah dan mengeluarkan cairan merah.
"Kau akan membayar perbuatanmu padaku gadis kecil!"
"Om, jangan Om. Jangan lakukan ini," suara gadis itu semakin serak. Jonie tidak perduli, ia mulai menghujamkan miliknya yang mengacung tanpa ampun.
"Akh! Sakiiiiiiiiiit! Sakiiiiiiiiit!" Shera meraung histeris, dan menggelinjang hebat. Rasa sakit yang luar biasa itu membuatnya meronta, berusaha melepaskan diri walau ia tahu itu tidaklah mungkin.
Di luar kamar, Mina menangis pilu sambil memeluk dua buah hatinya. Suara teriakan kesakitan Shera didalam kamar membuat dua balita itu ikut menangis ketakutan.
"Shera, sayang. Maafkan Ibu yang tidak bisa melindungimu. Kalau saja Ayahmu masih hidup, kau tidak akan mengalami nasib buruk seperti ini, Nak," Mina terus meratap, merasa hidup ini terlalu berat dan takdir ini terlalu kejam pada dirinya dan anak-anaknya.
Lima tahun yang lalu, Asnan, ayah Shera, meninggal karena sakit, saat Shera berusia 10 tahun.
Jonie, seorang security perusahaan minyak, datang dengan segala kebaikannya sehingga membuat Mina membuka hati dan bersedia menikah hingga dikarunia dua buah hati, Tio dan Noya.
...🍓🍓🍓...
"Shera, cepat bangun!" Mina membangunkan putrinya, tangannya dengan cekatan membuka kain pengikat tangan dan kaki putrinya. Sejak semalam gadis itu sebenarnya tidak tidur, ia hanya memejamkan matanya saja, menahan rasa sakit pada bagian inti dan seluruh tubuhnya yang lain.
Shera memandang sendu pada ibunya, sorot matanya yang sembab, telah kehilangan sinarnya, ia merasa hidupnya sudah tidak ada artinya lagi.
"Cepat bangkit Shera, sebelum laki-laki bajingan itu bangun." Mina menarik paksa tangan putrinya dengan maksud membantunya bangun.
Shera berusaha bangkit dengan susah payah.
"Cepat! Pakai ini." Mina membantu Shera mengenakan pakaian yang dibawanya untuk menutupi tubuh polos putrinya.
"Shera, kamu harus pergi dari sini. Ibu tidak bisa melindungimu dari kebejatan ayah tirimu, Nak." Mina menarik tangan putrinya menuju pintu belakang rumahnya.
"Tapi Bu--"
"Kau harus pergi dari rumah ini sekarang juga Shera, Ibu tidak mau kau disakiti pria bejat itu lagi. Ini tas mu Nak," Mina memberikan tas jinjing berisi beberapa pakaian putrinya itu yang telah ia persiapkan sebelumnya.
"Jangan pikirkan ibu dan adik-adikmu. Pergilah kerumah tante Yani. Cepat Shera! Jangan pernah kembali lagi kemari, apapun yang terjadi, karena ayah tirimu bisa berlaku bejat lagi padamu." Mina mendorong paksa punggung Shera, anak gadis itu terpaksa mengikuti arahan ibunya.
Mina melepaskan kepergian Shera dengan perasaannya yang sedih dan hancur. Air matanya terus berderai. Suaminya pasti marah bila melihat putrinya menghilang dari rumah, tapi ia tidak perdulikan itu lagi, semuanya sudah cukup.
Shera berjalan dengan langkah tertatihnya, rasa nyeri itu semakin menusuk didaerah inti tubuhnya. Ia mendengar suara keributan dibelakang sana, dirumah orang tuanya yang baru ia tinggalkan, tapi ia terus saja berjalan, berusaha tidak perduli.
DOR! DOR! DOR! DOR!
Langkah Shera terhenti, ia segera berbalik ketika mendengar suara menggelegar 4 tembakan.
"Ibu, Tio, Nora," Shera membekap mulutnya sendiri, ia spontan berlari hingga beberapa langkah menuju rumah yang ia tinggalkan karena khawatir pada ibu dan kedua adiknya.
Sejurus kemudian, ia menghentikan dirinya sendiri, begitu mengingat pesan terakhir ibunya bahwa ia tidak boleh kembali lagi kerumah itu. Bagaimana bila suara tembakan itu sudah menghabiskan nyawa ketiga orang yang sangat ia sayangi itu? Ayah tirinya itu pasti akan menghabisi dirinya juga.
Dengan segenap tenaga yang masih bersisa, Shera kembali berbalik arah, berusaha berlari sambil menyeret tas jinjingnya dan menjauhi rumah dimana ia pernah dilahirkan.
...🍓🍓🍓...
Bruk! Praank!
"Shera! Kamu kenapa, Nak?" Yani terkejut, saat anak temannya itu jatuh didepan rumahnya tidak sadarkan diri setelah tubuh lemah itu menghantam pot bunga hingga pecah berantakan.
Di pagi buta itu, Yani baru saja membuka pintu dan bersiap berangkat kerumah majikannya, untuk menunaikan tugasnya bekerja sebagai asisten rumah tangga.
Bersambung...👉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Tenth_Soldier
harrasment!!!
2024-11-11
4
Syhr Syhr
Predator kah, ini?
2023-12-23
1
Syhr Syhr
Pingin ku ikat juga ini lakik/Panic/
2023-12-23
1