Tiada Alasan Untuk Tidak Jatuh Cinta Hari Ini
Sebaik-baik kisah adalah tentang pertemuan. Sebaik-baik cinta adalah takdir pertemuan dua hati yang sama-sama tersesat di perjalanan kisah masa lalu kemudian menjadikan masa depan sebagai tujuan berdua... tertawa-menangis berdua hingga menua, renta, dan meninggalkan kehidupan dunia. Kenyataannya setiap yang pergi pasti akan ada yang datang dan mengisi tempat kosong dengan cara yang lebih baik.
Jodoh dan pernikahan ibarat rumah, siapapun bisa singgah namun hanya sebagai tamu dan tentu akan segera berlalu, yang akan tetap tinggal di dalamnya adalah yang ditakdirkan menjadi pemilik rumah itu sepenuhnya.
Tanpa disadari oleh makhlukNya bahwa skenario Allah sangatlah rapi dan apik. Alur pertemuan dua manusia yang telah lama diperkenalkan pun harus menunggu ketepatan waktu hingga harus menghadirkan beberapa pihak untuk ikut terlibat, tentu akan turut hadir juga rasa kecewa pada drama romansa dari masa lalu keduanya. Pada akhirnya semua harap hanya jalan menuju alamat yang sebenarnya dituju, tidak ada kekuatan apapun yang dapat membelokkan apalagi membuat rancu dan keliru. Itulah skenario Allah tentang takdir cinta dua manusia.
Jika bukan karena rencana perjodohan dari Allah, layakkah ini disebut kebetulan sedangkan hati telah memilih bersama yang lain dengan perasaan saling cinta yang cukup kuat?
Itulah satu hal yang sedikit disayangkan, jalan cerita kita memang harus memasukkan terlebih dahulu nama lain di hati masing-masing sedangkan kita berdualah yang sesungguhnya penghuni mutlak singgasana asmara.
Sebenarnya aku berharap kaulah lelaki pertama dan satu-satunya yang memilikiku, mungkin juga di harapanmu pun serupa dengan itu. Namun harusnya cukup lega rongga hatimu karena aku hanya pernah mencoba menjaga jodoh orang lain bukan menyerahkan separuh apalagi sepenuhnya diriku pada orang asing.
Titik tertinggi dari sebuah jalinan asmara adalah pernikahan. Anggap saja seperti itu, meskipun realita seringkali tidak sama persis bahkan tidak dapat terjadi selaras sesuai teori alur hubungan cinta antar manusia. Teori memang terlalu sederhana untuk mendeskripsikan seberapa dalam dan rumit perasaan seseorang. Jika ketinggian gunung dapat diukur dengan satuan Mdpl dan kedalaman lautan dapat diselami sebagian, maka analisa terhadap perasaan makhluk berakal adalah misteri yang masih terjaga sangat rapi tentang kerahasiaannya. Sejak pernikahan Adam-Hawa, jalinan kasih segitiga Hajar-Ibrahim-Sarah, bahkan kerumitan perasaan Julaikha terhadap Yusuf, cinta di dunia manusia adalah problematika kompleks yang memanifestasikan persaingan antara kekuatan akal logis, keimanan, dan hasrat dengan cara unik namun tak terdeteksi.
Bagaimana dengan jodoh?
Jodoh adalah takdir. Segala sesuatu yang disebut takdir adalah mutlak, tidak dapat dihindari, tidak akan merubah hasil akhir. Kemutlakan takdir seperti bilangan nol pada proses perkalian dan pembagian dalam ilmu Matematika, semua bilangan tetap akan sama dengan nol jika dikalikan atau dibagi dengan angka nol. Sejauh apapun kita berlari menghindar, seberapa kuat kita berupaya melepaskan diri, pada akhirnya tetap akan kembali pada takdir yang telah ditetapkan jauh hari sebelum kita dilahirkan dari rahim ibunda. Seperti halnya nafas dan ruh, kehidupan dan kematian, jodoh adalah bagian dari kegaiban semesta dan pembentukannya.
Berbicara perihal jodoh, sebenarnya aku telah dipertemukan dengan lelaki itu jauh hari sebelum hadir perasaan cinta terhadap siapapun. Namun seperti yang sudah kutuliskan sebelumnya, takdir selalu membutuhkan waktu yang tepat untuk merealisasikan diri pada garis kenyataan. Hingga suatu ketika, aku bertemu kembali dengannya, dengan lelaki yang sama, setelah puluhan kali musim berganti dan beberapa kali hati berusaha memilih. Pada lelaki itu aku memantapkan langkah selanjutnya... memilihnya untuk menjadi pilihan terakhir, terbaik, dan satu-satunya... menjadi pasangan hidupku yang disahkan secara agama dan majelis pernikahan sesuai peraturan kenegaraan.
Kembali lagi kepada perihal waktu yang tepat untuk memutuskan bahwa kita sudah berada di titik puncak sebuah hubungan, dari sudut pandangku justru lebih baik gagal di masa pra-pengesahan daripada gagal setelah pernikahan. Karena salah memilih kekasih tidak semenyakitkan ketika salah memilih pasangan hidup. Putus hubungan ketika masih status berpacaran juga tidak akan seramai topik sidang perceraian. Masyarakat akan sepemikiran tentang itu, meski tuntutan untuk menyegerakan akad nikah adalah isu utama yang selalu tertuju pada single virgin sepertiku.
Menunda menikah di usia muda adalah pilihanku. Biar saja orang lain berkata apa, yang pasti prinsip cinta bagiku bukan seperti permainan lego... saat telah berhasil menyusun kubik dengan susah payah kemudian dibuat berantakan untuk ditat kembali, lagi dan lagi.
Lebih baik gagal sebelum serius, daripada terlalu cepat menyatakan keseriusan tapi kemudian gagal karena masing-masing belum siap menjadi dewasa sebagai sepasang suami-istri.
Masih mending jika belum ada anak. Jika sudah memiliki anak, beban psikologis anak akan sangat mempengaruhi kehidupannya di masa depan. Karena jika orang tuanya menikah lagi, anak akan mendapatkan ayah maupun ibu tiri dari sisi yang sama... jika hak asuh dipegang ibunya maka ia akan hidup bersama ayah tiri, jika hak asuh dipegang ayahnya maka ia hidup bersama ibu tiri.
Jalan terbaik dari persoalan psikologis anak broken home akibat dari orangtua yang bercerai adalah rujuk, kembalilah pada pasangan sebelumnya dan perbaiki apa yang membuat perceraian itu ada. Karena bagi seorang anak kebahagiaan dalam hidupnya adalah ketika ia dibesarkan oleh kedua orangtua yang utuh dan penuh kasih.
Lain halnya kasus ketika salah satu dari pasangan meninggal dunia lebih dulu sedangkan usia anak masih kecil, apalah daya jika takdir kematian telah datang.
Menikah lagi dengan seseorang yang lain tentu harus memikirkan nasib anak, apakah seseorang tersebut bisa menjadi pengganti orangtuanya yang tiada atau malah sebaliknya. Karena hal itu sangat penting, bukan untuk persoalan jangka pendek namun jangka panjang bahkan bisa jadi seumur hidup anak.
Pernikahan yang pada awalnya hanya melibatkan dua manusia bisa saja menjadi awal petaka bagi manusia lainnya yang dilahirkan dari pernikahan itu. Maka menentukan pilihan dengan kedewasaan sangat diperlukan, ingatlah perjalanan pernikahan tidak cukup hanya bermodal cinta apalagi karena alasan harta dan dipaksa orangtua. Lebih baik gagal dan batalkan pilihan itu, pilihlah pasangan yang bisa mengimbangi diri kita bukan yang hanya manis sebelum jadi... namun setelah menjadi pasangan sepah dibuang dan timbul penyesalan.
Pada dasarnya kedewasaan dan kematangan seseorang akan menuntun secara alamiah pada keinginannya untuk menikah, sebelum itu kesiapan untuk menikah bisa jadi timbul hanya karena puppy love efect atau olok-olok dari orang di sekitarnya.
Beberapa istilah setempat sering diterima oleh telingaku, yang menyatakan "bujang lapuk" dan "perawan tua" bagi remaja yang dinilai terlambat menikah. Padahal jika dilihat dari segi biologis, manusia justru mengalami setidaknya dua kali masa pubertas selama hidupnya.
Lantas kapan masa perawan tua dan bujang lapuk pada manusia?
Aku belum pernah mendapatkan jawaban mengenai patokan usia yang tepat untuk menikah, faktanya bahkan semua hasil survei yang dilakukan oleh para pakar pernikahan pun hanya berupa perkiraan dari sample responden yang kondisi dan pemikirannya dapat berubah kapanpun.
Masa menstruasi pertama bagi perempuan dan mimpi basah bagi lelaki adalah titik awal masa puber, sedangkan masa puber selanjutnya bergantung pada individu masing-masing, bergantung pada perkembangan fisik dan mental pribadi yang bersangkutan. Tentu saja setiap manusia memiliki perbedaan. Sehingga untuk keinginan dan siap menikah pun tentu berbeda pada setiap orang.
Selain daripada itu ada faktor lain yang ikut andil dalam persoalan ini yaitu takdir. Karena secara keimanan, jodoh adalah kehendak Sang Pencipta. Kapan dan dengan siapa kita akan menikah tidak dapat diprediksi oleh manusia. Namun hal penting dalam menentukan kesiapan pernikahan tetaplah dari diri sendiri, sudah siapkah diri kita untuk menikah?
Setelah itu biarlah takdirNya yang menuntun jawaban bersama siapa pernikahan akan dilangsungkan. Itu saja.
Lelaki itu adalah sosok unik yang secara tidak langsung menarik diriku masuk pada pusaran perasaan tanpa batas untuk mengharapkannya, lagi dan lagi. Kuatnya gelombang perasaan membuat logika yang sudah kuupayakan dengan begitu kuat terjaga menjadi luluh tanpa sempat kusadar.
Bolehkah kusematkan titel "perompak" padanya?
Dia telah membuatku jatuh cinta di sepanjang waktu dengan tanpa pamrih.
Bolehkah kuanugerahkan lencana "panglima" padanya?
Namanya Yusuf Ainoor Azis. Dialah lelaki pemilik senyuman terindah dengan daya pikat yang dahsyat. Lelaki itu tak sengaja kutemui di pertigaan jalan buntu, kemudian menjadi satu-satunya lelaki yang pertama kali kulihat di setiap mengawali hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments