Surprise Pembawa Teror

Cuaca pada akhir Maret 2007 sudah mulai stabil dengan kehangatan sinar matahari. Seharusnya ada perasaan senang untuk menyambut kemarau, namun realitanya aku malah murung karena kesehatan orang tuaku semakin menurun. Dalam kepalaku telah berjejalan diisi penuh oleh berbagai teori dari 13 mata pelajaran di sekolah, kini ditambah bonus ekstra dengan memikirkan kondisi ayah dan ibu. Sesekali aku menangis di halaman belakang rumah karena kebuntuan dalam mencari solusi terbaik.

Pagi ini aku berangkat ke sekolah agak terlambat karena Rania sakit, sehingga aku harus naik angkot dengan jadwal tunggu yang lumayan lama karena sopir ngetem untuk mendapatkan penumpang. Sesampainya di sekolah aku segera mempersiapkan beberapa hal yang dibutuhkan untuk keperluan tugas Biologi. Hari ini ada jadwal presentasi di depan kelas untuk materi pembahasan animalia dan plantae hingga penjelasan struktur pembentukan sel. Aku telah mempersiapkan dengan matang segala sesuatunya karena kegiatan ini adalah jembatan menuju olimpiade presentasi sains tingkat SMA sekabupaten Majalengka. Dari sekolahku hanya akan dipilih satu siswa terbaik untuk diikutsertakan pada kompetisi itu, aku berharap kesempatan itu adalah milikku. Semoga, amiiin.

"Dit, ada titipan dari kakel tadi pagi, nih...." Lidia memberikan sebuah plastik kresek hitam yang cukup besar.

"Dari siapa??"

"Biasa...."

"Bayu??"

"Nah tuh tahu. Dia seriusan suka sama kamu keknya, Dit."

"Diiihhh...."

"Lumayan buat amanin posisi pas malam pelantikan bantara, Dit. Toh dia juga lumayan ganteng kok, tidak kalah ganteng dan populer."

"Ogah atuh ah!"

"Udah terima saja hadiahnya, coba dibuka apaan isinya. Sejak tadi aku sama Lidia penasaran banget." Kali ini Murni, teman sebangku Lidia, yang memberi saran. Lidia dan Murni adalah dua teman sekelas yang duduk di kursi yang tepat berada di belakangku. Setelah kursi mereka ada Suhana dan Wahyu yang merupakan bangku paling belakang.

"Buat kalian aja deh, nih!"

"Jangan atuh, Dit. Nanti kita kena marah kak Bayu."

"Ya udah aku buka, tapi nanti isinya buat kalian."

"Kalau bom tidak mau, Dit...."

Kubuka bungkusan berwarna hitam itu. Hal pertama yang kudapatkan adalah bunga rose artificial, setelah itu ada 5 batang cokelat siver queen, boneka tedi bear berwarna pink berukuran sedang, lalu di paling bawah ada 3 buah buku novel genre fiksi romansa.

"Wooowwww.... Banyak banget Ditaaaaa...." Lidia dan Murni ternganga dengan kekaguman dan perasaan girang. Aku geli melihat wajah mereka berdua.

"He treat you as a princess loh, Dit. Udah terima aja...." Kali ini Lidia mengomporiku dengan tatapan mata yang tidak pernah lepas dari silver queen dan tedi bear pink itu.

"Kamu mau, Lid?"

"Mauuu...."

"Nih buat kamu cokelat dan tedi bearnya."

"Ini tidak apa-apa tah??"

"Iya tidak apa-apa, ambil aja. Daripada aku kembalikan ke yang ngasih kan??"

"Jangan atuh, Dit. Ya udah sini buat aku, hehehee...."

"Aku juga mau cokelatnya...."

Lidia dan Murni dengan sigap berebut cokelat dan tedi bear.

"Sekalian nih bunga sama novelnya juga."

"Loh, kamu bukannya suka baca??"

"Tidak suka novel percintaan."

"Ya udah buat aku saja deh...." Kali ini Suhana dan Wahyu ikut nimbrung. Mereka berempat berebut mengambil hadiah itu seperti anak kecil yang berebut mainan. Beberapa teman yang lain ikut mendekat dan memperebutkan cokelat dari genggaman Lidia dan Murni.

"Kelas kita beruntung ya punya Dita, subur hadiah. Hehehehe...." Celetuk teman-teman yang lain. Aku tidak menggubris mereka, kufokuskan kembali pada beberapa kertas A4 yang barusan sedang kususun rapi untuk kemudian kusatukan dengan paper clip.

"Yang lain boleh diambil oleh temanmu, khusus mawar itu buat kamu." Terdengar suara yang sedikit familiar dengan telingaku. Seisi kelas tertuju pada sumber suara itu. Aku menghentikan kegiatan tanganku. Bayu, benar saja. Besar sekali memang nyalinya kakak kelas yang satu itu. Dia datang beserta dengan tiga orang temannya yang tidak kalah populer di kalangan adik kelas.

"Tolong semuanya keluar sebentar, aku ingin bicara hanya berdua dengan Dita di ruangan kelas ini."

Hanya dengan instruksi seperti itu saja seketika kelas menjadi kosong dan lengang. Bayu memang memikiki pengaruh yang sangat besar di sekolah ini. Sepertinya sistem ortodok masih diterapkan berupa peranan reputasi pada hukum rimba di dunia persiswaan. Teman-temanku dan tiga orang teman Bayu tadi kini hanya dapat menyaksikan apa yang kami lakukan dari balik jendela kaca di luar sana.

"Neng, tolong terima pemberian kakak yang satu ini ya...." Katanya kemudian. Nada bicaranya dibuat seramah mungkin.

"Tujuan kakak?"

"Aku suka dengan neng Dita."

"Lalu??"

"Mau tidak jadi...."

"Pacar kakak??"

"Iya."

"Maaf, kak...."

"Cukup Yusuf saja yang sangat brengsek dengan menolakmu kemarin-kemarin. Biarkan aku yang mengobati rasa kecewamu itu, aku siap menjadi sosok Yusuf dengan berbagai upaya jika neng mau."

"Tidak, kak. Terima kasih untuk mawarnya. Harum kok, namun mohon maaf aku tidak menyukai mawar."

"Ohhh...."

"Aku alergi kacang yang ada di batangan cokelat, aku tidak suka tedi apalagi warna pink, aku juga kurang suka novel romansa. Jadi semua hadiah itu aku kasihkan ke teman-teman, kebetulan mereka suka. Maaf ya kak...."

"Kamu sukanya apa, neng??"

"Aku suka keadaan yang kondusif, mohon dengan sangat hormat agar kakak segera keluar dari ruangan ini."

"Kamu itu sangat unik, neng. Itu yang membuatku semakin penasaran dan tertantang."

"Maaf kak, aku sedang sibuk untuk keperluan tugasku. Bolehkah kakak tinggalkan aku sekarang??"

"Sebentar lagi saja, neng. Izinkan kakak melihat wajah kamu sebentar lagi ya...."

"Keluar!!!"

Semua orang di luar jendela sana jelas merasa kaget dengan sikapku. Beberapa dari mereka mencibirku, dan beberapa yang lain tersenyum seakan memberiku dukungan secara tak langsung. Lidia dan Murni terlihat sedikit cemas.

"Butuh berapa lama kakak harus sabar dengan sikap dinginmu, neng??"

"Tidak perlu waktu berapa lama pun, kak. Tolong jangan memperlakukan aku seperti ini. Ini memalukan, maaf...."

"Aku menyukai kamu, aku mencintai kamu, dengan perasaanku yang seperti itu kamu harus jadi milikku!!"

"Kakak bukan menyukaiku, tapi obses terhadapku."

"Kamu harus menjadi milikku, neng!!"

"Keluar, kak. Please...."

"Tidak akan lama lagi kamu pasti akan menjadi milikku, kita lihat saja nanti."

"Silakan keluar, kak. Jam pelajaran akan segera dimulai. Tolong kak Bayu...."

"Sikap kamu ini tidak akan merubah keinginanku...."

"Keluarrrr!!!"

Aku semakin muak dengan sikap Bayu. Tidak peduli apakah aku junior atau dia senior di tempat ini, toh kami sama-sama berstatus sebagai siswa dengan hak yang pasti sama. Aku menggandeng lengan Bayu dengan kuat dan menyeretnya menuju pintu keluar. Bayu seperti kerbau yang dicocok hidungnya, dia menurut dengan sebuah senyuman aneh.

"Kak, silakan bawa kak Bayu kembali ke kelas kalian. Jangan pernah lagi datang mengganggu kekondusifan kelasku. Terima kasih." Tegasku diiringi tepuk tangan dan sorak dari teman-teman sekelas. Bayu masih mempertahankan senyuman dan tatapan tajamnya saat digandeng paksa oleh ketiga temannya itu. Mereka berempat seketika menjauhiku yang masih berada di tengah kerumunan teman sekelas. Beberapa siswa dari kelas lain ikut menonton kejadian barusan. Kini diriku akan menjadi topik utama bahan obrolan mereka untuk hari-hari selanjutnya. Banyak yang kemudian memberikan tatapan kekaguman akan aksiku menolak Bayu, banyak juga yang melihatku dengan tatapan sinis seakan menghakimi sikapku yang mungkin dinilai arogan oleh mereka.

"Dit, boleh jujur tidak soal barusan?" Tanya Lidia masih dengan raut wajah cemas. Murni mengangguk menyetujui kecemasan temannya itu. Mereka menyeretku ke sudut kelas yang agak jauh dari jangkauan pendengaran teman lain.

"Soal apa?"

"Kak Bayu itu adalah anak tunggal pemilik sekolah ini. Ayahnya sangat kaya dan terkenal di Sumedang, dia membangun banyak instansi pendidikan, salah satunya ya sekolah kita ini. Makanya status sekolah kita adalah swasta, karena kepemilikannya bukan oleh pemerintah tapi orang tua kak Bayu."

"Lalu??"

"Kamu baik-baik saja kan? Tidak takut??"

"Apa yang harus kutakutkan dari dia?"

"Sebelum kamu, korbannya sudah ada dua orang. Dulu waktu kak Bayu baru masuk ke sekolah ini statusnya siswa pindahan, dia memang bandel banget di sekolah sebelumnya. Baru sebulan berada di sini dia sudah mengejar siswi tercantik yang seangkatan dengannya. Karena menolak kak Bayu seperti kamu barusan, kemudian siswi itu berhenti bersekolah di sini. Mungkin kena teror."

"Diiihhhh...."

"Korban satu lagi dari angkatan yang sekarang kelas sebelas. Dia mungkin menerima kak Bayu, tapi selang beberapa bulan kemudian siswi itu diDO karena hamil. Pihak sekolah tidak mengaitkan kak Bayu soal kehamilan pacarnya itu. Aku pikir pasti karena bekingan ayahnya itu juga sih...."

"Kamu tahu dari mana soal itu??"

"Siswi yang kena teror itu dulunya tetanggaku, dia memang sangat cantik dan cerdas. Kalau yang kena DO aku dapat kabar dari Teh Laras, kakak kelas kita dari kelas sebelas IPA, dia teman sekelasnya siswi yang DO itu."

"Diiiihhhh...."

"Kamu harus hati-hati, Dit. Jujur saja kamu butuh jaga diri kamu dengan lebih baik mulai dari sekarang. Kak Bayu adalah ancaman buat kamu, Dit. Korban dia rata-rata siswi cantik yang berprestasi loh, sekarang kamu salah satu targetnya."

"Kalau ada apa-apa kamu harus segera lapor polisi saja, Dit." Tambah Murni dengan serius.

"Udah biarin, doakan aku agar baik-baik saja ya...."

Di sekolahku, Bayu memang terkenal sebagai kakak kelas redflag namun berwajah tampan. Reputasinya sebagai pradana di eskul pramuka menjadikannya sebagai pribadi yang semakin sombong dan egois. Benar kata Yusuf sebelumnya, Bayu memang sosok yang obses dan cenderung nekat. Namun fakta soal latar belakang orang tuanya yang memiliki hubungan dengan status sekolah ini baru saja kuketahui. Kali ini bukan hanya sekedar muak dengan perangainya, aku semakin jijik terhadapnya. Sesuai namanya, Bayu Samudra, dia memang pribadi yang gemar membuat kekacauan di manapun keberadaannya.

Yusuf Ainoor, sepertinya aku perlu mempertimbangkan bantuan kakak yang ditawarkan kemarin itu.

Masih bisakah kujadikan kakak sebagai fake boyfriend demi terlepas dari kak Bayu?

Bagaimana jika kemudian nantinya aku benar-benar mencintai kak Yusuf, apakah tidak lebih berbahaya??

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!