***
Seperti yang telah dijanjikan kemarin, hari ini Ailee pergi menemani Petter ke sebuah toko berlian yang ada di dalam mall pusat kota. Urusan Ailee sebenarnya belum selesai, gadis itu belum datang ke hotel milik mamanya. Petter menghubunginya pagi tadi jika dia akan segera pergi ke luar negeri untuk pekerjaan. Dan tentu saja hadiah yang akan diberikan pada mamanya harus dibeli secepatnya. Untuk itu Petter langsung menghubungi Ailee.
"Maaf ya, gara-gara kakak kamu harus tinggalin dulu kerjaan kamu," ucap Petter tak enak hati.
"Gak papa kak, nanti setelah ini juga aku bisa ke hotel mama. Kayaknya juga bakalan lembur."
"Kakak gak tahu perihal perhiasan. Kakak ajak kamu karena selera kamu bagus, Alvaro yang bilang gitu."
"Tidak terlalu juga. Aku cuma pilih yang aku suka, entah itu bagus di mata orang lain atau enggak, aku gak peduli. Yang penting aku nyaman pakenya," tutur Ailee.
Mereka berdua pun terus berjalan sampai masuk ke sebuah toko berlian yang cukup terkenal dengan harganya yang fantastis. Ailee memang suka memakai cincin, namun tidak semahal berlian disini.
"Ada bisa saya bantu tuan, nona?" tanya seorang karyawan toko.
"Kamu yang pilih, kakak terima beres aja," bisik Petter.
"Gak bisa, kakak juga harus pilih. Aku cuma nemenin dan kasih saran, sisanya kakak yang pilih," tolak Ailee.
"Ck, makin pinter aja balikin ucapannya. Pantes Alvaro malas debat sama kamu."
Ailee menggidikan bahunya acuh. Gadis itu pun mengikuti langkah kaki Petter. Mereka menuju ke ruangan vip. Disana Petter dan Ailee disuguhkan banyak sekali berlian. Mulai dari yang satu set sampai yang satuan. Kalung, cincin, anting bahkan sampai ke gelang kaki ditampilkan.
"Kamu suka yang mana? Biar sekalian kakak traktir kamu sebagai ucapan terimakasih," ucap Petter.
"Gak perlu kak, lagian aku gak terlalu suka pake berlian kayak gini. Berlian punya mama masih banyak, aku lebih suka pinjem punya mama," jawab Ailee.
"Tapi kakak maksa," kekeuh Petter.
"Terserah, tapi gak usah ajak aku lagi buat pilih ginian."
"Iya-iya. Gak kakak paksa lagi, sekarang pilih yang menurut kamu bagus buat mamanya kakak," titah Petter.
"Semuanya bagus, aku gak bisa pilih. Suruh mbak karyawannya aja yang rekomendasikan. Itu pasti yang paling bagus," ucap Ailee.
Astaga, gadis ini benar benar keras kepala sekali. Pantas saja Alvaro melarangnya mengajak adik sepupunya ini untuk memilih berlian. Ternyata apa yang dikatakn Alvaro tidak ada yang salah. Semuanya benar. Petter cukup keliru dalam menilai gadis unik ini.
Pria itu pun tidak bertanya lagi pada Ailee. Ailee sendiri memilih untuk berkeliling sebentar sembari menunggu Petter memilih berlian untuk mamanya. Di toko ini ternyata banyak sekali berlian yang dipajang. Selain berlian, ada juga aksesoris. Yang tentunya sama sama dibuat dari berlian.
Mata Ailee menangkap sebuah bros yang biasa dipakai pria di jas mereka. Bros itu terlihat sangat cantik. Ailee memperhatikannya cukup lama. Dia tertarik namun tidak mungkin memakainya. Itu untuk pria. Jika pun memaksa membeli, mungkin akan ia berikan pada papinya atau kakeknya. Namun sayangnya, kedua pria itu sangat pemilih. Tak jarang pilihan Ailee selalu ditolak karena mereka tidak suka modelnya.
"Lihat apa?"
Ailee menggelengkan kepalanya. "Udah?"
"Lagi di packing, bentar lagi selesai. Makasih ya, Ailee."
"Sama sama kak. Habis ini pulang kan?"
"Iya, kakak anter kamu dulu ke hotel habis itu kakak pulang sekalian kasih kado ini buat mama. Baru kakak pergi lagi," jelas Petter.
"Oke."
Petter dan Ailee pun meninggalkan area tersebut. Mereka akan segera kembali pada aktivitas masing masing.
***
Dilain tempat, Kalingga baru saja terbangun dari tidurnya. Pria itu kini tengah dalam perjalanan udara menuju ke satu tempat yang cukup jauh dari Boston. Seharusnya hari ini dia pergi meninjau pembangunan area perusahaannya, namun ada urusan yang lebih mendesak. Perusahaan cabang milik papinya sedikit bermasalah dan Kalingga harus datang langsung ke lapangan.
Tadinya Kairav yang diminta datang, tetapi pria itu lebih dulu diminta pulang ke Indonesia. Sama-sama pekerjaan. Biasanya Kavin harus menghandelnya sendirian, tapi sekarang kedua anak bujangnya sudah bisa diandalkan. Dia tidak akan terlalu sibuk seperti dulu.
"Kapan kita landing?" tanya Kalingga.
"Sekitar tiga puluh menit lagi, tuan muda," jawab Aidan, asisten Kalingga.
Kalingga mengangguk pelan, pria itu duduk di salah satu kursi pesawat jet milik papinya. Aidan menyodorkan tablet pada Kalingga. Tanpa menjelaskan pun atasannya ini sudah tahu maksudnya.
"Masalah yang sama seperti biasanya. Rasanya bosan sekali," gumam Kalingga yang masih bisa terdengar oleh Aidan.
"Tuan meminta anda untuk menanganinya perlahan dan tidak terburu-buru. Tuan juga memberikan anda waktu disana," ucap Aidan.
"Waktu? Tumben sekali. Biasanya waktunya ditentukan. Dan itu juga harus selesai dengan waktu yang cepat. Ada apa? Kenapa tiba tiba papi mengatakan hal tersebut?" tanya Kalingga heran.
Tentu saja dia heran dan menaruh curiga. Tidak biasanya papinya akan memberikan keluangan waktu untuknya menyelesaikan masalah di kantor. Kalingga hanya menduganya jika tidak ada yang beres tentang hal ini.
"Sebentar lagi kita akan landing. Harap bersiap tuan muda," tutur Aidan. Pria itu berlalu dari sana setelah setengah membungkuk memberi hormat pada atasannya.
Kalingga membiarkannya. Dia sudah terbiasa dengan sifat Aidan yang seperti itu. Aidan memang bekerja padanya, namun ia dipekerjakan oleh papinya untuknya. Seharusnya Aidan hanya menuruti Kalingga, tapi pria itu malah lebih penurut pada perintah papinya.
Dua puluh menit berlalu, pesawat jet yang ditumpangi Kalingga mendarat dengan sempurna. Pria itu memberikan tablet tadi pada Aidan lalu turun dari dalam pesawat.
Dibawah, sudah berjejer tiga mobil yang akan mengantarnya ke apartement miliknya. Kalingga memang sudah tidur sebentar tadi, dia datang ke apartement untuk mengerjakan pekerjaannya dan beristirahat nanti.
"Untuk beberapa hari ke depan anda tidak akan tinggal di apartement karena ada kerusakan pada kamar mandinya. Untuk itu saya sudah menyiapkan penginapan untuk anda selama beberapa hari ini," tutur Aidan.
"Apartement itu selalu dibersihkan dan setiap bulan di cek. Apa mungkin ketika aku datang kamar mandinya tiba tiba rusak?"
"Banyak kemungkinan yang terjadi meskipun sudah dirawat dengan baik, tuan muda. Tenang saja, hanya beberapa hari saja. Setelah itu anda bisa kembali ke apartement anda."
"Terserah. Oh ya, hubungi om Rafello dan Virendra. Aku mengundang mereka untuk makan siang besok," titah Kalingga.
"Baik, tuan muda." Aidan mematuhi ucapan bosnya dan langsung menghubungi Rafello.
Keduanya sudah masuk ke dalam mobil dan sedang dalam perjalanan menuju ke penginapan. Langit juga sudah mulai gelap.
Tbc
Kadang writen block tahu gak😭😭😭🤸♀️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
nariyah
aaaaa ngak sabar DECH aille bakal ktmu pgerannn kutubb,a 😁😁😁
2023-11-03
1
Wulan Bahrain
wuiihhhh roman"" nya ni kalingga bakalan ketemu ni ma ailee di singapura..bisa ke tebak sih klu skrng kalinngga berada di singapura..
2023-11-03
1