Part 4 Ayah yang bejat

Mata Novi yang penuh kecurigaan, tak langsung percaya dengan ucapan putranya itu, di mencoba menatap tajam pada Sandi dan mencium pakaian putranya yang sudah berbau tak karuan.

“Ibu mencium bau aneh dari pakaianmu, sekarang coba jawab Ibu, kamu kemana semalaman hah!”

“Aku nggak kemana-mana, Bu. Aku hanya dari rumah Lusi, habis itu langsung pulang kerumah.”

“Benar kamu nggak kemana-mana?”

“Iya, Bu.”

“Baiklah, kali ini Ibu percaya padamu, mesti saat ini Ibu menaruh kecurigaan pada pakaian yang saat ini kau kenakan.”

Sandi yang kedoknya hampir terbongkar, mencoba tetap seperti orang yang sedang mengantuk, saat Ibunya bicara, dia mencoba melemaskan badanya, sehingga Ibunya mengira dia masih ngantuk. Padahal naluri seorang Ibu itu tak bisa di bohongi.

“Ya udah, kalau begitu aku masuk dulu, aku ngantuk banget.”

“Apa? kau masih ngantuk? lihat jam, apa kau nggak mau sekolah!”

Mendengar omelan Ibunya, Sandi langsung menutup kepalanya dengan bantal. Novi jadi semakin marah, tapi Sandi tak menggubrisnya.

Semenjak kejadian malam itu, Sandi yang biasanya patuh dan penurut, setiap hari terlihat berubah, dia tak lagi seperti Sandi yang di kenal Lusi selama ini.

Sementara itu Lusi gadis berkerudung yang cantik dan baik, pagi itu dia sudah siap untuk menyongsong masa depan yang akan menantinya.

Seperti biasa, setelah dia mengantarkan ketiga orang adiknya ke sekolah, Lusi menyempatkan diri mampir ke rumah Sandi. Karena selama ini, Sandi dan Lusi selalu pergi kesekolah secara berbarengan.

Lusi yang pagi itu sudah berada di depan rumah Sandi, dengan pelan dia mengetuk rumah kepala Desa itu. Biasanya dua kali ketuk saja, Sandi langsung muncul dan menarik tangan Lusi untuk berangkat kesekolah bersamanya.

Namun pagi itu Lusi bahkan udah berulang kali mengetuknya, tapi tak seorang pun yang datang untuk membukakan pintu rumah mewah itu.

“Aneh, Sandi kemana ya? kok dia nggak kunjung keluar, nggak biasanya dia seperti ini?” tanya Lusi pada dirinya sendiri.

Setelah tangan Lusi lelah mengetuk pintu, tiba-tiba dari balik pintu itu muncul Novi yang tampak anggun dengan kebaya yang dikenakannya.

“Eh, ada nak Lusi! mau jemput Sandi ya?”

“Iya Bu,” Lusi tersenyum manis.

“Kamu terlihat cantik sekali pagi ini,” puji Novi pada calon mantunya itu.

“Sandi nya ada Bu?”

“Ada, tuh lagi tidur.”

“Lagi tidur? apakah Sandi nggak sekolah pagi ini, Bu?”

“Sepertinya begitu.”

“Kalau begitu, biar aku duluan aja, takut terlambat nantinya.”

“Iya, nak. Iya,” ujar Novi seraya tersenyum lebar.

Setelah Lusi melangkahkan kakinya beberapa langkah, tiba-tiba saja Novi memanggilnya dari belakang. Mendengar namanya di panggil, Lusi langsung menoleh kearah perempuan yang berparas anggun itu.

“Ibu memanggil ku?” tanya Lusi ingin tahu.

“Iya.”

“Ada apa ya Bu?”

“Ada yang ingin Ibu tanyakan padamu.”

“Masalah apa ya?”

“Tadi malam, apakah Sandi datang kerumah mu?”

“Tadi malam?”

“Iya, tadi malam.”

“Tadi malam, Sandi nggak datang kerumah ku, memang dia berjanji akan menemui ku, tapi saat ku tunggu hingga larut malam, Sandi ternyata nggak datang.”

“Ooo, begitu.”

“Emangnya kenapa dengan Sandi Bu?”

“Oh, nggak apa-apa? soalnya, di malam itu, Sandi meminta sejumlah uang pada Ayahnya, alasannya untuk membelikan sebuah bingkisan untuk hadiah ulang tahun mu.”

“Ulang tahun ku? bukankah Sandi udah tahu, kalau ulang tahun ku udah lewat satu minggu.”

“Jadi Sandi nggak pernah memberikan bingkisan apa pun pada mu?”

“Nggak.”

“Kurang ajar, ternyata dia telah menipu Ayah dan Ibunya,” gerutu Novi seraya mengepalkan tangannya.

“Maaf Bu, kalau begitu aku permisi dulu, takut terlambat nanti.”

“O iya, silahkan,” jawab Novi seraya mempersilahkan Lusi pergi.

Ketika Lusi sudah pergi, Novi hanya bisa termenung sendiri, kepergian Sandi semalaman membuatnya jadi bertanya-tanya, kemana putranya membawa uang sebanyak lima ratus ribu itu.

Bukan hanya Novi yang bertanya-tanya tentang putranya, Lusi juga kepikiran dengan pertanyaan yang di ajukan Novi padanya tentang Sandi.

“Hm, apakah Sandi mulai berbohong pada ku?” tanya Lusi pada dirinya sendiri. “Kalau Sandi nggak berbohong, nggak mungkin Bu Novi bertanya seperti itu pada ku?”

Sambil melangkah pelan menuju ke sekolah, Lusi melihat Ayahnya keluar dari sebuah rumah. Keadaannya sangat memprihatinkan, wajahnya sembrautan, jalannya pun sempoyongan.

Dengan suara pelan dan sedikit takut, Lusi mencoba menegur Ayahnya. Tapi sang Ayah yang di tegur bukannya menjawab, dia malah marah dan mendorong Lusi hingga terjatuh.

“Ada apa Ayah, kenapa bisa begini?” tanya Lusi ingin tahu.

“Kamu bertanya apa? emangnya Ayah bicara apa barusan?”

“Aku kan, hanya menegur Ayah, lalu kenapa Ayah mesti marah?”

“Nggak perlu kau menegur Ayah, emangnya kau mau membuat Ayah malu hah!”

“Malu? malu sama siapa Yah? bukankah selama ini Ayah sendiri yang mempermalukan diri Ayah! lihatlah Ayah sekarang, pergi malam, pulang pagi, apa Ayah nggak kasihan pada Ibu yang menderita di rumah?”

“Siapa suruh dia memikirkan aku, perempuan bau asap aja kau banggakan.”

“Perempuan bau asap kata Ayah? agar Ayah ketahui aja ya, Ibuku itu lebih mulia jika di bandingkan dengan Ayah, mesti dia berbau asap, tapi dia nggak pernah mengeluh karena tersiksa menikah dengan Ayah.”

“Dasar perempuan ******!” bentak Baron seraya menampar putrinya hingga terpental.

“Ayah bukan orang tua yang baik, yang bisa di contoh oleh anak-anaknya, suatu saat nanti Allah pasti murka melihat kelakuan Ayah itu.”

“Diam kau, perempuan nggak berguna!”

“Saat ini Ayah bisa mengatakan aku nggak berguna, tapi suatu saat nanti, Ayah pasti menyesal telah berbuat jahat pada putri kandung Ayah sendiri,” teriak Lusi seraya berlari menjauhi Ayahnya.

“Awas kau Lusi, Ayah pastikan kau akan keluar dari rumah, dasar anak nggak berguna,” gerutu Baron sambil terus berjalan menuju rumahnya.

Mendengar suara Baron yang telah mengusik ketenangan orang-orang disekitarnya, lalu semua warga beramai-ramai melempari Baton dengan menggunakan sandal dan batu.

“Dasar suami nggak berguna, Istri menderita mencri nafkan. Kau malah menghambur-hamburkan uang saja bersama perempuan ******!”

Baron yang merasa dirinya menjadi sasaran kemarahan para warga, berusaha meninggalkan mereka yang terus saja memaki dan menghina dirinya.

Tapi karena di sepenjang jalan, semua warga mencibir dan menatapnya dengan pandangan penuh kebencian, Baron menjadi marah dan geram pada mereka semua.

“Hei! kalian itu kenapa sih? kalian iri karena ku nggak ikut serta meniduri kalian?”

“Dasar pecundang! nggak tahu malu, hanya mengandalkan istri untuk membayar perempuan ****** itu.”

“Kalian yang nggak tahu malu, dengan suara ribut dikit aja, kalian langsung keluar beramai-ramai, apa nggak tahu malu namanya?”

Ucapan Baron membuat semua warga menjadi emosi, mesti demikian, Baron sadar kalau di lawan terus maka mereka akan menyiksa dirinya habis-habisan.

Bersambung...

*Selamat membaca*

Terpopuler

Comments

Dwi sonya

Dwi sonya

ya ampun Baron kok kelakuannya kayak gitu ya

2024-01-08

1

Iril Nasri

Iril Nasri

widih, jahat banget

2024-01-08

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1 Kisah tragis
2 Part 2 Kecurigaan Novi
3 Part 3 Hasrat yang menggila
4 Part 4 Ayah yang bejat
5 Part 5 Keinginan Hamdan
6 Part 6 Dirayu wanita penggoda
7 Part 7 Kesulitan yang dihadapi Rehan
8 Part 8 Perasaan yang tersiksa
9 Part 9 Kisah hidup
10 Part 10 Di datangi warga
11 Part 11 Tuduhan yang menyakitkan
12 part 12 Siksaan yang di alami Jihan
13 Part 13 Pelarian Tina dan adiknya
14 Part 14 Kejujuran Jihan
15 Part 15 Pertemuan yang membahagiakan
16 Part 16 Penculikan terhadap Jihan
17 Part 17 Niat buruk Sandi
18 Part 18 Kehormatan yang ternoda
19 Part 19 Hasutan Sandi
20 Part 20 Pengakuan Lusi
21 Part 21 Kemarahan Hasan
22 Part 22 Siasat Rehan
23 Part 23 Kebaikan keluarga Rehan
24 Part 24 Ketulusan Keluarga Rehan
25 Part 25 Perdebatan Sandi dan Rehan
26 Part 26 Kekejaman Baron
27 Part 27 Niat licik Juanda
28 Part 28 Pertemuan
29 Part 29 Perasaan Jihan
30 Part 30 Takdir
31 Part 31 Di perlukan baik
32 Part 32 Dibuat kesal
33 Part 33 Keresahan Hati Rehan
34 Part 34 Kebiadaban Baron dan Sandi
35 Part 35 Kemelut rumah tangga Fatimah
36 Part 36 Derita Lusi
37 Part 37 Kebohongan Sandi
38 Part 38 Rahasia Baron
39 Part 39 Kehancuran
40 Part 40 Pindah rumah
41 Part 41 Didatangi warga
42 Part 42 Tertangkap basah
43 Part 43 Kabar gembira
44 Part 44 Kehilangan Jihan
45 Part 45 Dihajar kaki tangan Juanda
46 Part 46 Nekad
47 Part 47 Mencari jalan pintas
48 Part 48 Mendapat pekerjaan baru
49 Part 49 Pemaksaan kehendak
50 Part 50 Memilih pergi
51 Part 51 Kedatangan Jihan
52 Part 52 Niat suci Rehan
53 Part 53 Pernikahan yang di harapkan
54 Part 54 Malam pengantin yang indah
55 Part 55 Ketahuan berselingkuh
56 Part 56 Di tuduh berselingkuh
57 Part 57 Terbakar emosi
58 Part 58 Kekesalan Abdul
59 Part 59 Rehan palsu
60 Part 60 Terikat perjanjian terlarang
61 Part 61 Pelajaran berharga
62 Part 62 Gosip yang beredar
63 Part 63 Kehilangan Mawar
64 Part 64 Mencari keberadaan Sandi
65 Part 65 Ketakutan
66 Part 66 Kembali ke Desa Waluh
67 Part 67 Kedatangan tamu
68 Part 68 Kebaikan Surtini
69 Part 69 Mencari keberadaan Fatimah
70 Part 70 Di hakimi warga
71 Part 71 Keresahan keluarga Hasan
72 Part 72 Kesal
73 Part 73 Kehamilan Jihan
74 Part 74 Nasib sial
75 Part 75 Kesedihan Marta
76 Part 76 Mendapat masalah
77 Part 77 Ke khawatiran Fatimah
78 Part 78 Berbuat onar
79 Part 79 Di buru warga
80 Part 80 Kehilangan uang
81 Part 81 Kejadian yang dialami Yeti
82 Part 82 Mencari keberadaan Baron
83 Part 83 Memasuki bulan suci
84 Part 84 Diculik dan disiksa
85 Part 85 Derita yang dialami Jihan
86 Part 86 Keputusan akhir
87 Part 87 Dilaporkan
88 Part 88 Nasib sial Juanda
89 Part 89 Wafat dalam Husnul khatimah
90 Part 90 Nasehat seorang Ibu
91 Part 91 Keresahan hati
92 Part 92 Shock
93 Part 93 Keraguan hati
94 Part 94 Perasaan bahagia
95 Part 95 Ketakutan
96 Part 96 Di pergoki warga
97 Part 97 Penyesalan diri
98 Part 98 Wafatnya putri Lusi
99 Part 99 Kabur dari penjara
100 Part 100 Gelisah
101 Part 101 Ancaman Baron
102 Part 102 Kejahatan Baron
103 Part 103 Menjadi buruan Baron
104 Part 104 Menemukan jenazah Sandi
105 Part 105 Niat yang berubah
106 Part 106 Diburu polisi
107 Part 107 Mencari pembunuh bayaran
108 Part 108 Menemukan persembunyiannya Baron
109 Part 109 Kesedihan Fatimah
110 Part 109 Keresahan Fatimah
111 Part 110 Pertanda
112 Part 111 Kehilangan Lusi
113 Part 112 Keguguran
114 Part 113 Kedatangan jama'ah ghaib
115 Part 114 Guncangan yang dahsyat
116 Part 115 Bencana alam
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Part 1 Kisah tragis
2
Part 2 Kecurigaan Novi
3
Part 3 Hasrat yang menggila
4
Part 4 Ayah yang bejat
5
Part 5 Keinginan Hamdan
6
Part 6 Dirayu wanita penggoda
7
Part 7 Kesulitan yang dihadapi Rehan
8
Part 8 Perasaan yang tersiksa
9
Part 9 Kisah hidup
10
Part 10 Di datangi warga
11
Part 11 Tuduhan yang menyakitkan
12
part 12 Siksaan yang di alami Jihan
13
Part 13 Pelarian Tina dan adiknya
14
Part 14 Kejujuran Jihan
15
Part 15 Pertemuan yang membahagiakan
16
Part 16 Penculikan terhadap Jihan
17
Part 17 Niat buruk Sandi
18
Part 18 Kehormatan yang ternoda
19
Part 19 Hasutan Sandi
20
Part 20 Pengakuan Lusi
21
Part 21 Kemarahan Hasan
22
Part 22 Siasat Rehan
23
Part 23 Kebaikan keluarga Rehan
24
Part 24 Ketulusan Keluarga Rehan
25
Part 25 Perdebatan Sandi dan Rehan
26
Part 26 Kekejaman Baron
27
Part 27 Niat licik Juanda
28
Part 28 Pertemuan
29
Part 29 Perasaan Jihan
30
Part 30 Takdir
31
Part 31 Di perlukan baik
32
Part 32 Dibuat kesal
33
Part 33 Keresahan Hati Rehan
34
Part 34 Kebiadaban Baron dan Sandi
35
Part 35 Kemelut rumah tangga Fatimah
36
Part 36 Derita Lusi
37
Part 37 Kebohongan Sandi
38
Part 38 Rahasia Baron
39
Part 39 Kehancuran
40
Part 40 Pindah rumah
41
Part 41 Didatangi warga
42
Part 42 Tertangkap basah
43
Part 43 Kabar gembira
44
Part 44 Kehilangan Jihan
45
Part 45 Dihajar kaki tangan Juanda
46
Part 46 Nekad
47
Part 47 Mencari jalan pintas
48
Part 48 Mendapat pekerjaan baru
49
Part 49 Pemaksaan kehendak
50
Part 50 Memilih pergi
51
Part 51 Kedatangan Jihan
52
Part 52 Niat suci Rehan
53
Part 53 Pernikahan yang di harapkan
54
Part 54 Malam pengantin yang indah
55
Part 55 Ketahuan berselingkuh
56
Part 56 Di tuduh berselingkuh
57
Part 57 Terbakar emosi
58
Part 58 Kekesalan Abdul
59
Part 59 Rehan palsu
60
Part 60 Terikat perjanjian terlarang
61
Part 61 Pelajaran berharga
62
Part 62 Gosip yang beredar
63
Part 63 Kehilangan Mawar
64
Part 64 Mencari keberadaan Sandi
65
Part 65 Ketakutan
66
Part 66 Kembali ke Desa Waluh
67
Part 67 Kedatangan tamu
68
Part 68 Kebaikan Surtini
69
Part 69 Mencari keberadaan Fatimah
70
Part 70 Di hakimi warga
71
Part 71 Keresahan keluarga Hasan
72
Part 72 Kesal
73
Part 73 Kehamilan Jihan
74
Part 74 Nasib sial
75
Part 75 Kesedihan Marta
76
Part 76 Mendapat masalah
77
Part 77 Ke khawatiran Fatimah
78
Part 78 Berbuat onar
79
Part 79 Di buru warga
80
Part 80 Kehilangan uang
81
Part 81 Kejadian yang dialami Yeti
82
Part 82 Mencari keberadaan Baron
83
Part 83 Memasuki bulan suci
84
Part 84 Diculik dan disiksa
85
Part 85 Derita yang dialami Jihan
86
Part 86 Keputusan akhir
87
Part 87 Dilaporkan
88
Part 88 Nasib sial Juanda
89
Part 89 Wafat dalam Husnul khatimah
90
Part 90 Nasehat seorang Ibu
91
Part 91 Keresahan hati
92
Part 92 Shock
93
Part 93 Keraguan hati
94
Part 94 Perasaan bahagia
95
Part 95 Ketakutan
96
Part 96 Di pergoki warga
97
Part 97 Penyesalan diri
98
Part 98 Wafatnya putri Lusi
99
Part 99 Kabur dari penjara
100
Part 100 Gelisah
101
Part 101 Ancaman Baron
102
Part 102 Kejahatan Baron
103
Part 103 Menjadi buruan Baron
104
Part 104 Menemukan jenazah Sandi
105
Part 105 Niat yang berubah
106
Part 106 Diburu polisi
107
Part 107 Mencari pembunuh bayaran
108
Part 108 Menemukan persembunyiannya Baron
109
Part 109 Kesedihan Fatimah
110
Part 109 Keresahan Fatimah
111
Part 110 Pertanda
112
Part 111 Kehilangan Lusi
113
Part 112 Keguguran
114
Part 113 Kedatangan jama'ah ghaib
115
Part 114 Guncangan yang dahsyat
116
Part 115 Bencana alam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!