Part 2 Kecurigaan Novi

Di saat mereka berdua tiba di rumah kosong itu, Sandi yang sedari tadi mengikuti mereka terus saja mengendap-endap berjalan pelan dari belakang.

Sandi penasaran sekali dengan apa yang di lakukan oleh Baron pada perempuan itu, apa lagi Sandi belum pernah mengikuti orang sejauh itu.

Mesti kaki Sandi saat itu terasa gemetaran karena takut, namun dia terus saja menghampiri rumah yang tampak menyeramkan itu.

Dari luar dinding papan yang sudah rapuh dan sedikit bias cahaya bulan di malam itu, Sandi mencoba menoleh kedalam rumah.

Saat itu Sandi mendengar sendiri desah nafas perempuan itu, hingga membuatnya blingsatan. Tak ingin penasaran, Sandi mencoba mengintip kedalam.

Saat itu Sandi benar-benar melihat dengan mata kepalanya sendiri, apa yang selama ini belum pernah di lihatnya. Kedua tangannya terlihat begitu gemetar, Sandi bahkan tak kuasa untuk berdiri dengan lurus, karena kedua lututnya, tak kuat menopang tubuhnya yang kekar.

“Astaga…! apa yang telah kulihat! ampuni aku ya Allah."

Tak ingin di ketahui oleh Baron dan perempuan itu, Sandi akhirnya memutuskan untuk segera kembali pulang kerumahnya.

Di dalam kamar, Sandi tak bisa memejamkan mata, kejadian yang baru saja di lihat, tampak menari-nari di dalam angan-angannya.

Sementara itu, Hasan bersama istrinya sedang asik tidur lelap di dalam kamar mereka, bahkan keduanya tak mengetahui apa yang telah di alami oleh putranya itu.

Pagi sebelum azan berkumandang, Sandi sudah mondar-mandir di dapur rumahnya, gelas yang berisi minuman yang saat itu ada di genggaman tangannya, tak terasa terjatuh kelantai. Gelas itu pecah berderai. Tangan Sandi terasa dingin dan gemetaran saat itu.

Novi yang sedang tidur nyenyak langsung terbangun karena mendengar suara benda pecah dari arah dapur. Dia bangkit dari tidurnya dan bergegas menuju dapur.

Ketika Novi masuk kedalam dapur, betapa terkejutnya dia, saat melihat tangan Sandi putranya berlumuran darah, karena menggenggam kaca gelas yang masih tertinggal di tangannya.

Novi melihat tangan Sandi gemetaran seperti orang yang sedang kedinginan, ketika Novi menyentuh pundak putranya itu, Sandi terlihat gelagapan ketika di tanya.

“Kamu kenapa nak? kenapa pagi-pagi begini kamu udah bangun? kamu sakit ya?” tanya Novi heran.

“Ah, eh Ibu,” jawab Sandi.

“Ada apa? cerita sama Ibu, nggak biasanya kan, kamu seperti ini?”

“Aku nggak apa-apa kok Bu, Ibu nggak usah khawatir.”

“Nggak usah khawatir gimana maksudmu, udah jelas tanganmu dingin dan gemetaran begini?” tanya Novi seraya membersihkan luka yang ada di tangan putranya.

“Sebenarnya aku hanya ingin minum aja kok Bu.”

“Kan ada Bi Marni! biasanya kamu juga menyuruh Bi Marni mengambilkan air minumnya?”

“Hari udah malam Bu, biarlah Bi Marni tidur, bukankah besok pagi dia akan bangun lebih awal. Aku kasihan padanya, ntar kalau dia sakit karena kecapean gimana?”

“Alasan! sebenarnya ada apa sih nak, sepertinya kau sedang menyembunyikan sesuatu pada Ibu?” tanya Novi penasaran.

“Nggak ada apa-apa kok Bu, aku hanya nggak bisa tidur aja malam ini. Aku haus, lalu aku ke dapur mengambil minuman, kenapa Ibu bisa curiga berlebihan sih?”

“Bukan itu masalahnya, tangan mu itu lho, sepertinya gemetaran!” ujar Novi sambil menatap tajam ke arah putranya.

“Terus terang aja pada Ibu nak, kamu itu kenapa?”

“Aduh Ibu, kenapa Ibu memperhatikan aku sedetail mungkin sih, apa menurut Ibu, aku ini seorang pembohong! tanganku nggak gemetaran, kebetulan saja, gelas yang ku pegang itu retak, jadi saat ku tuangkan air, dia langsung pecah.”

“Ya sudah, kalau kamu nggak apa-apa, silahkan lanjutkan tidurmu.”

“Iya, aku kemar dulu.”

Setelah kepergian Sandi, Novi terus saja berfikir dengan kejadian aneh yang di alami oleh putranya, karena hal itu tak pernah di lakukan Sandi sebelumnya.

“Aneh, pasti telah terjadi sesuatu pada dirinya,” gumam Novi pelan.

Beberapa saat kemudian, Marni terbangun dari tidurnya, karena saat itu jam sudah menunjukan pukul lima subuh. Perempuan itu tergopoh-gopoh pergi ke dapur untuk membuat sarapan pagi.

Saat itu Marni terkejut ketika melihat majikannya sedang duduk di dapur sendirian, di lantai ada serpihan kaca yang berserakan.

Marni tak mau bertanya langsung tentang apa yang terjadi, tapi dia segera mengambil sapu dan membersihkan pecahan kaca yang berserakan itu.

Merasa penasaran dengan apa yang telah terjadi, Marni mencoba menghampiri Novi yang tengah duduk diam di dekat meja makan.

“Ada apa Bu? kenapa ada gelas pecah?”

“Ah, nggak ada apa-apa, Bi.”

“Tapi Ibu nggak kenapa-napa kan?”

“Aku nggak apa-apa kok, Bi. Tadi Sandi bikin aku kaget, dia ke dapur sendirian dan memecahkan gelas hingga tangannya berdarah.”

“Lho, biasanya kalau Den Sandi pingin minum, dia kan selalu memanggil Bibi untuk mengambilkan air minum.”

“Itu makanya, tadi itu aku heran, tapi ketika di tanya Sandi nggak mau bicara jujur pada ku, seperti ada yang sedang dia sembunyikan di rumah ini,” jawab Novi seraya pergi meninggalkan dapur.

“Iya, aneh! ini emang kejadian aneh!” ujar Marni bicara pada dirinya sendiri.

Seperti yang ada di benak Novi dan Marni, mulai hari itu Sandi memang berperilaku aneh dirumah itu, kecurigaan Novi membuat hatinya semakin resah.

Malam itu Sandi duduk diam di ruang tamu, Hasan yang melihat putranya yang tak biasa termenung diapun datang menghampiri sandi.

“Ada apa? nggak biasanya Ayah melihat mu duduk manis di sini, biasanya juga keluar, untuk kelayapan.”

“Aku minta uang Ayah.”

“Minta uang untuk apa?”

“Untuk membeli bingkisan.”

“Membeli bingkisan? bingkisan untuk siapa?” tanya Hasan ingin tahu.

“Untuk teman Ayah.”

“Kau butuh uang berapa?”

“Lima ratus ribu.”

“Hah, kamu beli bingkisan untuk seorang teman dengan harga lima ratus ribu?”

“Itu nggak seberapa Ayah.”

“Nggak seberapa gimana maksud mu, kau membeli bingkisan dengan harga ratusan ribu, kau bilang nggak seberapa? yang benar saja kamu nak!”

“Aku butuh uang itu Ayah.”

“Begitu sepesial kah, teman mu itu?”

“Iya Ayah.”

“Sekarang jawab dengan jujur pada Ayah, untuk siapa bingkisan itu kau berikan.”

“Untuk Lusi, Ayah.”

“Lusi? Lusi siapa nak?”

“Lusi anak Bu Fatimah, Yah,” jawab Sandi pelan.

“Benar untuk Lusi, anak Bu Fatimah?”

“Benar Ayah.”

“Baiklah, akan Ayah berikan kau uang, sebanyak yang kau minta.”

“Makasih Ayah,” jawab Sandi seraya mencium tangan Ayahnya.

“Tapi ingat Sandi, nanti akan Ayah tanyakan pada Lusi, apakah kau benar-benar memberi bingkisan padanya atau nggak.”

Ucapan terakhir Hasan, membuat jantung Sandi berhenti berdetak, dia begitu takut, jika benar Ayahnya akan bertanya pada Lusi tentang bingkisan itu.

Malam berikutnya, seperti yang telah di janjikan Hasan pada putranya, Sandi pun menantikan janji Ayahnya itu di ruang tamu. Setelah uang yang di mintanya dapat, lalu Sandi pergi keluar rumah.

Bersambung...

*Selamat membaca*

Terpopuler

Comments

Dwi sonya

Dwi sonya

sema

2024-01-08

0

Iril Nasri

Iril Nasri

lanjut

2024-01-03

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1 Kisah tragis
2 Part 2 Kecurigaan Novi
3 Part 3 Hasrat yang menggila
4 Part 4 Ayah yang bejat
5 Part 5 Keinginan Hamdan
6 Part 6 Dirayu wanita penggoda
7 Part 7 Kesulitan yang dihadapi Rehan
8 Part 8 Perasaan yang tersiksa
9 Part 9 Kisah hidup
10 Part 10 Di datangi warga
11 Part 11 Tuduhan yang menyakitkan
12 part 12 Siksaan yang di alami Jihan
13 Part 13 Pelarian Tina dan adiknya
14 Part 14 Kejujuran Jihan
15 Part 15 Pertemuan yang membahagiakan
16 Part 16 Penculikan terhadap Jihan
17 Part 17 Niat buruk Sandi
18 Part 18 Kehormatan yang ternoda
19 Part 19 Hasutan Sandi
20 Part 20 Pengakuan Lusi
21 Part 21 Kemarahan Hasan
22 Part 22 Siasat Rehan
23 Part 23 Kebaikan keluarga Rehan
24 Part 24 Ketulusan Keluarga Rehan
25 Part 25 Perdebatan Sandi dan Rehan
26 Part 26 Kekejaman Baron
27 Part 27 Niat licik Juanda
28 Part 28 Pertemuan
29 Part 29 Perasaan Jihan
30 Part 30 Takdir
31 Part 31 Di perlukan baik
32 Part 32 Dibuat kesal
33 Part 33 Keresahan Hati Rehan
34 Part 34 Kebiadaban Baron dan Sandi
35 Part 35 Kemelut rumah tangga Fatimah
36 Part 36 Derita Lusi
37 Part 37 Kebohongan Sandi
38 Part 38 Rahasia Baron
39 Part 39 Kehancuran
40 Part 40 Pindah rumah
41 Part 41 Didatangi warga
42 Part 42 Tertangkap basah
43 Part 43 Kabar gembira
44 Part 44 Kehilangan Jihan
45 Part 45 Dihajar kaki tangan Juanda
46 Part 46 Nekad
47 Part 47 Mencari jalan pintas
48 Part 48 Mendapat pekerjaan baru
49 Part 49 Pemaksaan kehendak
50 Part 50 Memilih pergi
51 Part 51 Kedatangan Jihan
52 Part 52 Niat suci Rehan
53 Part 53 Pernikahan yang di harapkan
54 Part 54 Malam pengantin yang indah
55 Part 55 Ketahuan berselingkuh
56 Part 56 Di tuduh berselingkuh
57 Part 57 Terbakar emosi
58 Part 58 Kekesalan Abdul
59 Part 59 Rehan palsu
60 Part 60 Terikat perjanjian terlarang
61 Part 61 Pelajaran berharga
62 Part 62 Gosip yang beredar
63 Part 63 Kehilangan Mawar
64 Part 64 Mencari keberadaan Sandi
65 Part 65 Ketakutan
66 Part 66 Kembali ke Desa Waluh
67 Part 67 Kedatangan tamu
68 Part 68 Kebaikan Surtini
69 Part 69 Mencari keberadaan Fatimah
70 Part 70 Di hakimi warga
71 Part 71 Keresahan keluarga Hasan
72 Part 72 Kesal
73 Part 73 Kehamilan Jihan
74 Part 74 Nasib sial
75 Part 75 Kesedihan Marta
76 Part 76 Mendapat masalah
77 Part 77 Ke khawatiran Fatimah
78 Part 78 Berbuat onar
79 Part 79 Di buru warga
80 Part 80 Kehilangan uang
81 Part 81 Kejadian yang dialami Yeti
82 Part 82 Mencari keberadaan Baron
83 Part 83 Memasuki bulan suci
84 Part 84 Diculik dan disiksa
85 Part 85 Derita yang dialami Jihan
86 Part 86 Keputusan akhir
87 Part 87 Dilaporkan
88 Part 88 Nasib sial Juanda
89 Part 89 Wafat dalam Husnul khatimah
90 Part 90 Nasehat seorang Ibu
91 Part 91 Keresahan hati
92 Part 92 Shock
93 Part 93 Keraguan hati
94 Part 94 Perasaan bahagia
95 Part 95 Ketakutan
96 Part 96 Di pergoki warga
97 Part 97 Penyesalan diri
98 Part 98 Wafatnya putri Lusi
99 Part 99 Kabur dari penjara
100 Part 100 Gelisah
101 Part 101 Ancaman Baron
102 Part 102 Kejahatan Baron
103 Part 103 Menjadi buruan Baron
104 Part 104 Menemukan jenazah Sandi
105 Part 105 Niat yang berubah
106 Part 106 Diburu polisi
107 Part 107 Mencari pembunuh bayaran
108 Part 108 Menemukan persembunyiannya Baron
109 Part 109 Kesedihan Fatimah
110 Part 109 Keresahan Fatimah
111 Part 110 Pertanda
112 Part 111 Kehilangan Lusi
113 Part 112 Keguguran
114 Part 113 Kedatangan jama'ah ghaib
115 Part 114 Guncangan yang dahsyat
116 Part 115 Bencana alam
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Part 1 Kisah tragis
2
Part 2 Kecurigaan Novi
3
Part 3 Hasrat yang menggila
4
Part 4 Ayah yang bejat
5
Part 5 Keinginan Hamdan
6
Part 6 Dirayu wanita penggoda
7
Part 7 Kesulitan yang dihadapi Rehan
8
Part 8 Perasaan yang tersiksa
9
Part 9 Kisah hidup
10
Part 10 Di datangi warga
11
Part 11 Tuduhan yang menyakitkan
12
part 12 Siksaan yang di alami Jihan
13
Part 13 Pelarian Tina dan adiknya
14
Part 14 Kejujuran Jihan
15
Part 15 Pertemuan yang membahagiakan
16
Part 16 Penculikan terhadap Jihan
17
Part 17 Niat buruk Sandi
18
Part 18 Kehormatan yang ternoda
19
Part 19 Hasutan Sandi
20
Part 20 Pengakuan Lusi
21
Part 21 Kemarahan Hasan
22
Part 22 Siasat Rehan
23
Part 23 Kebaikan keluarga Rehan
24
Part 24 Ketulusan Keluarga Rehan
25
Part 25 Perdebatan Sandi dan Rehan
26
Part 26 Kekejaman Baron
27
Part 27 Niat licik Juanda
28
Part 28 Pertemuan
29
Part 29 Perasaan Jihan
30
Part 30 Takdir
31
Part 31 Di perlukan baik
32
Part 32 Dibuat kesal
33
Part 33 Keresahan Hati Rehan
34
Part 34 Kebiadaban Baron dan Sandi
35
Part 35 Kemelut rumah tangga Fatimah
36
Part 36 Derita Lusi
37
Part 37 Kebohongan Sandi
38
Part 38 Rahasia Baron
39
Part 39 Kehancuran
40
Part 40 Pindah rumah
41
Part 41 Didatangi warga
42
Part 42 Tertangkap basah
43
Part 43 Kabar gembira
44
Part 44 Kehilangan Jihan
45
Part 45 Dihajar kaki tangan Juanda
46
Part 46 Nekad
47
Part 47 Mencari jalan pintas
48
Part 48 Mendapat pekerjaan baru
49
Part 49 Pemaksaan kehendak
50
Part 50 Memilih pergi
51
Part 51 Kedatangan Jihan
52
Part 52 Niat suci Rehan
53
Part 53 Pernikahan yang di harapkan
54
Part 54 Malam pengantin yang indah
55
Part 55 Ketahuan berselingkuh
56
Part 56 Di tuduh berselingkuh
57
Part 57 Terbakar emosi
58
Part 58 Kekesalan Abdul
59
Part 59 Rehan palsu
60
Part 60 Terikat perjanjian terlarang
61
Part 61 Pelajaran berharga
62
Part 62 Gosip yang beredar
63
Part 63 Kehilangan Mawar
64
Part 64 Mencari keberadaan Sandi
65
Part 65 Ketakutan
66
Part 66 Kembali ke Desa Waluh
67
Part 67 Kedatangan tamu
68
Part 68 Kebaikan Surtini
69
Part 69 Mencari keberadaan Fatimah
70
Part 70 Di hakimi warga
71
Part 71 Keresahan keluarga Hasan
72
Part 72 Kesal
73
Part 73 Kehamilan Jihan
74
Part 74 Nasib sial
75
Part 75 Kesedihan Marta
76
Part 76 Mendapat masalah
77
Part 77 Ke khawatiran Fatimah
78
Part 78 Berbuat onar
79
Part 79 Di buru warga
80
Part 80 Kehilangan uang
81
Part 81 Kejadian yang dialami Yeti
82
Part 82 Mencari keberadaan Baron
83
Part 83 Memasuki bulan suci
84
Part 84 Diculik dan disiksa
85
Part 85 Derita yang dialami Jihan
86
Part 86 Keputusan akhir
87
Part 87 Dilaporkan
88
Part 88 Nasib sial Juanda
89
Part 89 Wafat dalam Husnul khatimah
90
Part 90 Nasehat seorang Ibu
91
Part 91 Keresahan hati
92
Part 92 Shock
93
Part 93 Keraguan hati
94
Part 94 Perasaan bahagia
95
Part 95 Ketakutan
96
Part 96 Di pergoki warga
97
Part 97 Penyesalan diri
98
Part 98 Wafatnya putri Lusi
99
Part 99 Kabur dari penjara
100
Part 100 Gelisah
101
Part 101 Ancaman Baron
102
Part 102 Kejahatan Baron
103
Part 103 Menjadi buruan Baron
104
Part 104 Menemukan jenazah Sandi
105
Part 105 Niat yang berubah
106
Part 106 Diburu polisi
107
Part 107 Mencari pembunuh bayaran
108
Part 108 Menemukan persembunyiannya Baron
109
Part 109 Kesedihan Fatimah
110
Part 109 Keresahan Fatimah
111
Part 110 Pertanda
112
Part 111 Kehilangan Lusi
113
Part 112 Keguguran
114
Part 113 Kedatangan jama'ah ghaib
115
Part 114 Guncangan yang dahsyat
116
Part 115 Bencana alam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!