Bukannya berjalan kearah rumah Lusi, Sandi malah pergi ke sebuah rumah yang terletak di ujung gang. Rumah itu memang terlihat biasa-biasa saja dari arah luar, tak ada yang janggal terlihat. Akan tetapi di dalamnya ada pesta yang tak pernah berakhir.
Diam-diam Sandi menyelinap masuk kedalam rumah itu. Didalamnya sangat luas, terdapat begitu banyak kamar-kamar kecil yang berukuran mini. Persis seperti sebuah bar, banyak muda-mudi bergoyang dan berjoget tiada henti.
Sandi melihat di sekeliling dinding itu telah terlapisi dengan kaca kedap suara, sehingga suara bising tak terdengar di luar.
“Hm, pantasan hingar-bingar suaranya tak terdengar dari luar, ternyata mereka melapisi ruangan ini dengan kaca itu,” gumam Sandi.
Dengan pelan, lalu Sandi menghampiri meja minuman yang terletak di pojok sebelah kanan ruangan tersebut.
Seraya melirik liar pada setiap pemuda yang berada di hadapannya. Sandi pun duduk di meja minuman yang ada di ruangan itu.
“Mau minum dek?” tanya seorang pria padanya.”
“Nggak Bang, aku lagi nungguin seseorang,” jawab Sandi tenang.
“Cewek atau cowok?”
“Cewek lah, masa cowok?”
“Ooo, cantik pastinya.”
“Benar Bang, sangat cantik sekali.”
“Biasa mangkal di sini, Dek?”
“Sepertinya begitu.”
“Namanya siapa?”
“Apa…!” teriak Sandi pada pelayan itu. “Maaf agak bising, jadi aku kurang dengar.”
“Namanya siapa?” tanya pelayan itu dengan nada agak sedikit keras.
“Nama cewek itu.”
“Iya.”
“Aku nggak tahu.”
“Ooo,” jawab pelayan itu manggut-manggut.
Setelah beberapa waktu duduk menunggu, tiba-tiba saja seorang wanita penghibur datang menghampiri Sandi.
“Mau berbisnis Bang,” bisik perempuan itu ke telinga Sandi.
Karena perempuan itu memegang bagian tubuh Sandi, Sandi pun merasa merinding, namun dia berusaha sedikit tenang dan tak menampakkan gelagat takutnya di hadapan perempuan tersebut.
“Nggak,” jawab Sandi tenang.
“Lalu, lagi ngapain disini?”
“Lagi nungguin seseorang.” jawab Sandi pelan.
“Siapa? apakah dia lebih cantik dari ku?”
“Benar, dia memang lebih cantik, tapi kamu nggak kalah cantik dari dia.”
“Apakah dia Mawar?”
“Emangnya Mawar itu cantik ya?”
“Iya, dia perempuan paling cantik disini.”
“Mana dia sekarang?”
“Ada tuh, lagi nerima tamu.”
“Terima tamu? apa maksudnya?”
“Bang, ini kan rumah pelacuran. Jadi, setiap wanita yang ada diruangan ini, tugasnya untuk melayani tamu.”
“Jadi sampai kapan dia melayani tamunya?”
“Sampai tamunya merasa puas dong,” colek perempuan itu.
Sandi yang mendengar dari perempuan itu, kalau Mawar lagi melayani tamu, dia terlihat begitu gelisah, dia berjalan mondar-mandir di depan kamar mawar.
Banyak para perempuan yang mencoba menawarkan diri padanya, namun Sandi selalu menolaknya. Sandi begitu tergiur dengan permainan Mawar yang membuatnya tak bisa tidur semalaman.
Setelah beberapa jam menunggu. Pelanggan Mawar keluar dari dalam kamar itu dengan pakaian terbuka dan jalan sempoyongan.
Tak sabaran menunggu kepergian pria itu, keluar dari kamar Mawar, Sandi membantu menarik tangan pria tersebut keluar.
“Heh, kamu, ngapain kesini?” tanya Mawar heran.
“Aku udah nggak tahan lagi,” jawab Sandi yang langsung melepas pakaiannya.
“Tunggu dulu! rasanya aku pernah melihatmu?”
“Iya, malam itu aku bertemu denganmu di jalanan.”
“O iya, aku baru ingat,” jawab Mawar yang saat itu tak berbusana.
“Bisa kita mulai?” desak Sandi tak sabaran.
“Apa nggak perlu aku mandi dulu?”
“Nggak usah.”
Saat Mawar mulai berdiri, jantung Sandi berdebar tak teratur, gelora darah mudanya melunjak hingga keubun-ubun.
Melihat Sandi gemetaran, Mawar langsung mendekap tubuh Sandi dengan erat.
*********** yang putih bersih menempel di wajah pria remaja itu, begitu juga dengan jemari tangannya yang agresif bergerak seiring dengan desah nafasnya yang memburu.
Malam itu Sandi benar-benar tak dapat berkutik, gemuruh hasratnya tampak semakin menggila, dia menjajali setiap jengkal tubuh perempuan yang ada di dalam dekapannya.
“Oh…!”
Desah nafas Mawar membuat Sandi mengakhiri semuanya. Malam itu adalah malam pertama, Mawar merenggut keperjakaan pria remaja itu.
Masa remaja yang semestinya harus di jaga dan di lindunginya, telah ternoda oleh hasratnya yang tak terkendali. Dia terkulai tak berdaya karena nafsu birahinya sendiri.
Saat pagi menjelang, Novi yang sedang sujud di atas sajadahnya, tak tahu akan putra tunggalnya saat itu. mesti demikian, saat sholat Novi merasakan sesuatu.
Setelah selesai sholat, Novi bergegas menuju kamar Sandi, tapi pintu kamarnya terkunci. Novi mencoba mengintip kedalam dari celah sempit pintu kamar putranya.
Terlihat ada seseorang sedang terbaring dari dalam kamar itu, tapi saat pintu kamar di gedor dengan kuat dari luar, tak ada yang membukanya.
Hasan yang saat itu sedang tidur nyenyak, langsung terbangun, saat mendengar suara gaduh dari kamar putranya.
“Ada apa toh Bu? pagi-pagi begini udah ribut-ribut, malu sama tetangga.”
“Ini Yah, putramu nggak bangun-bangun. Padahal Ibu udah bolak balik menggedor pintunya, tapi dia tetap diam saja di dalam,” jawab Novi kesal.
“Ah, masa? Ibu yakin dia ada di dalam?”
“Yakin Yah, orang tadi Ibu lihat sendiri kok, dia lagi tidur di dalam kamarnya.”
“Kalau begitu, coba Ayah yang panggil siapa tahu dia mau menjawabnya.”
“Cobalah, kalau Ayah bisa!”
“Baiklah, biar Ayah coba.”
Mesti pintu kamar itu di ketuk oleh Hasan berulang kali, namun Sandi tetap tak menjawabnya. Saat itu hati Novi merasa tak tenang, namun dia tak mau berburuk sangka dulu pada putranya.
“Nggak mau juga Bu.”
“Ono opa thoh, Yah. Nggak biasanya dia seperti ini?” tanya Novi pada suaminya.
“Aku juga nggak tahu Bu, ya udah, biarkan aja dulu, nanti kalau dia udah bangun, baru kita tanyain,” ujar Hasan pada istrinya, yang terus melangkah pergi meninggalkan kamar Sandi.
Sementara itu,p Novi yang merasa penasaran, terus saja menggedor-gedor pintu kamar Sandi dengan kuat, namun sang anak tetap tak menjawab panggilan Ibunya.
Beberapa saat kemudian, Sandi pulang kerumah, dengan tenang dia masuk kedalam kamar tanpa mesti membuka kunci kamar itu terlebih dahulu.
Ternyata saat Sandi pergi, pintu kamarnya tak di kunci sama sekali, Hasan dan Novi hanya menggedor-gedor pintu itu dengan kuat tanpa membukanya.
Tak berapa lama kemudian Novi datang lagi, dia kembali menggedor-gedor pintu kamar Sandi dengan kuat, Sandi yang berada di dalam kamar, langsung terbangun karena kaget.
“Ada apa sih, Bu?” tanya Sandi seraya membuka pintu kamarnya.
Ketika Sandi mucul secara tiba-tiba, Novi menjadi terkejut, dia merasa heran, padahal dia sudah berulang kali menggedor pintu kamar putranya, tiba-tiba Sandi bangun dan bertanya padanya, ada apa.
“Aneh! kamu ada didalam ternyata?” tanya Novi marah.
“Emangnya ada apa sih Bu? aku ini kan nggak tuli, kenapa menggedor pintunya kuat banget, bikin kuping aku sakit, tahu nggak!”
“Heh Sandi! kamu itu kenapa sih? Sampai berbusa mulut Ibu memanggil mu, kenapa kau diam aja?”
“Aku lagi tidur Bu,” jawab Sandi berbohong.
Bersambung...
*Selamat membaca*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Putri Minwa
selamat berkarya ya thor
2024-05-21
0
Dwi sonya
waduh sandi
2024-01-08
1
Iril Nasri
widih masih kecil aja kelakuannya udah kayak gitu
2024-01-03
1