My Little Bride

My Little Bride

●Prolog

.●Prolog.

Arben sedang duduk di meja kerjanya,

membaca dengan teliti beberapa berkas yang tertumpuk hingga sebuah ketukan pintu membuyarkan konsentrasinya.

Sosok seorang pelayan pria masuk ke dalam ruang kerja Arben. Wajahnya tampak pucat dengan tetesan peluh di kening serta tangan yang gemetar.

"Ma-af tuan, ada telepon dari kepolisian," ucap pelayan itu dengan suara terbata yang membuat mata Arben terbelalak.

Pria itu langsung bangkit dari kursi, berjalan keluar dengan tergesa meninggalkan sosok pelayan yang masih terpaku menatap punggunggnya.

Tak seperti biasa polisi menelpon ke dalam kediamannya, karena biasanya telepon penting akan langsung terhubung ke ruang kerjanya.

Arben lantas mengangkat gagang telepon yang tergeletak, suaranya yang berat mulai terdengar menyapa sosok di balik sambungan telepon.

"Apa benar ini dengan Bapak Arbenio?" tanya sosok pria dari sambungan telepon.

"Benar, saya sendiri. Ada masalah apa?" sahut Arben dengan nada tegas.

"Begini pak, kami ingin menginformasikan bahwa telah terjadi laka lantas tunggal di jalan X, atas nama Bapak Aksa dan Ibu Defanka. Keduanya kini berada di RS Nusajaya, Bapak Aksa yang masih dapat kami tanyai menyuruh kami untuk menelpon anda."

Mendengar penjelasan itu, tangan Arben langsung lemas hingga gagang telepon pun jatuh dengan sendirinya. Tanpa pikir panjang, pria itu lantas berlari keluar menuju mobilnya.

Arben mengemudikam mobil porsche hitam miliknya dengan kecepatan tinggi, beberapa kali terdengar helaan nafas dalam yang diiringi suara detak jantung yang terdengar samar. Dia sangat kalut.

Pasalnya, pria itu baru bertemu mereka dua jam yang lalu di acara makan malam yang diadakan Presdir Logi Company dan sekarang malah mendapat kabar bahwa sahabatnya itu mengalami kecelakaan tunggal.

Beberapa saat kemudian, Arben pun tiba di RS Nusajaya. Dia langsung berlari masuk ke koridor rumah sakit dan langsung menuju ruang resepsionis.

"Tolong infokan untuk pasien atas nama Aksa dan Defanka, dirawat dimana." Arben menyibak beberapa helai rambutnya ke belakang dengan nafas terengah, membuat wanita resepsionis tak berkedip karena sosok tampannya.

"Eh- maaf, bi-biar saya cek sebentar." Wanita itu terlihat panik karena menyadari Arben terus menatapnya menunggu jawaban.

Sambil mengotak atik komputer di hadapannya dengan gugup, wanita dengan seragam putih itu mencari nama Aksa dan Defanka di daftar nama pasien.

"Untuk pasien atas nama Pak Aksa sekarang berada di ruang UGD, sementara Ibu Defanka ada di ruang ICU. Apa ada ..." Wanita itu celingukan karena tak mendapati lawan bicaranya.

Sementara Arben langsung berlari mencari ruang ICU, tempat Defanka berada.

Pria itu berlari tanpa arah, menyusuri lorong rumah sakit yang sepi dengan cahaya yang temaram. Maklum saja, sekarang sudah jam satu dinihari. Para suster maupun penunggu pasien mungkin telah beristirahat di ruangan lain.

Dari jauh, mata Arben menangkap sebuah papan kecil bertuliskan ICU. Dengan segala kecemasan yang kini beradu di otaknya, dia pun segera menghampiri ruangan itu. Namun, saat sudah berada di depan ruangan, Arben berpapasan dengan dua orang perawat yang mendorong stretcher pasien keluar. Stretcher itu telah ditutup dengan kain putih, menandakan bahwa pasien yang mereka bawa sudah tak bernyawa lagi. Untuk beberapa detik Arben terpaku, menatap dua orang perawat yang melewatinya begitu saja. Lalu, dengan suara pelan pria itu memanggil mereka untuk berhenti sejenak.

Langkah kakinya kini melemas, seakan sudah tahu siapa yang berada di balik kain putih itu. Dengan tangan yang gemetar, Arben pun membuka kain putih yang menutupi tubuh pasien.

Seketika tubuh tinggi dan kekar Arben pun ambruk, berlutut di samping stretcher yang telah di buka kainnya. Benar saja, sosok yang dia kenal itu kini terbaring dengan tubuh kaku dan dingin. Sosok yang baru di temuinya dua jam lalu itu, wanita berparas cantik dan sangat di rindukannya. Pria itu menangis dalam diam, sembari merengkuh tangan dingin Defanka.

Masih teringat jelas di ingatannya, dua jam lalu. Di sebuah makan malam bisnis yang menjemukan tiba-tiba Defanka menghampiri Arben yang tengah berada di balkon, sedang mencari kesunyian. Hal itu sangat mengagetkan, mengingat dia yang sudah lama hilang kontak dengan wanita tersebut tiba-tiba bertemu seakan memang sudah di rencanakan.

"Apa kabar?" Ya, hal itu yang pertama di lontarkan Defanka setelah menghancurkan hati Arben berkeping-keping. Wanita itu memilih menikah dengan Aksa yang notabene akan menjadi pewaris dari Galaxy group dan meninggalkan Arbenio yang hanya pemuda yatim piatu biasa.

Marah, kesal, dan kecewa. Semua perasaan itu terpancar jelas dari sorot mata pria tersebut. Namun, hati Arben tak bisa mengelak, dia sangat rindu akan paras menawan wanita di hadapannya. Arben lantas melengos, mencoba mengambil jarak dengan wanita itu karena semakin dia melihatnya, maka semakin perih lukanya.

Tangan Defanka lalu terulur, meraih paksa tengkuk Arben hingga tertunduk dan langsung ******* bibir pria tersebut.

Tanpa kata, tanpa aba-aba. Arben yang terkejut dengan tindakan Defanka yang spontan hanya bisa diam tanpa perlawanan. Hanya dua menit, Defanka lalu melepas ciumannya dan menjauhkan diri dari Arben. Sambil tersenyum, wanita itu perlahan melangkah pergi sambil berbisik, "Selamat tinggal."

"Pe-permisi, a-pakah Anda Pak Arbenio." Suara terengah-engah seorang perawat wanita meleburkan lamunan Arben, pria itu lantas mendongak menatap kearah sumber suara dengan mata sembab.

"Iya benar, saya Arbenio," sahut Arben sembari bangkit, dia menyeka sedikit air yang tersisa di pelupuk matanya.

"Maaf Pak, bisakah ikut saya ke UGD. Pak Aksa menyuruh anda segera kesana," ucap suster itu dengan wajah panik.

Menyadari sesuatu hal yang buruk sedang terjadi, Arben lantas bangkit dan bergegas menuju ruang UGD bersama suster yang tadi memanggilnya.

Ruangan luas itu tampak sepi, hanya beberapa bilik yang terisi dilihat dari tirainya yang tertutup.

Arben lantas mengikuti suster itu menuju salah satu bilik yang terdapat di tengah ruangan. Matanya langsung mengenali sosok pria yang tengah terkapar dengan selang oksigen yang kini terpasang.

Pria itu berusaha membuka mata ketika menyadari seseorang telah datang. Tangannya yang terbalut perban serta selang selang infus di paksanya bergerak sebagI isyarat agar Arben segera mendekat.

"Apa yang terjadi?" tanya Arben sembari menatap tubuh sahabatnya yang tak berdaya.

Aksa melirik kearah suster, mencoba berkomunikasi dengan matanya agar perawat itu meninggalkan mereka berdua.

Setelah perawat itu pergi, Aksa meraih tangan Arben yang tergeletak di samping ranjangnya sambil menatap penuh harap.

"Ma-afkan aku." Suara Aksa terdengar lirih dengan nafas yang berat, membuat Arben langsung menatap dalam mata sahabatnya itu.

"Bi-bisakah aku memohon sesuatu pa-damu?" Aksa menatap Arben dengan mata berkaca-kaca.

"Tentu, katakanlah," sahut Arben.

Aksa tiba-tiba melepas sebuah cincin di jari manis dan menaruhnya di telapak tangan Arben.

"Apa ini?" tanya Arben kebingungan ketika melihat cincin pernikahan Aksa kini berada dalam telapak tangannya.

"Tolong nikahi, Bella." Aksa menatap Arben dengan mata sayu.

"Bell- siapa?" tanya Aksa kebingungan karena baru kali ini dia mendengar Aksa menyebutkan nama perempuan lain selain Defanka.

"Bella pu-triku, kumohon nikahi dia, karena ... " Suara monitor detak jantung yang semula normal kini berbunyi datar bersamaan dengan nafas panjang yang di hembuskan oleh Aksa.

Arben yang melihat itu langsung berlari panik memanggil perawat. Namun, sayangnya itu tak berguna. Suster hanya menggeleng sambil tertunduk kearah Arben setelah mengecek kondisi Aksa, membuat Arben terdiam beku di samping ranjang. Pria itu kini hanya mampu menatap detik terakhir wajah Aksa yang ditutup menggunakan kain yang menyelimuti tubuhnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!