BAB 5

Perusahaan Wijaya Utama biasanya hari sabtu dan minggu adalah hari libur mereka, namun tetap saja ada yang lembur di hari tersebut tergantung permintaan. Di ruangan pemasaran hanya beberapa orang saja yang masuk. Seperti biasa jika sudah melakukan pekerjaannya maka Gilang selalu fokus, tetapi tidak untuk hari ini Gilang masih memikirkan apa yang terjadi dengan istrinya.

Tadi pagi ia melihat Sasa seperti orang yang berbeda, Gilang juga memikirkan apa karena ucapannya yang semalam. Jika iya maka ia telah menyakiti istrinya. Jujur saja ketika melihat wajah pucat dan tangan menggigil ketakutan dari Sasa membuat Gilang sangat khawatir. Namun setelah beberapa saat istrinya bisa berubah baik-baik kembali.

"Mas Gilang" panggil Reza mengetuk sisi meja atasannya

"Mas Gilang"

"A-apa?" jawab Gilang mendongakkan kepalanya

"Baru nikah kok lesu?" mendengar itu Gilang hanya tertawa kecil

"Ada apa?"

"Itu mas sepertinya kita butuh pekerja part time lagi deh"

"Ya udah pasang iklan aja" suruhnya dan kembali menyudahi laporannya

"Istri mas Gilang tidak bisa?" tanya Reza sambil bercanda

"Uangku masih banyak untuk istriku!"

"Suruh istrimu saja Za" timpal Rani dari kubikelnya

"Si Reza kan suami takut istri" sahut Ilham yang sedari tadi berjongkok di lantai karena membereskan berkas yang terjatuh

Melihat ekspresi Reza semua yang ada di ruangan itu ikut tertawa, bagaimana pun juga istri Reza terkenal dengan garangnya, jika ada acara kantor Reza sering tidak ikut karena jika ia pulang telat sudah pasti ia di omeli istrinya.

Setengah tiga sore Sasa sudah berangkat ke supermarket yang telah di kirim alamat oleh suaminya dan supermarket itu tidak terlalu jauh dari rumah orang tuanya. Di supermarket itu Sasa juga memiliki kenangan bersama Gilang.

Kala itu..

Hari itu Sasa pulang agak telat, di ruang tamu ia melihat Kak Dikta bersama seorang perempuan, ketika Sasa masuk ternyata ia adalah pacar Kak Dikta, seumuran Dikta dan mereka juga satu kampus hanya saja berbeda jurusan, Mereka terlihat asyik bercengkerama, ibu tidak tahu lagi ada dimana biasanya jika ada pacar kak Dikta di rumah pasti Ibu ikut berbaur bersama mereka.

"Kok pulangnya malam lagi kasihan ibu ke supermarket sendiri" ucap Kak Dikta seperti menyalahkan adiknya

"Ya kalau kasihan temani dong" omel Sasa

"Iyakan Sa, emang rada malas si Dikta ini" Ucap pacarnya mengompori calon adik iparnya

"Lagian kakak ngapain mau sama dia?"

"Kalau sudah cinta susah Sa" jawabnya tertawa lebar

Mereka sudah menjalin hubungan selama 2 tahun lebih, katanya mereka mau menikah, tapi masih ada kendala karena satu hal, pacarnya juga sering main ke rumah, menemani Bu Diana atau hanya sekedar mampir sebentar.

"Sasa masih kerja di kedai ayam itu?" tanya pacarnya ketika Sasa sudah memasuki kamar

"Iya, udah nyaman mungkin" jawab Dikta

"Iyakah?"

Sebelum pulang Gilang mampir dulu ke sebuah kafe yang tidak terlalu jauh dari kantornya, kafe itu cukup ramai ketika malam hari, Gilang suka duduk sendiri disana menikmati secangkir latte dingin seraya mengerjakan laporan yang bisa ia kerjakan,

Saat selesai mandi Sasa kembali keluar untuk menjemput ibunya ke supermarket di jalan Rawa batu, di saat itu juga Dikta dan pacarnya sudah tidak ada lagi di rumah, padahal ini bukan malam minggu, memang susah ya kalau sudah jadi budak cinta tidak kenal waktu untuk berkencan.

Sasa juga menyadari tetangga depan rumahnya masih belum pulang dari luar kota, Sasa langsung mengendarai motornya menikmati dinginnya angin malam, sepanjang perjalanan begitu banyak yang ia lihat, orang-orang bersama pasangannya, sungguh membuat Sasa iri yang tidak pernah memiliki kekasih dari dulu.

Sasa berhenti di depan supermarket karena ponselnya terus berdering

Ternyata pesan dari ibu, yang menyuruh ia untuk menunggu di kafe depan supermarket karena ibunya masih ada yang mau di cari.

Sasa hanya tersenyum kecil seraya berjalan ke arah kafe itu, kafe itu di penuhi oleh muda-mudi yang menikmati masa muda mereka, Sasa. hanya memesan minuman milk tea dingin dan memilih untuk duduk di kursi luar agar ia bisa melihat ibunya.

Lagi-lagi mata Sasa menangkap pria aneh itu, kamu tahu dia sedang menatap Sasa dengan senyuman anehnya.

Sasa rasa ia benar-benar terobsesi ingin mengerjakan Sasa di kantornya. Sasa langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain

"Hi" sapanya dan entah kapan juga ia pindah duduk di depan gadis itu

"Maaf aku lagi menunggu pacarku" jawabnya, Sasa tidak peduli bahwa ia adalah seorang jomblo yang sudah bertahun-tahun lebih tepatnya sih belum pernah pacaran

"Oh ya?" ia terlihat antusias menanggapinya

"Iya"

"Aku hanya butuh kau bekerja di kantorku selama seminggu tidak lebih"

"Kenapa harus aku coba? Aku juga punya pekerjaan" ucap Sasa basa-basi padahal ia senang sekali karena bisa melihat lelaki itu dengan normal

Ibaratnya gini, ketika hari biasanya Sasa melihat wajah manusia buram semua tetapi berbeda dengan dia, Sasa melihatnya dengan warna sendiri, ia bersinar dengan sendirinya.

"Mbak yang biasa datang anaknya lagi sakit dan kau hanya perlu bekerja empat jam saja dalam sehari"

"Tetap saja aku tidak mau"

"Kenapa?"

"Aku juga punya pekerjaan kau kira aku ini pengangguran?" omel Sasa masih gengsian

"Bukan begitu tetapi tidak apa kalau tidak mau juga"

"Padahal satu hari bisa dapat 500 ribu" ucapnya sangat pelan tetapi Sasa masih bisa mendengarnya

Tak berselang lama ia langsung bangkit dari duduknya, Sasa langsung berubah pikiran 4 jam kerja dengan gaji 500 ribu ia tidak bisa menolaknya, bagi Sasa itu lebih dari cukup, dan sesuai janjinya juga jika Sasa melihat Gilang dengan normal maka Sasa mau menerima tawaran darinya

"Ya udah deh kalau kau memaksaku tetapi aku bisa datang jam 6 sore ya" kata Sasa dan berhasil membuat Gilang menghentikan langkahnya

"Masih di kantor yang samakan? Besok aku datang" sambung Sasa dan bergegas meninggalkannya, takut aja ia berubah pikiran dan membatalkan, melihat itu Gilang hanya tersenyum kecil

Sasa mempercepat langkah kaki untuk masuk ke dalam supermarket dan mencari keberadaan ibunya ada dimana, untung saja di saat yang bersamaan Sasa menyadari ibunya sedang ada di meja kasir.

Panggilan sopir taxi menyudahi kenangannya, Sasa tiba di supermarket itu dan duduk di kafe yang sama, selagi menunggu Gilang ia juga memesan minuman dingin. Sasa sampai disana sekitar jam tiga lewat dan pesan yang ia dapat dari Gilang dia sedikit telat dan ia juga yang menyuruhnya untuk menunggu disini.

Jam tiga lewat lima belas menit, Sasa menyadari seorang pria berkemeja hitam dan topi hitam mendekat ke arahnya, Sasa tidak bisa mengenali wajahnya, semakin mendekat semakin membuat Sasa panik, Sasa takut jika suaminya melihat nanti Gilang akan berfikir yang aneh-aneh.

Tanpa aba-aba ia duduk di depan Sasa, Sasa hanya diam dan langsung berdiri hendak berpindah kursi tiba-tiba saja sebuah tangan kekar itu menahan pergelangan tangannya untuk tidak pergi, Sasa tidak ingin menyiakan kesempatan, ia langsung memukul kepala lelaki itu dengan tas sekuat mungkin. Sasa tidak peduli lagi jika lelaki itu kesakitan! Sasa hanya melindungi dirinya.

Terpopuler

Comments

Kasih Bonda

Kasih Bonda

next Thor semangat

2023-11-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!