Sasa mematikan lampu ruangan, memeriksa pintu utama dan belakang, setelah itu ia baru menuju kamar, pemandangan yang sama Sasa masih melihat Gilang tidur di posisi membelakanginya, melakukan malam pertama tentu saja mereka belum melakukannya, karena setelah resepsi Sasa kedatangan tamu tidak di undang, mungkin tidak asing bagi kaum wanita. Dan sampai hari ini ia masih haid.
Sasa berpikir mungkin Gilang lebih nyaman tidur seperti itu, sekali lagi tidak mengapa baginya.
Sebelum tidur Sasa memeriksa ponselnya dan ada pesan dari ibu yang mengatakan kalau hari minggu ayahnya mau berangkat keluar kota lagi.
Tiba-tiba saja Gilang membalikkan badannya dan menatap Sasa sangat dalam, Sasa tidak mengerti dengan tatapan itu namun terasa hangat, Sasa tersenyum kepada Gilang tetapi tetap saja pria itu menatap Sasa dengan dingin
"Kau menyesal menikah denganku?" tanyanya dan langsung membuat jantung Sasa seperti ingin lepas dari tempatnya
"Tidak mas, kenapa?" tanyanya kembali dan bagi Sasa tidak ada yang perlu di sesali
"Aku menyesal" katanya, dan saat itu juga senyuman di wajah Sasa menghilang, kata-kata seperti itu tidak pernah terpikirkan olehnya
"Kenapa, aku ada bikin salah?"
"Tidak!"
"Lalu kenapa mas?"
"Aku tidak bisa lagi mempercayai seseorang setelah hari itu, mungkin kau juga tahu!"
Sasa tidak mengerti maksud dari ucapan Gilang, Sasa benar-benar tidak mengerti, Sasa ingin menanyakan tetapi Gilang sudah membalikkan badannya membelakangi Sasa kembali, air matanya menetes begitu saja, rasa kecewa dan marah begitu riuh di kepalanya, ternyata benar Sasa tidak normal di mata orang lain.
Sasa menepis air matanya, menenangkan pikiran karena jika ia terbawa emosi bisa-bisa penyakitnya kambuh lagi, Sasa tidak boleh stres.
Sasa memejamkan mata dan membawanya untuk tidur.
Entah apa yang terjadi di hari esok ia serahkan kepada semesta.
"Kau jangan marah kepadaku" katanya kembali membalikkan badan ke arah Sasa
"Kalau begitu apa boleh aku bertanya?"
"Tentu saja!"
"Apa kau menikahiku karena mencintaiku?"
Gilang cukup lama terdiam, Sasa pun juga ikut terdiam menunggu jawabannya tetapi jika di lihat Sasa sudah tahu jawabannya apa.
Benar saja, Gilang menggelengkan kepalanya dan kembali membuat Sasa shock berat, rasanya Sasa ingin berteriak.
"Lalu kenapa kau menikahiku?" tanya Sasa
"Karena aku pikir kemarin aku mencintaimu ternyata pikiran itu salah"
Lalu bagaimana dengan aku yang mencintaimu, lalu bagaimana dengan aku yang tidak ingin berpisah dari kamu mas Gilang? ucap Sasa dalam hati kecilnya
"Kau masih mencintai wanita itu?"
"Aku tidak tahu Sasa, aku hanya mencoba jujur kepadamu"
Tetapi itu menyakitkan bagi aku mas, apa kamu tidak berpikir dulu sebelum mengatakan itu? Aku juga wanita! Aku juga memiliki rasa kecewa! Jika sudah begini aku harus bagaimana ke depannya?
"Aku minta maaf tetapi kita akan terus melanjutkan pernikahan ini"
"Sampai kapan Mas Gilang?"
"Tidak tahu sampai kapan"
"Tetapi jika kau ingin menyerah silahkan tinggalkan aku"
Mendengar itu Sasa tidak tahu lagi harus mengatakan apa, nyatanya dia adalah orang yang Sasa percaya dan juga cinta pertamanya. Apa hari ini Sasa akan menyalahkan kondisinya lagi? Kenapa situasi buruk selalu menyertainya! Kebahagian itu hanya omong kosong.
Tanpa terasa air mata Sasa menetes kembali, kali ini ia yang membelakangi suaminya, karena Sasa bingung bagaimana cara menghadapinya.
Gilang menatap punggung itu dengan rasa yang sulit di tebak, jalan pikirnya tidak akan bisa di mengerti ia yang memulai ia juga yang berdusta.
...----------------...
Alarm Sasa berbunyi cukup nyaring, Sasa melihat sudah jam lima pagi dan tentu juga Gilang sudah bangun, biasanya jam segini ia sudah berada di ruang keluarga bersama laptopnya. Sebelum keluar Sasa merapikan tempat tidur dan menyiapkan pakain yang akan di kenakan suaminya setelah itu ia ke kamar mandi, rutinitasnya setelah menikah
Sasa melihat punggung Gilang lalu tersenyum dan bergegas menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi.
"Mas mau sarapan apa?" tanyanya melupakan kejadian semalam
"Apa saja" jawabnya tanpa menoleh
"Nanti jadi menemani aku kan mas?" tanya Sasa memastikan kembali janji suaminya
"Iya, tapi kita bertemu di supermarket saja"
"Iya mas"
"Kalau aku pulang nanti kita kejebak macet"
"Iya mas Gilang tidak apa nanti aku naik taxi"
"Hmmm"
"Oh iya nanti kita mampir ke rumah ibu ya sebelum pulang"
"Ada apa?" dari suaranya terdengar ia tidak ingin mengunjungi keluarga Sasa
"Ayah hari minggu mau berangkat lagi keluar kota"
"Iya" jawabnya mengakhiri pembicaraan
Sasa mengangguk dan membuatkan Gilang nasi goreng, karena kata Gilang ia terbiasa makan nasi di pagi hari, ketika sampai di kantor ia tidak sempat melakukan hal lain lagi selain bekerja.
Sekarang hari sabtu dan biasanya Gilang masuk lebih awal, jam setengah 7 semuanya sudah siap di meja makan, ada kopi, beberapa potongan buah dan juga nasi goreng.
Sasa mengalihkan pandangannya ke arah pintu kamar, gelas yang ia genggam seketika jatuh ke lantai, rasanya Sasa ingin berteriak dengan apa yang ia lihat.
Ini tidak mungkin! Tidak mungkin!
Sasa mengucek matanya sampai perih, tangannya menggigil ketakutan menutup mulutnya agar tidak berteriak.
"Kau kenapa?" tanya Gilang mengangkat tubuh istrinya agar tidak terkena serpihan kaca
Sasa tidak bisa menahannya lagi, Sasa menangis, Sasa memegang wajah Gilang dengan kedua tangannya, tentu saja suaminya kebingungan melihat kondisi Sasa saat ini
"Sasa kau kenapa?"
"Kau sakit?" tanyanya seraya menyentuh kening Sasa
"Aku bisa telat nanti, kalau sakit ayo ke rumah sakit"
Mendengar ucapan itu Sasa menepis air matanya lalu tersenyum "Tidak mas aku sehat" jawabnya langsung berdiri
Sasa kembali menenangkan dirinya dan mengajak suaminya untuk sarapan, di meja makan Sasa tidak mengalihkan pandangannya menatap Gilang tetapi tetap saja pandangannya buram, Sasa tidak bisa mengenali wajah suaminya lagi, wajah itu tidak terlihat di mata Sasa, apalagi senyuman Gilang sudah tidak bisa ia lihat lagi, Gilang juga sama seperti orang-orang yang ia lihat sebelumnya.
Gilang tidak lagi istimewa di mata Sasa, lelaki itu telah buram dari pandangannya, padahal dia manusia pertama yang bisa Sasa lihat dengan normal. Ternyata dia sama saja, ternyata Sasa melihat Gilang secara normal tidak selamanya, hari ini Sasa kembali ke kehidupannya yang semula melihat seseorang dengan pandangan yang sama.
Dunianya tidak istimewa lagi, rasanya semangat itu telah hilang, kalau begini Sasa ingin menyerah dengan pernikahannya, Sasa tidak tega melihat Gilang harus hidup bersamanya, selamanya seperti ini.
"Sasa kau benaran sehat?" panggilan itu terdengar tidak lagi istimewa di mata Sasa
"Iya mas Sasa sehat kok"
"Tapi kenapa wajah kau pucat?"
"Mungkin karena masih haid mas"
"Kau bilang hari terakhir sudah tidak sakit lagi"
"Kadang sakit juga kok" ucap Sasa berbohong
"Ya udah kalau begitu aku berangkat dulu" Sasa mengangguk kecil,ia tidak lagi mengantarkan Gilang ke pintu depan.
Tak berselang lama Gilang menghentikan langkahnya dan melihat kebelakang, istrinya masih duduk tidak seperti hari biasanya.
"Sasa kau tidak melihat aku berangkat kerja?" tanyanya membuat Sasa menghela nafas
"Maaf mas tapi kepala Sasa masih terasa pusing"
"Ya udah"
Suara mobilnya telah menyala, ia membunyikan klakson petanda ia sudah pergi, Sasa bangkit dari tempat duduknya dan menuju ke arah kamarnya kemudian ia berdiri di depan kaca, betapa terkejutnya Sasa, hari ini ia juga tidak bisa mengenali wajahnya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
dilasf
Sasa kenapa thooorrrr😭😭😭
2023-11-01
0
Kasih Bonda
next Thor semangat
2023-11-01
0
🤩😘wiexelsvan😘🤩
ada apa dengan mata sasa,,,kenapa penglihatannya sasa jd bisa begitu,,,bikin penasaran nich thorrr 😁😁😂
2023-11-01
2