Sasa mengintip tetangga depan rumah, wanita itu sedang melambaikan tangan kepada Sasa, wanita seusia ibunya dan baru beberapa bulan tinggal di kompleks perumahan mereka tetapi Sasa sudah akrab dengannya, Sasa memanggilnya Bunda, Bunda Rina, ia tinggal seorang diri disana.
"Eh menantu" ucap si bunda menggoda Sasa setiap hari
Ia sering kali memanggil Sasa begitu, katanya Sasa mau di jadikan menantu tetapi Sasa sendiri tidak pernah melihat anaknya berkunjung satu kali pun.
"Bunda udah makan?" tanya Sasa
"Belum menantu"
"Sasa beli nasi goreng, bunda mau nggak?"
"Iya mau dong mantu" ucapnya tertawa
Sasa membawa nasi goreng itu ke rumah si bunda, walaupun ia tinggal seorang diri ia tetap merawat diri.
"Gimana Sa?"
"Apanya Bun?"
"Jadi calon mantu bunda?" katanya selalu begitu
"Iya bunda iya Sasa mau" jawab Sasa asalan walaupun ia tidak tahu anaknya yang mana
Baru saja duduk Sasa sudah di telepon sama Pak Fajri, ia menyuruh Sasa untuk datang ke kedai ayam, katanya ada pesanan yang harus di antarkan segera. Sasa langsung berpamitan kepada Bunda. Hanya butuh lima belas menit Sasa sampai di kedai ayam itu
"Hitungan lembur ya dan di bayar hari ini langsung" ucap Sasa ketika sampai
"Iya, dasar wanita mata duitan" jawabnya langsung menyodorkan beberapa bungkus ayam yang sudah di persiapkan
"Antar kemana sebanyak ini?" tanyanya, kalau tidak salah ada sekitar sepuluh bungkus
"Nah" ucapnya memberikan alamat
Sasa mencari alamat itu, sampai pada satu titik ia menemukan sebuah gedung perkantoran, kata sekuritynya Sasa langsung di suruh masuk dan menuju ke lantai 3,Sasa tidak tahu perusahaan itu bergerak di bidang apa tetapi cukup membuat ia kagum dan ingin bekerja disana.
Begitu Sasa keluar dari lift ia langsung di sambut oleh seorang wanita berambut ikal "Ayam goreng pak Fajri ya" tanyanya
"Iya kak" jawab Sasa
"Langsung bawa aja ke dalam ruangan itu" tunjuknya
Sasa mengangguk dan langsung menuju kesana, ia mengetuk pintu sebelum masuk dan meletakkan pesanan itu di atas meja
"Bayarannya tunggu sebentar ya" ucap salah satu pria berbadan gempal
"Iya"
"Duduk disitu saja sambil menunggu" suruhnya masih asyik bersama laptop
Sasa duduk dan menunggu bayaran, ia yang tidak terburu-buru sehingga tidak masalah jika harus menunggu untuk beberapa saat.
Sasa melihat jam dinding, lalu kembali melihat mereka yang sedang asyik bersama pekerjaan, Sasa planga-plongo menunggu bayaran dari mereka, tidak satu pun yang menghiraukan ia ada disana.
"Mas bayarannya gimana?" tanyanya mendekati pria yang menyuruhnya duduk tadi
"Iya nanti ya mbak,yang bayarnya lagi di ruang sebelah" katanya
Sasa hanya menghela nafas kesal, mereka sungguh tidak kompeten, seharusnya Sasa dulu yang mereka dahului,
Sasa kembali duduk seraya memainkan ponsel, entah berapa lama ia memainkan sosial medianya untuk mengusir jenuh karena menunggu.
Tiba-tiba dari arah depan seorang laki-laki masuk dan memanggil Sasa.
"Kau bisa kesini" panggilnya, Sasa langsung berdiri ia kira dia lah akan yang membayar pesanan yang ia bawa
"Ikut saya" katanya dan lagi-lagi Sasa hanya mengekor mengikuti
Sasa di bawa ke sebuah ruangan yang amat sangat berantakan, semua berantakan karena kertas yang terletak tidak pada aturan
"Tolong di pisahkan kertas-kertas itu sesuai nomornya" suruhnya dan semakin membuat Sasa kebingungan
"Tapi mas..."
"Nanti kau akan langsung saya bayar" katanya menghentikan ucapan Sasa lalu ia pergi begitu saja
Haaah, Sasa berpikir orang-orang di kantor ini sedikit aneh, mau tidak mau Sasa melakukannya lagian nanti ia juga akan di bayar.
Sasa mulai memisahkan kertas itu sesuai dengan angka di pojok kanan.
Sasa melakukan dengan sangat hati-hati. Dan Sasa juga membaca bahwa perusahaan itu bekerja di berbagai bidang seperti properti, media, percetakan dan pertambangan.
Sasa berdecak kagum begitu mengetahui, ia tidak lagi memikirkan bagaimana uang pesanannya atau sekarang sudah jam berapa sampai ia di telepon oleh ibu
"Sasa kau dimana, kata bunda Rina tadi keluar jam 6 sekarang sudah jam 10 malam loh nak" ucap ibunya terdengar khawatir
"Ya Allah Bu maaf tapi Sasa lagi ada kerjaan sebentar lagi Sasa pulang" katanya, tak berselang lama ibu menutup telepon
Ketukan pintu membuat Sasa menoleh kearahnya, sepertinya ia adalah pria yang membawa Sasa tadi
"Sudah selesai?" tanyanya
"Belum!"
"Kenapa lama, di perjanjian kerja kita kau bisa menyelesaikannya sampai jam 10 malam"
"Maksudnya" tanya Sasa semakin kebingungan
"Berarti bayaran kau saya kurangi ya" katanya menghindari menjawab pertanyaan Sasa lalu ia memberikan beberapa lembar uang kepada gadis itu, ya itu sebanyak 500 ribu
"Kau silahkan pulang" katanya langsung pergi
Sasa benar-benar membenci pria aneh itu, berarti dia hanya membayar sebanyak 230 ribu sedangkan total pesanan ayam goreng mereka sebanyak 270 ribu, kurang ajar sekali dia membayar Sasa sedikit sekali.
Sedangkan di ruang sebelah..
"Mas Gilang pesanan ayam tadi belum di bayar loh" ucap Ilham begitu menyadari pengantar pesanan itu sudah menghilang
"Oh iya mana orangnya"
"Naah itu masalahnya dia sudah pergi"
"Oh iya satu lagi Mas, wanita yang kerja part time itu nggak bisa datang karena anaknya lagi sakit"
Mereka yang mulai keluar dari ruangan itu langsung saling menatap, Gilang menghentikan langkahnya
"Datang kok dia" jawab Reza yang muncul entah dari mana
"Tidak datang dia sendiri yang menghubungi kami"
Ketika mereka sampai di pintu masuk perusahaan, Reza melihat Sasa keluar dari arah parkiran motor.
"Itu dia" tunjuk Reza ke arah Sasa tetapi dia juga tidak yakin dengan apa yang di lihatnya
"Bukan itu si pengantar makanan" ucap Ilham menggelengkan kepala
Gilang mengernyitkan dahinya, lalu kembali berpura-pura mengerti, berarti Reza salah orang pikirnya,
Gilang Baskara Putra laki-laki berpenampilan sederhana tetapi menarik di mata, ia bekerja di perusahaan itu sebagai Manajer pemasaran, Peran ia cukup penting karena ia yang membantu perencanaan terhadap strategi pemasaran agar bekerja secara efektif.
Ia biasanya juga akan melakukan riset terhadap trend pasar yang ada untuk menganalisis terhadap perkembangan pasar.
Hal itulah yang di gunakannya untuk membuat laporan kepada pihak direktur dan menentukan strategi yang tepat.
Gilang tinggal bersama orang tua dan tiga orang adiknya, 2 cewek dan 1 cowok, Papanya bekerja di salah satu rumah sakit sebagai seorang dokter, sedangkan Mamanya seorang ahli gizi, dan adik perempuan pertamanya sedang kuliah di jurusan kedokteran juga, adik ke 2 dan ke 3 masih duduk di bangku sekolah.
Ia pulang bersama mobil pribadinya, mengitari jalanan yang mulai sunyi, Gilang merasa bersalah karena telah membuat orang lain membantu pekerjaannya. Gilang mengarahkan mobilnya ke arah kedai Ayam Fajri namun kedai itu sudah tutup dari 2 jam yang lalu.
Ia pun langsung pulang dan ketika sampai ia melihat mobil Agya bewarna merah terparkir di halaman rumahnya, tentu ia sudah tahu siapa itu yang datang.
"Lembur lagi kak?" tanya Sarah si adik wanita pertamanya
"Iya"
"Tuh ada Kak Maya di belakang sama Mama"
Gilang langsung menuju ke arah dapur, disana ia melihat Mamanya dan Maya sedang membicarakan sesuatu, melihat kedatangan Gilang mereka pun memberikan senyuman
"Pacar mu sudah nungguin dari tadi loh" ucap mamanya dan meninggalkan mereka berdua
Maya memberikan segelas air putih ke arah Gilang yang sudah mengambil posisi duduk di sampingnya tak lupa juga Maya memberikan brownies yang di bawanya
"Pulang kerja jam berapa?" tanya Gilang
"Jam 5 udah pulang"
Maya adalah teman sekampus Gilang dan sekarang mereka sudah menjalin hubungan kira-kira sudah 1 tahun lebih, Maya bekerja di salah satu pabrik manufakturing sebagai staff disana
"Kenapa kau akhir-akhir ini susah di hubungi" tanya Maya
"Pekerjaan aku lagi banyak di kantor kau lihat sendiri jam segini aku baru pulang, maaf ya sayang"
"Iya" ucap Maya tersenyum manis.
Ketika Sasa sampai di rumah, ibu sedang menunggunya di ruang tamu,
"Assalamualaikum" Salamnya dari luar, terdengar Bu Diana menjawab salamnya seraya membukakan pintu
"Kau dari mana sih? Kerja apa lagi?" tanya ibunya terlihat khawatir
"Ada kerjaan Part time Bu"
"Ya udah lah nak, kerja di tempat Ayah aja"
"Ibu mau Sasa kayak ayah pindah-pindah tempat kerjaan"
"Yakan nggak semua karyawan pindah keluar kota"
"Pasti pindah Bu, itu kak mawar baru pindah keluar kota kata ayah" Kak Mawar adalah sepupu Sasa yang masuk ke perusahaan itu lewat jalur ayahnya
"Apa ibu juga mau Sasa sendirian dengan kondisi seperti ini? Sasa juga ingin hidup normal bu" Sambung Sasa dan langsung membuat ibu terdiam
"Sasa mau mandi dulu bu" ucapnya langsung menuju kamar
Terkadang Sasa menyesali dirinya sendiri, Sasa sangat payah dalam mencari pekerjaan, teman-teman seangkatannya sudah bekerja di tempat yang nyaman dan aman, sedangkan ia masih berpanas-panasan mengelilingi kota.
Sebenarnya bisa saja minta tolong kepada Ayah, tetapi ia belum sanggup jika di pindahkan keluar kota, atau bekerja di hotel tempat Kak Dikta tetap saja Sasa tidak ingin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
🤩😘wiexelsvan😘🤩
gpp sa blm dpt pekerjaan yg cocok buatmu tp tetep hrs semangatttt ya sa,,,terutama author nich hrs semangattt up ya thorrr 😁😘😘😘
2023-10-31
1
Kasih Bonda
next Thor semangat.
2023-10-31
1